ilustrasi |
Profesor Alex Kawilarang Masengi, mantan Dekan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Sam Ratulangi Manado, misalnya mengaku telah menyiapkan dana sedikitnya Rp 840 juta atau hampir Rp 1 miliar untuk menyekolahkan putranya Keishi Godlier Dolorosa Masengi ke Negeri Sakura Jepang.
"Kalau dikalkulasi untuk menyelesaikan pendidikan S1 di Jepang, total dana yang diperlukan paling sedikit Rp 840 juta dengan target studi selama 4 tahun 6 bulan," ungkap Masengi kepada Tribun Manado, Senin (30/4/2012).
Ia menjelaskan rata-rata per bulan biaya untuk studi di Jepang khususnya di Hokaido mencapai 120 ribu yen atau Rp 14 juta. "Itu di luar biaya makan yang ditaksir mencapai Rp 1,5 juta per bulannya," jelasnya. Prof Masengi mengaku tak akan mengalami kesulitan membiayai anaknya jika jadi bersekolah di Jepang sebab telah memiliki pengalaman cukup lama hidup disana saat menuntut ilmu bersama istrinya Ixel Mandagi dengan membawa empat orang anaknya.
"Saat saya bersama istri melanjutkan studi di Jepang, dana yang dikeluarkan tidak sedikit karena per bulannya mencapai Rp 50 juta. Tapi tetap bisa kendati lewat biaya sendiri, tanpa ada bantuan beasiswa," katanya. Masengi mengatakan untuk memenuhi kebutuhan keluarga di Jepang, ia terlibat langsung pada proyek pemerintah maupun universitas. "Selain menuntut ilmu, kami juga terlibat sebagai asisten peneliti untuk dapat penghasilan tambahan," tuturnya.
Ia yakin sang buah hati dapat menyelesaikan studi dengan baik. "Keishi punya potensi, saya juga bingung karena banyak hal yang diketahuinya tanpa melalui sekolah reguler. Dia gemar belajar sendiri (autodidak), misalnya untuk membuat robot, bahkan untuk bahasa Inggris dan Jepang sangat hebat," kata Masengi.
Sebelumnya, menurut Masengi pejabat kedutaan Jepang sempat bertemu Keishi menawarkan studi. "Mereka sangat tertarik dengan anak ini, karena meski masih kecil tapi sudah pintar bahasa Jepang. Apalagi mereka tahu dia pernah sekolah di sana sejak kelas 3 SMP hingga Kelas 3 SMA," kata Masengi.
Keishi Masengi (16) sendiri memang siap melanjutkan studi di Negeri Sakura jika nanti lulus UN. "Jika lulus, pasti saya melanjutkan studi, kemungkinan di Universitas Hokaido Jepang," katanya, Minggu (29/1). Di universitas tersebut, dia akan mengambil jurusan engineering. "Tapi, kalau gagal tes di sana, maka pilihan berikutnya kuliah di Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi," tegasnya.
Keishi mengatakan keputusan tersebut dia pilih setelah mendapat masukan dari kedua orang tuanya yang juga lama menimba ilmu di Jepang.
Menyiapkan dana untuk biaya anak juga diungkapkan Yani Maryani. Yani menyiapkan dana lebih dari Rp 20 juta untuk biaya pendaftaran. " Itu baru dana awal karena pengalaman kan biaya yang diumumkan di media itu belum termasuk dana lain-lain," ungkap warga Kelurahan Karame, Singkil ini, Senin (30/4).
Yani berusaha memenuhi niat anaknya melanjutkan studi "Anak saya mau kuliah di Manado saja biar gampang diawasi. Saya bersyukur jurusannya ada tapi yah begitulah di sini masih banyak pungutan liar dan jika berharap beasiswa rasanya sulit," ujar anggota komunitas Aku Cinta Sulawesi Utara (ACSU) ini. Yani berharap dalam penerimaan mahasiswa baru pemerintah mengawal tarif masuk. "Kalau bisa apa yang diumumkan begitu yang dibayarkan bukan ada dana-dana lain-lain yang akibatnya kuliah jadi mahal," ujarnya.
