Pemilu yang Pilu


Oleh Dion DB Putra

PEMILU 2024 adalah pemilu yang pilu bagi seluruh rumpun keluarga Marselina Hoar. Marselina adalah Ketua Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) di  TPS 07 Desa Bakiruk, Kecamatan Malaka Tengah, Kabupaten Malaka, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).

Marselina Hoar meninggal dunia setelah menjalankan tugas bersama rekan-rekannya KPPS TPS O7 Desa Bakiruk.

"Kami keluarga besar KPU Kabupaten Malaka turut berduka cita yang mendalam atas meninggalnya Ketua KPPS TPS 07 Desa Bakiruk," kata Ketua KPU Kabupaten Malaka, Yuventus Adrianus Bere, Jumat 16 Februari 2024.

Yuventus menyebut almarhumah Marselina Hoar sebagai pejuang demokrasi karena meninggal saat mengawal pemilihan presiden dan wakil presiden sampai pemilihan anggota legislatif.

Marselina bukan satu-satunya korban Pemilu yang pilu. Sampai artikel ini beta racik pada Sabtu siang 17 Februari 2024,  Komisi Pemilihan Umum (KPU) mencatat 35 orang meninggal dunia setelah menjalankan tugas dalam proses penghitungan suara Pemilu 2024.

Ketua KPU RI Hasyim Asy'ari menungkapkan, dari 35 orang yang meninggal dunia, 23 di antaranya anggota adalah KPPS termasuk Marselina. 

Hasyim mengatakan, selain anggota KPPS, tiga orang panitia pemungutan suara (PPS) dan sembilan petugas perlindungan masyarakat (linmas) juga wafat setelah bertugas di Pemilu 2024. 

Selain meninggal dunia, KPU mencatat 3.909 petugas yang sakit seusai mengawal penghitungan suara. Mereka yang sakit terdiri dari 119 panitia pemilihan kecamatan (PPK), 596 PPS, 2.878 KPPS dan 316 anggota linmas. 

Tuan puan dan beta tentu berharap senada. Jangan tambah lagi korban jiwa gara-gara Pemilu 2024. Cukup sudah 35 orang yang meninggal dunia di seantero Nusantara. Angka itu pun sudah merupakan tragedi, betapa pesta demokrasi di ini negeri selalu meninggalkan luka dan air mata. 

Sistem pemilu kita masih lumayan rumit. Untuk Pilpres dan Pileg serentak, petugas di TPS bekerja lebih dari 16 jam bahkan hampir 24 jam nonstop. Mana mampu fisik manusia bertahan selama itu?

Kita memang telah sedikit belajar dari prahara Pemilu 2019  yang menelan korban jiwa mengerikan yaitu sebanyak 894 orang, dan 5.175 petugas jatuh sakit. 

Petugas penyelenggara di TPS Pemilu 2024 umumnya anak muda. Namun, pekerjaan administratif yakni merekap data suara secara manual pada sejumlah formulir butuh konsentrasi tinggi dan tenaga ekstra. 

Bekerja semalam suntuk

Bukan sekali dua beta menyaksikan pekerjaan KPPS yang melelahkan. Selama  era reformasi, setidaknya empat kali Tempat Pemungutan Suara (TPS) berada persis di depan rumah beta.

Rumah cilik di Perumahan Lopo Indah Permai atau warga Kota Kupang lebih doyan menyebutnya perumahan BTN Kolhua, Kecamatan Maulafa.

Rumahku terletak di tengah Blok W, berdampingan dengan kediaman ketua RT Nikolaus N Kuba.

Mungkin lantaran letaknya semacam itu sehingga sejak Pemilu 2014, TPS didirikan di depan rumah kami berdua.

Pada Pilpres dan Pileg 2024 ini TPS 13 Kelurahan Kolhua, Kecamatan Maulafa Kota Kupang berdiri di depan rumah beta dan Nikolaus Kuba.

KPPS dipimpin Agustina Sepang yang rumahnya cuma selemparan batu dari beta. Anggota KPPS anak-anak muda di perumahan Lopo Indah. Separuhnya  baru tamat kuliah. Energik. Antusias dan semangat tinggi.

Meski demikian kelelahan mulai tampak di wajah mereka pada Rabu larut malam 14 Februari 2024. 

Bayangkan saja. Mereka sudah siaga di TPS 13 sejak pukul 06.00. Pukul 07.00 WITA mengucapkan sumpah dan janji dipimpin Agustina. Setelah itu mulai melayani para pemilih yang berdatangan ke TPS.

Pukul 08.13 WITA hujan deras melanda Kolhua selama hampir satu jam. Di Hari Kasih Sayang itu hujan bermurah hati untuk bumi Timor, dia datang silih berganti sampai malam. 

Petugas benar-benar bekerja dalam tekanan cuaca yang kurang bersahabat. 

Semula beta menduga pekerjaan mereka akan berakhir sekira pukul 01.00 atau 02.00 dini hari Kamis, 15 Februari 2024.

Dugaanku keliru besar. Agustina dan kawan-kawan baru rampung bekerja pada sekira pukul 10.20 WITA, Kamis 15 Februari 2024.

Tuan dan puan bisa hitung sendiri berapa jam yang mereka lalui tanpa henti (kecuali istirahat makan dan atau ibadah) untuk merampungkan semua data pemilih. Pemilu Indonesia sungguh menguras energi.

Syukur kepada Tuhan semua petugas di TPS 13 Kolhua Kupang tetap sehat walafiat. Tak ada hal serius yang menimpa mereka.

Beda dengan rekan-rekannya di TPS lain yang sampai jatuh sakit bahkan meninggal dunia. Demokrasi tak luput dari tangis dan air mata.

Begitulah sekelumit kisah Pemilu 2024 yang pilu. Bagi yang unggul dan nanti diumumkan sebagai pemenang tak perlu jemawa. Bersukaria silakan. Overdosis jangan. 

Pihak yang kalah atau sukses tertunda, mari berlapang dada. Bak pertandingan sepak bola selalu ada yang menang dan kalah.  

Sejujurnya sistem pemilu kita masih jauh dari ideal. Tak elok pura-pura menutup telinga untuk mendengar riuhnya suara curang di mana-mana. Belum lagi soal pelanggaran etika yang sebagian orang anggap biasa-biasa saja. 

Seorang netizen bertanya lirih, adakah hal baik yang dihasilkan dari pelanggaran demi pelanggaran? Wallalualam. (*)

Sumber: Pos Kupang



Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best WordPress Themes