ilustrasi |
SEMUA itu sudah menjadi pengeluaran wajib setiap hari. Demikian anggota DPRD Kota Manado Benny Parasan kepada Tribun Manado di ruang kerjanya, Senin (16/4/2012). Ungkapan hati pria yang dicalonkan Partai Damai Sejahtera (PDS) ini tidak jauh berbeda dengan cerita anggota dewan lainnya.
Walaupun tidak mau menjadikan hal ini sebagai beban namun Parasan mengaku banyak warga masyarakat yang tidak tahu "susahnya" duduk di kursi dewan. "Tidak enak kalau mau hitung-hitungan dengan gaji yang kita dapat. Hanya tanggungjawab mengawal aspirasi masyarakat yang membuat kita harus bertahan," kata Parasan yang menyempatkan diri masuk kantor kendati dalam masa reses.
Parasan menceritakan betapa secara ekonomis posisi anggota DPRD tidak menguntungkan. Gaji kotor sekitar Rp 15 juta dipotong pajak 15 persen, iuran untuk yayasan dan dharma wanita. "Kalau dihitung-hitung, gaji bersih itu hanya 8 juta per bulan dan pengeluaran setiap hari rata-rata 1 juta jadi sekitar 30 juta per bulan. Tidak berimbang kan? Tapi inilah fakta dan semua anggota dewan yang sayang konstituen yang sudah mendukungnya pasti mengalami hal ini," tuturnya.
Parasan sudah dua periode jadi anggota legislatif. Lantas, apa yang membuatnya bertahan? "Tentu saja untuk mengimbangi gaji yang tidak sebanding pengeluaran, maka anggota dewan itu harus punya usaha lain," ungkapnya.
Senada diutarakan Franklin Sinjal anggota legislatif dari Partai Golkar. Panjang lebar ia menceritakan suka-duka menjadi anggota DPRD Manado. Sinjal awalnya enggan menilai posisinya dari sisi ekonomis. Namun diakuinya jabatan anggota DPRD tidak sekeren dibayangkan masyarakat awam. "Gaji 15 juta tapi pengeluaran berlipat ganda. Tapi konstituen tidak mau melihat itu, sehingga jangan heran kalau setiap hari ada saja yang meminta sumbangan dan membawa undangan," ujarnya.
Dalam seminggu undangan pernikahan bertumpuk di meja seorang anggota DPRD. "Seminggu bisa lima undangan," katanya. Tanda ucapan selamat pesta nikah lewat amplop minimal Rp 250 ribu bahkan jika kerabat dekat lebih dari Rp 1 juta. Bantuan untuk pembangunan tempat ibadah dan jabatan panitia dalam sebuah organisasi menuntut pengeluaran yang tidak sedikit. "Makanya tidak heran kalau ada anggota dewan yang nyambi proyek atau korupsi karena inilah fakta-faktanya," kata pria berkulit putih ini seraya tersenyum.
Jadi, siapa bilang anggota legislatif itu hidup enak? Bahkan Tribun Manado pernah mendengar keluhan seorang anggota DPRD yang merasa jabatan terhormat itu hanya merugikan kehidupannya. "Setiap hari ada orang datang minta sumbangan. Kalau dihitung-hitung nyanda (tidak) ada untungnya jadi anggota DPRD," keluhnya usai menerima seorang warga yang datang meminta bantuan untuk biaya penguburan seorang anggota keluarganya.
Faktanya, hampir setiap hari Kantor DPRD Manado dikunjungi warga yang mengaku konstiuen. Mereka datang minta sumbangan. Target mereka adalah anggota DPRD yang mereka pilih saat pemilu. Belum lagi organisasi masyarakat dan LSM yang juga meminta bantuan untuk kegiatan rutin mereka. Pernah seorang aktivis LSM kecewa lantaran proposalnya tidak dikabulkan anggota DPRD Manado.
"Sapa suru jadi anggota dewan. Harus punya modal dong. Kalau nyanda bisa bantu jangan jadi wakil rakyat," kata aktivis LSM yang enggan namanya ditulis di depan kantor DPRD Manado beberapa waktu lalu. (yudith rondonuwu)
Sumber: Tribun Manado 17 April 2012 hal 1