Pilih Singapura
Sementara itu Stephen Hermanto siswa yang baru saja lulus dari SMA Manado Internasional School (MIS) akan melanjutkan kuliahnya di PSP Academic di Singapura mengambil jurusan IT Bisnis Major. "Itu keinginan saya dan oran tua juga mendukung," ujarnya saat ditemui di MIS Manado, kemarin.
Stephan menambahkan pilihannya ke PSP Academic karena perguruan tinggi tersebut sangat maju. Ia telah mendaftar dan memasukkan persyaratan, tinggal menunggu student password dari pemerintah Singapura. "Kemungkinan Agustus mendatang saya sudah ke Singapura untuk mulai kuliah," ungkapnya.
Edy Hermanto, ayah Stephen mengungkapkan telah menyiapkan dana yang dibutuhkan anaknya untuk kuliah di Singapura. "Yang jelas saya tidak dapat menyebutkan angkanya, karena belum tahu berapa jumlahnya," ungkapnya.
Secara terpisah, Kepala Sekolah SMA Lokon Ferry Doringin mengungkapkan kebanyakan lulusan dari sekolah itu melanjutkan kuliah di Jawa, Cina, Filipina, Singapura, Malaysia, Australia dan Jerman. Untuk Singapura biasanya mereka masuk di Nanyang Technologi University atau Nation University of Singapore (NUS). Biasanya siswa yang kuliah di sana karena mendapat beasiswa. Sejak angkatan pertama jika universitas tersebut menyediakan 10 beasiswa, paling banyak jatah didapat lulusan SMA Lokon. Menurut dia, siswa-siswi yang kuliah di Australia biasanya melanjutkan studi hingga S2. Sedangkan kuliah di Cina, Malaysia, Filipina dan Eropa, karena biaya di negara tersebut lebih murah dibandingkan negara lain. (war/erv/dma/dit)
Beasiswa dari Bank
BEBERAPA perbankan di Sulawesi Utara memberikan kesempatan mahasiswa yang berprestasi untuk mendapatkan beasiswa. Misalnya PT Bank Negara Indonesia (BNI) yang mempunyai program beasiswa Early Recruitment Program BNI. "Beasiswa Early Recruitment Program BNI merupakan beasiswa yang mengikat langsung karyawan sejak masih kuliah," kata Humas PT BNI Wilayah Manado, Regina Karundeng di kantornya, Senin (30/4).
Regina menambahkan beasiswa tersebut diberikan kepada mahasiswa yang sudah memasuki semester 7 hingga menyelesaikan skripsi. Untuk memperoleh beasiswa tersebut, mahasiswa semester 6 harus mengikuti tes dari BNI.
Menurutnya, mahasiswa yang lulus harus memenuhi syarat yakni IPK minimal 3,0 dan mahasiswa tersebut masuk dalam 10 besar mahasiswa berprestasi. Regina mengatakan, beasiswa Early Recruitment Program BNI baru dijalankan di Sulut tahun 2012. Di Sulut, BNI menggandeng Universitas Sam Ratulangi (Unsrat). Beasiswa diberitakan untuk mahasiswa fakultas teknik, ekonomi, hukum, pertanian, peternakan dan perikanan.
PT Bank Rakyat Indonesia Kantor Wilayah Manado juga menyiapkan beasiswa yakni Beasiswa Reguler Mahasiswa Berprestasi. "Diberikan kepada 110 mahasiwa yang masing-masing mendapatkan Rp 4,8 juta per tahun. Kami bekerja sama dengan Unsrat, Unima dan Politeknik Negeri Nusa Utara," kata Bagian Bisnis Ritel, Program dan CBK BRI Kanwil Manado, Terry SM Tambun Senin (30/4).
Terry menambahkan, sepanjang tahun 2011, BRI telah memberikan beasiswa mencapai Rp 528 juta. Syarat-syarat untuk memperoleh beasiswa ini ditentukan universitas. "Hanya syarat dari BRI yakni IPK minimal 2,75, tergolong mahasiswa kurang mampu, masa kuliah tidak lebih dari empat tahun, umur tak lebih 23 tahun dan tidak memperoleh beasiswa dari pihak lain," jelasnya.(def)
Sumber: Tribun Manado 1 Mei 2012 hal 1