Perempuan-perempuan Tangguh di Pasar Bersehati

ilustrasi
Tak perlu jauh melanglang untuk menemukan perempuan-perempuan tangguh. Datanglah ke Pasar Bersehati Manado. Niscaya Anda bisa menemukan mereka yang bekerja keras demi asap dapur tetap mengepul.

KETIKA
banyak orang masih lelap di peraduannya,  Fornita Madak dan Shanty Tomolango justru telah memulai aktivitas mereka sebagai penjual di  Bersehati, pasar tradisional terbesar di Kota Manado. "Saya berjualan mulai dari jam 3 subuh sampai jam 8 malam, dan itu saya lakukan setiap hari," ujar Fornita kepada Tribun Manado di Pasar Bersehati, Jumat (20/4/2012).

Fornita yang menjual ubi jalar telah menekui pekerjaan itu sejak tahun 1960. "Apalagi setelah suami meninggal tahun 1966, saya bekerja lebih giat sehingga anak-anak bisa sekolah," katanya. Wanita kelahiran Manado, 6 Januari 1934 itu mengakui  setelah suaminya meninggal, ia kesulitan karena harus berjuang sendiri.

"Waktu ditinggal suami, anak-anak masih kecil, anak pertama masih berusia 8 tahun, anak kedua enam tahun, anak ketiga lima tahun, anak keempat empat tahun, anak kelima dua tahun, dan anak keenam masih balita. Untuk mengurus enam anak ini memang perlu perjuangan dan kerja keras," ujarnya.

Fornita bersyukur kepada Tuhan, karena ia bisa menyekolahkan anak-anaknya sampai tingkat SMA. "Meskipun saya sendiri yang bekerja, tetapi perjuangan saya tidak sia-sia," kata perempuan asal Sanger ini.

Fornita mengatakan, meskipun sibuk bekerja, tetapi ia tetap mengikuti ibadah di gereja. Ia pun sering membagi berkat bagi orang lain. "Waktu ibadah di gereja tidak pernah saya lewatkan. Ketika saya mendapat berkat, pasti akan dibagi ke tetangga walaupun hanya 5 ribu. Dengan begitu saya tidak pernah merasa kekurangan, karena berkat Tuhan tetap tersedia bagi keluarga saya, " ujarnya

Sementara Shanty Tomolango, penjual ikan di Pasar Bersehati, mengatakan, sudah 20 tahun berjualan di pasar itu. "Meskipun ada suami yang bekerja sebagai tukang parkir, tetapi tidak mencukupi kebutuhan keluarga. Saya harus ikut membantu agar kebutuhan makan setiap hari terpenuhi dan yang terpenting kebutuhan sekolah anak-anak, " ujar ibunda Anisa tersebut.

Warga Tuminting ini mengakui tak mudah mengatur waktu untuk bekerja dan mengurus anak-anak. "Saya bekerja setiap hari mulai dari jam 5 subuh sampai jam 3 sore. Memang sedikit sulit membagi waktu, apalagi saya juga mempunyai balita. Saya sering menitip anak pada tetangga agar saya bisa berjualan di pasar, " kata wanita kelahiran 25 Juni 1982. Ibu dari tiga anak ini mengatakan, penghasilannya sebagai pedagang ikan sangat kecil, tetapi ia bahagia.

 "Saya pernah ditawari rekan saya untuk bekerja dengan pendapatan lebih besar, tetapi karena itu merupakan pekerjaan yang tidak benar, jadi saya tolak. Saya memilih pekerjaan yang halal. Bagi saya yang penting kebutuhan sehari-hari bisa tersedia, itu sudah lebih dari cukup, " ungkap istri dari Iswan Harun ini. (joice hape)

Sumber: Tribun Manado 22 April 2012 hal 1
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best WordPress Themes