Mengembangkan Indonesia Kecil

Oleh Jakob Oetama
Pendiri Kompas Gramedia


KETIKA Majalah Intisari terbit pertama kali, 17 Agustus 1963, tidak terbayangkan itulah awal hadirnya kelompok usaha Kompas Gramedia. Lima puluh tahun kemudian, masuk akal jika Kompas Gramedia telah bersosok, atau mengutip ungkapan Prof de Volder sebagai "lembaga yang organik sekaligus yang organis."

Serupa lembaga surat kabar, Kompas Gramedia (KG) dengan bisnis inti industri informasi, atau pabrik tulisan atau kata-kata-Gramedia: grafika media-terdiri atas berbagai bagian yang beragam. Bagian-bagian itu bekerja sama dan berinteraksi melaksanakan fungsi masing-masing. Fungsi-fungsi yang beragam itu secara organis bekerja sama dan bersinergi menjalankan peran dan panggilan yang terikat oleh tujuan dan falsafah bersama.

Dalam statusnya yang organik sekaligus organis itulah hidup, berkembang, dan berfungsi Kompas Gramedia, dinamis dan dan senantiasa berubah sejalan perkembangan masyarakat (medium is the  extension of man). Sejalan itu, bidang yang menjadi perhatian dan sarana pun beragam.

KG yang awalnya berusaha di bidang knowledge industry --Intisari 1963, Harian Kompas 1965, Toko Buku Gramedia 1970, Percetakan Gramedia 1971, Radio Sonora 1972, Majalah Bobo 1973, koran-koran  daerah dengan brand Tribun baru setelah tahun 1987-- dengan segala variasi bidang usahanya diikat dalam satu falsafah bersama. Yakni opsi dasar (optio fundamentalis) yang digagas, dibayangkan, sekaligus menjadi tali simpul kebersamaan.

 Small Indonesia in the making. Ungkapan itu menggambarkan cita-cita bahkan mimpi para perintis dan pendiri Kompas Gramedia 50 tahun lalu. Para perintis dan pendirinya berangkat tidak dengan modal uang tetapi ide dan cita-cita. Selain sebelumnya bertemu dalam berbagai kegiatan, kami --Saudara PK Ojong dan saya-- juga bertemu dalam kesamaan cita-cita, persepsi, dan impian untuk ikut ambil bagian  mengembangkan Indonesia.

Inklinasi dan pandangan politik kami sama: Indonesia Kecil. Indonesia bukanlah kotak-kotak yang terbagi-bagi dalam sektor-sektor dan bagian-bagian yang terpisah secara rigid, tetapi Indonesia yang satu berwarna-warni, beragam dalam segala hal.
Bagian-bagian memiliki kekhasan yang tidak luluh karena kebersamaan, tetapi menjadi mosaik indah dan produktif yang disebut Indonesia. Saling menunjang secara sinergik, organik sekaligus organis. 

Gagasan dan cita-cita ini tidak orisinal, sebab para bapak bangsa Indonesia sudah menggagas dan menjabarkannya ketika ingin membangun sebuah negara Indonesia. Cita-cita besar dan semangat keberagaman dalam kebinekaan kami dan kemudian kita kembangkan dalam lingkup yang kecil: Kompas Gramedia. Indonesia Kecil atau Indonesia Mini menjadi ideologi yang terus dikembangkan, juga setelah KG merambah keluar dari pakem knowledge industry.

Tekadnya KG ingin terus menjadi sarana, jembatan, dan titik temu berbagai kebedaan negara-bangsa Indonesia. Tidak hanya dalam cita-cita tetapi juga dalam membangunnya sebagai lembaga yang organik sekaligus yang organis.

Salah satu pembawa obor

Ungkapan small Indonesia in the making jauh dari rasa jumawa dan arogan. Serba tahu diri dan penuh pengertian, Kompas Gramedia dengan roh yang mendasari berbagai kegiatan bisnisnya, hanya salah satu pembawa obor. Banyak perusahaan lain, yang dari sisi finansial jauh lebih besar dan jauh lebih pantas menyandang gelar pembawa obor. 

