Titisan Etnis China Jadi Wagub NTT

Frans Lebu Raya (kiri) dan Benny Litelnoni
Gubernur Nusa Tenggara Timur (incumbent) Frans Lebu Raya agak sedikit terganggu mencari calon pendampingnya tatkala Esthon Foenay yang menjadi impiannya, memutus mata rantai untuk melanjutkan "Fren Jilid II".

Fren adalah simbol politik dari pasangan Frans Lebu Raya-Esthon Foenay. Simbol politik ini terasa begitu elegan dan sangat perkasa ketika kedua figur ini memimpin NTT untuk periode 2008-2013.

Harapan besar untuk melanjutkan "Fren Jilid II" itu akhirnya putus di ujung pengharapan ketika Esthon Foenay yang juga Ketua DPD Partai Gerindra NTT itu memilih jalan untuk maju menjadi orang nomor satu dalam Pilkada Gubernur NTT periode 2013-2018.

Dalam ketermenungannya, Frans Lebu Raya akhirnya menjatuhkan pilihannya kepada Benny Alexander Litelnoni, Wakil Bupati Timor Tengah Selatan (TTS) periode 2009-2014.

Ada sekian banyak figur yang disodorkan PDI Perjuangan untuk menyandingkannya dengan Ketua DPD PDI Perjuangan NTT itu di pelaminan Pilkada Gubernur NTT periode 2013-2018 pada 18 Mei 2013, namun Frans Lebu Raya lebih jatuh cinta pada Benny Alexander Litelnoni, titisan etnis China kelahiran Niki-Niki, Timor Tengah Selatan pada 5 Agustus 1956.

Frans Lebu Raya akhirnya meminang suami dari Fransiska Litelnoni dan ayah dua orang putra itu di Soe, ibu kota Kabupaten Timor Tengah Selatan, sebagai pendamping politiknya dalam arena Pilkada Gubernur NTT periode 2013-2018.

Pasangan tersebut kemudian diikat dalam lembaran politik partai melalui SK DPP PDI Perjuangan No.2795/IN/DPP/XI/2012 tertanggal 9 November 2012 yang ditandatangi oleh Ketua DPP Andre Pareira dan Sekjen Tjahyo Kumolo.

Benny Alexander Litelnoni adalah seorang birokrat tulen. Ia memulai karirnya sebagai seorang pagawai negeri sipil (PNS) pada 1 Maret 1980 di Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa Kabupaten Timor Tengah Selatan. Pada periode Mei 2000 sampai Juli 2001, ia dipercayakan menjadi Kepala Bagian Ketertiban Setda Timor Tengah Selatan.

Karirnya terus merangkak naik menjadi Kepala Kantor Satuan Polisi Pamong Praja Setda Timor Tengah Selatan dari Juli 2001 sampai Mei 2004. Litelnoni dipercayakan lagi menjadi Kepala Badan Penjenjangan di Badan Diklat Kabupaten Timor Tengah Selatan dari Mei 2004 sampai Januari 2006.

Ia selanjutnya menjabat Kasubdin Postel pada Dinas Perhubungan Timor Tengah Selatan dari 2006-2008. Ketika gendang politik di kabupaten penghasil cendana terbesar di NTT ditabuhkan, ia memilih jalan untuk bertarung dalam arena Pilkada Timor Tengah Selatan dengan mendampingi Paul VB Mella sebagai calon bupati.

Pasangan Mella-Litelnoni akhirnya keluar sebagai pemenang dalam Pilkada Timor Tengah Selatan periode 2009-2014 menyingkirkan Daniel Banunaek (Bupati Timor Tengah Selatan incumbent) dan Pieter Lobo (Wakil Bupati Timor Tengah Selatan incumbent).

Dipenghujung akhir masa jabatannya sebagai Wakil Bupati Timor Tengah Selatan, Litelnoni menerima pinangan dari Frans Lebu Raya untuk mendampinginya sebagai calon wakil gubernur dalam Pilkada Gubernur NTT periode 2013-2018.

Pasangan Frans Lebu Raya-Benny Alexander Litelnoni yang menggunakan sandi politik "Frenly" itu akhirnya keluar sebagai pemenang dalam pilkada putaran kedua yang digelar KPU NTT pimpinan Johanes Depa pada 23 Mei 2013.

Dalam pilkada putaran pertama yang berlangsung pada 18 Maret 2013, tidak ada pasangan yang meraih suara di atas 30 persen, sehingga KPU NTT menetapkan peraih suara terbanyak pertama dan kedua yang berhak mengikuti Pilkada Gubernur NTT putaran kedua.

Pasangan "Frenly" meraih 1.067.054 suara atau 51,25 persen dari total suara sah yang masuk, sedang rival politiknya Esthon Foenay-Paul Edmundus Tallo meraih 1.014.888 suara atau hanya sekitar 48,75 persen.
KPU NTT kemudian menetapkan pasangan "Frenly" sebagai pemenangnya, namun paket Esthon-Paul masih menggugatnya di Mahkamah Konstitusi.
Gugatan yang dialamat pasangan tersebut, dinilai tidak cukup bukti sehingga MK memutuskan dan mensahkan pleno KPU NTT yang telah menetapkan pasangan "Frenly" sebagai pemenangnya.

Lulusan Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Negara Malang 1992 dan Magister Studi Pembangunan Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga 2003 itu mengatakan mental dan wataknya terbentuk karena sikap dan keteladanan sang ayah di masa lalu yang ikut meletakkan dasar-dasar pemerintahan di Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS).

Sang ayah, CHR Litelnoni yang ketika itu menjabat Sekda Kabupaten Timor Tengah Selatan pada masa pemerintahan Bupati Kusa Nope, membentuk sikap mentalnya untuk menentukan debut perjuangannya dalam kancah politik dan birokrasi pemerintahan.

Meski sebagai titisan etnis China, Benny Alexander Litelnoni berpendapat bahwa di mana saja, kapan saja dan medan pelayanan apa saja menjadi titik tuju pelayanan bagi sesama, sehingga dirinya lebih cenderung memilih sebagai abdi negara ketimbang menjadi pedagang seperti etnis China kebanyakan.

"Saya siap mendampingi Pak Frans sebagai calon wakil guberbur periode 2013-2018. Pergolakan politik di NTT saat merupakan peluang bagi saya, dimana saat ini saya masih menjabat sebagai Wakil Bupati Timor Tengah Selatan yang pertama kali dipilih oleh rakyat. Atas dasar ini, saya bersedia untuk mendampingi pak Frans," katanya.

Pasangan "Frenly" merupakan kawinan antara politisi dengan birokrasi tulen. Kemapaman dalam berpolitik dan birokrasi ini akan menjadi modal bagi mereka memimpin NTT lima tahun ke depan.

Frans Lebu Raya-Benny Alexander Litelnoni akhirnya disahkan menjadi Gubernur-Wakil Gubernur NTT periode 2013-2018 berdasarkan Keputusan Presiden No.83/P Tahun 2013 tertanggal 11 Juli 2013 dan dilantik serta diangkat sumpahnya oleh Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi dalam sidang paripurna DPRD NTT di Kupang, Selasa 16 Juli 2013. (Laurensius Molan)

Sumber: ANTARA

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best WordPress Themes