Oleh: Pastor Melky Malingkas
Tadi pagi sementara kami makan bersama di Refter Seminari Pineleng, tiba-tiba Pst Max Manewus nyeletuk, Mgr Petrus Turang baru saja meninggal, informasi itu lewat WA Group Pastores Manado, dari Rekan Pst kami, Pst Steven Lalu.
Sejenak kami terdiam saat itu, lalu mulailah kami berkisah tentang Mgr. Turang di ruang makan yang dulu juga Mgr pernah punya pengalaman indah makan bersama teman-teman frater, ataupun ketika beliau menjadi dosen sekaligus formator di Seminari Pineleng.
Makan bersama teman-teman di refter dengan menu ala kadarnya tapi bersih, dan sehat telah membentuk karakter Mgr Petrus Turang.
Perbanyak nasi karena kurangnya lauk pauk dan sayur, tidak mengurangi kualitas dan kompetensi beliau sebagai calon imam, imam dan ditahbiskan menjadi Uskup Keuskupan Agung Kupang. Beliau yang ku kenal tercermin lewat pengalaman pribadi.
Uskup yang Cerdas
Kesan pertama ketika beliau disambut di Seminari Pineleng, mensyukuri tahbisannya sebagai Uskup Keuskupan Agung Kupang, 10 Oktober 1997.
Dia hadir di Seminari Pineleng, dan saya saat itu tingkat 2. Kami berbaris di depan Seminari Pineleng, dan menarik dalam kata-kata penyambutan oleh Ketua Stfsp waktu itu mengatakan, “Bapak Uskup Petrus merupakan Alumnus terbaik dari STFSP, karena itu mari kita menyambut dengan sukacita dan berharap ada ‘Uskup-uskup Petrus baru’ dihasilkan dari Stfsp”.
Saya terkesima dan tersanjung dengan Uskup yang baru ini; ganteng, berkarisma, penuh senyuman, tapi matanya menatap tajam “seperti mata elang” karena kewibawaannya sebagai Uskup tampak pada saat itu.
Saya semakin terperangah ketika beliau membawakan kata-kata sambutan pada saat itu.
Isinya begitu memukau dan menyentuh kami para frater, calon imam waktu itu agar memiliki karakter yang baik, yang dibutuhkan oleh umat dan masyarakat.
Kecerdasan Uskup tidak pernah sirna dalam penggembalaannya sebagai Uskup. Saya ingat tahun 2010, beliau berkunjung ke Roma dan waktu itu, saya masih sementara studi.
Beliau mengajak saya pertama-tama untuk mengunjungi Alma Maternya, Universita Gregoriana Roma.
Ketika tiba di Universitas tersebut, yang dekat dengan Fontana Trevi, air mancur, tempat indah untuk berfoto ria, Mgr mengajak saya bukan untuk ke tempat indah tersebut, tetapi langsung menuju ke libreria, toko buku dari universitas tersebut. Mgr hanya berkata, “Melky, pilih joh yang ngana suka yang ‘servire’ studi kamu”.
Saya hanya ambil dua buku karena rasa malu ku lebih besar karena agak mahal. Beliau bilang, “Jangan cuman itu”.
Akhirnya beliau memilihkan beberapa buku dan tulisan-tulisan pentingnya yang sudah dicover, Mgr menambahkan, “Jadi pastor, jangan jadi pastor bodok-bodok”.
Uskup Yang “Pambae”
Siapa tidak kenal dengan kebaikan dan ringan tangannya Mgr dalam memberi. Satu kali saya tiba di wisma keuskupan Manado dan karyawan-wati keuskupan pada riang gembira, karena ternyata mereka baru menerima “ampao” dari bapak Uskup.
Saat itu, Saya masih sempat bertanya, apakah Mgr masih ada?, mereka mengatakan, Yaaa…. Mgr baru pergi beberapa menit yang lalu, maka sedihlah saya, tidak sempat mendapatkan sesuatu.
Tapi ternyata Tuhan itu adil lewat kebaikan Mgr Turang. Saya masih ingat ketika beliau berkunjung ke Roma, sesudah mengunjugi Universita Gregoriana, beliau mengajak saya untuk mencicipi makanan Cina.
Beliau pun bertanya, “Melky dimana Restorante Cinese, paling enak yang dekat dengan Piazza San Pietro”.
Kamipun makan di Restoran Cina dengan pesanan Rusuk Babi dua porsi, ikan dan nasi goreng, tak lupa Gelato Panas, ice cream yang digoreng karena lapisan luarnya dari tepung.
Saat itu ice cream ini begitu terkenal. Sambil makan, Mgr Bersharing banyak hal termasuk restoran Cina, dimana kami sementara makan, dan menurut beliau pada zamannya ketika kuliah di Roma, Restoran Cina ini belum ada.