Akan tetapi, sejak awal para pendirinya merintis, mendirikan dan mengembangkan usaha ini tidak hanya usaha bisnis. Ketika mendirikan Intisari, mungkin belum sedetail seperti ketika mendirikan Kompas, kami mengambil posisi  dan menjabarkan independensi  kami: usaha ini sebagai bagian dari ikut serta membangun sebuah Indonesia.

Dasarnya kesamaan kemanusiaan Indonesia, heterogenitas Indonesia yang beragam dan di atas keberagaman itulah Indonesia yang satu. Bhinneka Tunggal Ika. Ikut serta berusaha terus-menerus Indonesia menjadi lebih baik.

Sebagai salah satu bentuk usaha bisnis, saya teringat kata-kata Matsuhita tentang kelompok usahanya. Laba bukanlah cermin kerakusan perusahaan. Laba, tanda kepercayaan masyarakat. Laba, pertanda efisiensi.  Setiap perusahaan memiliki kebudayaan korporat yang berbeda satu sama lain. Kebudayaan korporat memberikan corak yang khas. Kebudayaan korporat hanya bisa ditumbuhkan  kalau ada nilai-nilai sebagai roh yang dihayati bersama oleh seluruh pimpinan dan karyawan.


Nilai-nilai itu disampaikan sebagai tradisi lisan dan tertulis, dalam keteladanan dan sosok-sosok manusia yang terlibat di dalamnya. Kami meninggalkan falsafah, etika, dan budaya kerja-secara tertulis pernah disampaikan Saudara PK Ojong dalam Falsafah Perusahaan Kita, secara tradisi dalam jatuh bangun mengembangkan Kompas Gramedia bersama para pimpinan dan karyawan selama 50 tahun ini.
Bersamaan pula dikembangkan kebiasaan yang mendukung etika dan etos dalam bekerja. Jujur, bekerja tuntas, tegas, tetapi juga punya hati; turunan semangat menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dalam bentuk terpenuhinya kebutuhan hidup sehari-hari --relatif memang-- karyawan dan keluarganya yang kini mencapai lebih dari 19.000 orang.

Kami bahu-membahu, memperkaya dan mengembangkan etos dan etika itu, menstranfernya sebagai budaya korporat. Budaya itu terus diperkaya, dipraktikkan, dan dirumuskan menjadi kerangka dan pedoman kerja.  Muaranya plus-minus ikut serta mengambil bagian dalam membangun Indonesia yang lebih baik.  Jiwa dasarnya Indonesia kecil, kemanusiaan yang beriman, demi kemaslahatan manusia dan kemanusiaan.

Jiwa dasar itu menjadi tali pengikat, sumber referensi yang senantiasa dalam penerjemahannya disesuaikan dan diperkaya oleh kondisi dan perkembangan zaman. Perusahaan ini berkembang selain karena kerja keras, kompetensi dan sinergi, juga berkat penyelenggaraan Allah (providentia dei) lewat tangan-tangan kita manusia dengan kelebihan dan kekurangan kita.

Selayaknya rasa terima kasih dan bersyukur disampaikan. Jauh dari sikap jumawa dan arogan, KG menjadi sarana dan jalan bagi kebahagiaan banyak orang. Bekerja senantiasa merupakan praktik dan refleksi ibadah, ora et labora, berdoa dan bekerja.  Lima puluh tahun Kompas Gramedia tumbuh dan berkembang berkat kerja sama kita yang berpilin tangan secara sinergik, memperoleh kepercayaan masyarakat, didasari atas cita-cita tidak sekadar usaha bisnis tetapi juga mengembangkan ide-ide Keindonesiaan.

Keberhasilan ini berkat bantuan banyak pihak, para pemangku kepentingan.  Kesempatan ini sekaligus untuk mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak, karena saling menyertai dan saling mendukung perjalanan KG sebagai bagian dari mengembangkan Indonesia Kecil. Tantangan ke depan semakin berat, tetapi niscaya beban itu menjadi ringan manakala kita dukung bersama. Hari ini niscaya endapan hari kemarin sekaligus proyeksi esok hari! *

Sumber: Tribun Manado edisi Senin 19 Agustus 2013 hal 1
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best WordPress Themes