Setelah kegagalan tiga cabang olahraga

MENDUNG masih menaungi jagat olahraga Nusa Tenggara Timur (NTT). Sampai akhir bulan Mei ini baru satu cabang olahraga yang lolos ke PON XVII tahun 2008 yaitu tim sepaktakraw putri. Tiga cabang yang baru saja menjalani pra PON gagal total.
Ketiga cabang itu ialah sepakbola, Angkat Besi Angkat Berat dan Binaraga (PABBSI) dan karate. PABBSI mengikuti pra PON di Jakarta, karate di Solo dan sepakbola di Mataram yang baru berakhir beberapa hari yang lalu.Atlet angkat berat yang dikirim mengikuti pra PON adalah Yanto Hiku (kelas 105 kg) dan Yakoba Lobang (60 kg), sedangkan atlet binaraga adalah Made Dwija (85+ kg), Dewa Dharma (80 kg), Ely (65 kg), Edi Mae (70 kg) dan Marcel Mae (75 kg).
"Kita menargetkan dua atlet bisa lolos. Ternyata lawan-lawan cukup tangguh. Binaragawan andalan kita, Made Dwija satu kelas dengan Ade Rai, sehingga jelas kalah bersaing," kata Ketua Pengrop PABBSI NTT, Andre Koreh.Sekretaris Pengprop Forki NTT, Ferdinan Siung juga mengakui kegagalan para karateka NTT. Menurut Siung, NTT sebenarnya memiliki peluang melalui karateka Richo V Nong Naen (-75 kg), Monang Manurung (+80 kg) dan Isjuandi di nomor kata perorangan.
Namun mereka gagal karena faktor non teknis. Cerita duka pun datang dari cabang sepakbola. Tim pra PON NTT kalah melawan Bali dan tuan rumah NTB. Kegagalan tim sepakbola dibumbui "kekecewaan" pelatih dan pemain.Tim pelatih, Mathias Bisinglasi, Anton Kia dan Dany Nggoek, mempertanyakan honor yang harus mereka terima.
Para pemain juga protes karena mereka pulang ke Kupang dengan menggunakan jasa angkutan laut, bukan pesawat udara sebagaimana janji pengurus PSSI sebelumnya.Kegagalan cabang sepakbola tidaklah mengejutkan karena NTT tahu diri dengan kemampuannya meski cabang ini masuk kategori prioritas KONI. Yang mengejutkan adalah kegagalan di cabang angkat berat, besi, binaraga dan karate.
Seharusnya cabang prioritas KONI NTT itu bisa meloloskan atlet ke PON 2008 untuk melanjutkan tradisi para PON-PON sebelumnya.Apa hendak dikata karena semuanya telah berlalu. Kegagalan itu mencerminkan bagaimana persiapan cabang yang bersangkutan menuju arena pra PON. Dunia olahraga selalu terukur. Kesuksesan tidak mungkin kita raih tanpa latihan keras dan persiapan yang matang.
Kiranya kegagalan itu menjadi bahan bagi pengurus dan pelatih untuk introspeksi.Peluang NTT memang belum habis. Masih ada cabang lain yang akan menjalani pra PON dalam waktu dekat seperti atletik, pencaksilat, taekwondo, kempo dan tinju. Kita berharap kelima cabang tersebut bisa meloloskan atlet-atletnya ke PON 2008 di Samarinda.
Selain pencaksilat dan taekwondo, harapan terbesar tentunya pada cabang super prioritas KONI Propinsi NTT yaitu atletik, tinju dan kempo. Ketiga cabang itu merupakan penyumbang medali terbanyak pada PON XVI ketika putra-putri NTT menciptakan sejarah manis dengan merebut 8 medali emas, 4 medali perak dan 4 medali perunggu. Prestasi tertinggi NTT dalam sejarah keikutsertaannya di arena Pekan Olahraga Nasional (PON).Kekuatan NTT di cabang itu telah berkurang drastis akibat mutasi atlet ke Propinsi Kalimantan Timur (Kaltim), tuan rumah PON tahun depan.
Di cabang atletik, Oliva Sadi dan Ferry Subnafeu telah menjadi atlet Kaltim. Empat tahun lalu di Palembang, Oliva menyumbang dua medali emas dan Fery satu emas. Artinya, NTT telah kehilangan tiga emas atletik. Atlet kempo NTT juga ada yang pindah ke Kaltim yaitu Kamilus de Lero dan Mansyur Yunus, masing-masing menyumbang satu emas untuk NTT pada PON lalu. Setelah kegagalan tiga cabang itu, pekerjaan rumah besar harus dilalui NTT. Salam Pos Kupang, 31 Mei 2007. (dion db putra)
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best WordPress Themes