Sesudah makan malam yang sangat berkesan, saya mengantar Mgr ke Casa Del Clero, dekat piazza San Pietro, teriring kata Ciao, untuk berpisah waktu itu, beliau masih merogoh 100 Euro dari dompetnya untuk saya.
“Melky, tinggal ini yang didompet, harap boleh membantu”. 100 Euro untuk mahasiswa di negeri Pizza sangat berarti. Teryata Mgr “yang pambae” sampai di akhir hidupnya tetap “Pambae”.
Terkenang di bulan Agustus tahun 2024, MCC (Manado Catholic Choir) membutuhkan dana yang besar untuk Festival Internasional di Lasarte-Spanyol.
Saya bertemu dengan Mgr, dan mengutarakan maksud dari MCC yang membutuhkan anggaran yang besar. Mgr Berjanji akan membantu MCC dalam pengaadaan Seragam MCC. Dia menelpon saya, “Melky kamari sekarang, dana bantuan untuk MCC sudah ada”.
Cepat-cepat saya ke Lotta, dan benarlah beliau memberikan segepok uang pecahan 100 ribu untuk kostum MCC dan Ia telah menyiapkan uang saku untuk saya yang tidak sedikit pula, Terima kasih Mgr. Ia hanya tersenyum dan mengundang saya untuk duduk dan berbincang bersama-sama.
Uskup yang “Disiplin dan Prinsipil”
Banyak memberikan kesaksian bahwa Uskup Petrus Turang memiliki sifat yang sangat khas.
Banyak mengatakan bahwa Mgr adalah pribadi yang sangat disiplin dan sangat ketat dan tegas memegang prinsip-prinsip.
Prof Perry bahkan mengatakan dalam ungkapan dukanya, “Sungguh kita kehilangan seorang Uskup tegas pemberani. Tuhan terimalah Mgr Petrus dalam kedamaian abadi, Semoga muncul lagi Uskup asal Sulawesi Utara yang tegas dan pemberani”.
Begitupun kisah dan cerita dari mantan sopir Mgr di Kupang, yang mengatakan sosok Mgr adalah orang yang sangat disiplin.
Bahkan ia mengatakaan bersyukur karena boleh belajar soal disiplin dari Mgr selama 27 tahun menjadi sopir pribadi dari Bapak Uskup.
Memang benar, Mgr Turang memiliki karakter khas dalam hal menghormati waktu didalamnya ada sifat kedisiplinan dan prinsipiil. Saya ingat dua tahun lalu ada pertemuan Aptik di Kupang, sesudah perayaan Ekaristi, ada pembukaan resmi kegiatan tersebut.
Acara agak molor karena lagi menunggu kepala dinas Pendidikan, kalau tidak salah.
Sambil bicara-bicara dengan Uskup, beliau meminta saya untuk mampir di wisma keuskupan, dan saat itu beliau mengatakan bahwa kalau kepala dinas belum datang dalam 10 menit, maka beliau akan segera pergi.
Saya sangka, beliau hanya “bakusedu” saat itu, tapi ternyata memang yang ditunggu-tunggu nanti datang 30 menit sesudahnya, dan Mgr telah meninggalkan venue kegiatan 20 menit sebelumnya.
Mgr mengajarkan betapa berharganya waktu itu, ia pergi dan pasti tidak akan datang lagi. Sesudah beliau bergelar Emeritus, maka ada banyak waktu di Manado atau tepatnya di Lota.
Ia punya banyak rencana untuk pengembangan UNIO Manado; ingin dirikan rumah ret-ret di Amurang, dan penggantian rumah panggung UNIO yang terbakar beberapa tahun yang lalu.
Menarik kalau beliau membutuhkan kehadiran saya. Beliau telpon dan langsung bertanya, Melky dimana? Kalau saya menjawab di Seminari, beliau langsung bilang “Sekarang datang di Lota, 30 menit sudah di sini yah”.
Saya oke..Oke, saja, Karena tahu karakter beliau yang mencintai ketepatan dan pemanfaatan waktu. Maka, cepat-cepat ke Lota dan beliau sudah siap untuk pergi.
Uskup yang cinta “Presiden kita, Prabowo”
Sore ini menjadi Viral di pelbagai media, karena kunjungan Presiden Prabowo ke Katedral Jakarta untuk memberikan penghormatan dan mendoakan keselamatan kekal dari Uskup Petrus Turang.
Seorang Presiden datang untuk memberikan penghormatan, itu berarti pribadi Mgr begitu baik dan berkesan di mata Presiden Prabowo. Tentu ada banyak masukan kepada Presiden tentang pribadi dan karya dari Mgr Petrus Turang.
Kalau ditanya, Apakah Mgr cinta dan senang dengan Presiden Prabowo? Saya katakan benar adanya. Saya ingat ketika Presiden Prabowo baru terpilih menjadi presiden.
Waktu itu, saya di Lota, dimana Mgr tinggal, berbicara mengenai keterpilihan dari Prabowo sebagai Presiden.
Dan Mgr, secara blakblakan saat itu mengatakan, bahwa ia sudah memprediksi bahwa Prabowo yang akan jadi Presiden, biarpun dia mengatakan pula, bahwa sebelum pemilihan sebagai Uskup, Ia tidak terang-terangan mengatakan keberpihakan karena dia tahu Uskup tidak boleh berpolitik praktis.
Kamipun berbincang-bincang seputar berpolitikan Indonesia, termasuk pemerintahan di NTT, termasuk di Kupang sendiri.
Beliau banyak bercerita tentang sepak terjang para politisi disana dengan usaha-usaha memajukan NTT dan Kupang, dan selalu Mgr mengatakan bahwa Ia selalu bersikap kritis terhadap pemerintah, dan selalu ada dibenaknya bagaimana “option for the poor” mesti menjadi pilihan utama dalam memajukan suatu daerah atau negara.
Kehadiran tadi sore Bapak Presiden menjadi apresiasi dan perhatian indah bagi Mgr Turang.
Dengan orang yang dicintainya, yang ia percaya bisa memajukan Indonesia datang menghampiri dan mendoakannya memberikan “keceriaan dan senyum” bagi Mgr.
Uskup yang sayang pada imam-imam dan umatnya
Kehadiran Mgr di tengah-tengah para imam dan umatnya sungguh dialami sebagai ‘pendamai, pemberi ketenangan dan penguatan’. Mgr begitu mengasihi dan mencintai para imamnya.
Dari karakter keras dan tegasnya dalam memformasi para imamnya, terdapat hati seorang bapa yang merangkul, memeluk dan mencium para imamnya.
Salah satu percakapan kami yang berkesan ketika saya bertanya bagaimana dengan imam-imam di Keuskupan Kupang.
Ia hanya mengatakan, “Sebagai Uskup saya sangat mengasihi mereka, termasuk mereka yang membuat kesalahan selalu ada jalan keluar untuk mereka semua”.
Menurut beliau biasanya untuk mendampingi para imam “bermasalah” ada tim khusus yang mendampingi mereka. Beliau biasa mendapat laporan, dan akan membuat kebijakan tertentu kepada imam tertentu kalau dirasa perlu.
Tetapi dari kedalaman hatinya, Ia begitu mencintai para imamnya. Termasuk kami di Manado, bagaimana kehadiran dari Mgr membawa berkat dalam banyak hal. Ia mendampingi, menguatkan, bahkan beberapa imam kami yang sakit dan bermasalah mendapat perhatian khusus.
Suatu ketika, Beliau menelpon saya, “Melky, ajak teman-teman untuk pergi ke Pst Yo Ansow di Keroit”, dua jam setengah dari Pineleng-lota.
Beliau begitu antusias menuju ke Keroit dan disana ada suasana persaudaraan antar kami, sambil disuguhi dengan bir dan “aer kata-kata” (captikus), kami membagi pengalaman satu dengan yang lain.
Ungkapan kegembiraan Pst Yo dengan menyiapkan makan siang dengan menu ayam kampung, babi panggang dan mujair bakar. Pulang juga kami dibekali dengan beberapa botol “aer kata-kata”.
Hati seorang Uskup selalu untuk para imamnya. Termasuk juga hatinya tertuju selalu pada umatnya. Ada begitu banyak orang telah mengalami kebaikannya.
Ci Lucia Liando adalah sahabat dari Mgr Turang, pernah berkata “Pastor, biar Mgr keras bagitu, mar dia pe hati baek sekali untuk semua”.
Perbincangan itu muncul dalam rangka renovasi rumah Unio di Manado. Ci Lucia punya keinginan tertentu dengan menggunakan arsitek agar hasilnya lebih baik, tetapi Mgr berkehendak yang lain, maka akhirnya saya yang jadi bingung sebagai ketua Unio mau ikut siapa.
Tetapi solusinya, Ci Lucia mengatakan, “Ikut saja kemauan Mgr, dia begitu keras mar pambae sekali for torang”. Tentu ada banyak kenangan indah Mgr bersama dengan umatnya, yang pasti Mgr selalu punya hati untuk seluruh umatnya.
Masih banyak kisah yang indah telah terjalin bersama dengan Mgr Petrus Turang, paling terakhir, Terima Kasih atas pengabdianmu, cintamu tapi terlebih kesetiaanmu sebagai imam sampai mati. SACERDOS IN AETERNUM.
Salam dan doa
Pengagummu, Pineleng, 4 April 2025, Pukul 20.00
Pastor Melky Malingkas