Pasukan Anti Galau

Catatan Sepakbola Dion DB Putra

TENTANG
sepakbola, Italia memiliki dua  karakter yang khas. Pertama, negeri itu memiliki sistem pertahanan grendel alias catenaccio yang dipandang sebagai cara bermain sepakbola negatif. Cara main bola yang tidak atraktif dan menghibur penonton.

Karakter kedua persis seperti dilukiskan pemain bintang Spanyol, Xabi Alonso.  "Italia selalu mempunyai problem pada babak awal, tetapi kemudian mereka  menjadi lebih baik dan akhirnya juara. Italia memiliki kekuatan luar biasa di tengah krisis," kata Alonso merujuk pada prestasi Italia di Piala Dunia 2006.

Ya, tahun 2005-2006 wajah sepakbola Italia sungguh berlumuran malu oleh skandal calciopoli (pengaturan skor) di ajang kompetisi elit Serie A. Skandal anti fair play yang dibuka polisi Mei 2006 melibatkan juara liga Juventus dan klub-klub terkemuka seperti AC Milan, Fiorentina dan Lazio. Mereka dituduh mengatur permainan dengan memilih wasit tertentu dan sejumlah pemain bintang dituding menjadikan pertandingan sepakbola sebagai ajang judi ilegal.

Pengadilan kemudian menghukum Juventus degradasi ke Serie B, pengurangan 30 nilai untuk musim berikutnya (2006/2007), penghapusan dua gelar juara Serie A musim 2004/2005 dan 2005/2006, dilarang tampil di Liga Champions Eropa musim 2006/2007 serta membayar denda 100.000 dolar AS (Amerika Serikat).

Lazio dan Fiorentina pun degdradasi ke Serie B. Fiorentina mengawali kompetisi musim berikutnya dengan nilai minus 12 serta membayar denda 63.000 dolar AS. Lazio mendapat pengurangan tujuh nilai plus denda 50.000 dolar AS). AC Milan menjadi  satu-satunya tim yang bertahan di Serie A, tetapi nilainya dikurangi 15 untuk musim berikutnya. Melalui banding, keempat tim tersebut mendapat keringanan hukuman. Fiorentina dan Lazio bertahan di Serie A sementara AC  Milan mendapatkan pengurangan nilai menjadi 8 poin saja. Juventus tetap di Serie B namun memulai musim kompetisi 2006-2007 dengan nilai awal  minus 17. Pada 26 Juli 2006, Inter Milan dinobatkan  sebagai juara Serie A musim 2005/2006.
Juara musim 2004/2005 dinyatakan kosong.

Dibayangi skandal paling memalukan dalam sejarah  sepakbola itu,  Italia menuju putaran final Piala Dunia 2006 di Jerman. Ketika banyak orang mencibir serta  pesimistis akan prestasinya, Italia justru perlahan namun pasti terus melaju ke babak puncak bahkan dengan menggulung tuan rumah Jerman di semifinal. Di partai final Italia mengalahkan Perancis lewat adu penalti. Dalam bahasa gaul remaja masa kini, Italia bagaikan pasukan anti galau. Mereka tidak kalut dan gagap meskipun didera skandal.

Sepakbola Italia sungguh hebat! Hanya tahun 1970  kesebelasan Samba Brasil di bawah komando sang maestro Pele berhasil menang telak 4-1. Setelah itu, hampir 40 tahun Italia tidak pernah kalah dengan selisih skor tiga gol. Malah melawan Belanda sejak tahun 1978 pasukan biru tersebut tak terkalahkan.

Kali ini di Piala Eropa 2012 Italia krisis dalam negeri kembali menghantui persiapan tim nasional Italia menuju Poland-Ukraine 2012. Meski belum segempar skandal tahun 2006 silam, namun masalah pengaturan skor kembali tercium di negeri itu. Italia pun tampil pas-pasan di Euro 2012  dengan hanya bermain imbang 1-1 melawan Spanyol dan Rusia di Grup C. Tapi di laga akhir grup melawan Republik Irlandia hari Senin 18 Juni 2012, grafik permainan Squadra Azzurra makin membaik dan  menang 2-0 untuk lolos ke perempatfinal bertemu Inggris (juara Grup D).  "Krisis membuat kami lebih tangguh. Kami sekarang berusaha lolos ke semifinal," kata kapten tim Gianluigi Buffon.

Perjalanan Italia di Euro 2012 memang masih panjang dan berliku. Namun, bukan mustahil  keyakinan Buffon  menjadi spirit bagi Italia untuk melaju lebih jauh. Lawan yang akan mereka hadapi di babak perempatfinal adalah Inggris yang menang kontroversial atas tuan rumah Ukraina dengan skor 1-0  dalam laga akhir Grup D, Selasa 19 Juni 2012 di Stadion Donbass Arena, Donetsk.

Semestinya laga tersebut berakhir 1-1 sebab Ukraina sempat membuat gol di babak kedua. Namun, wasit tak mengesahkan gol tersebut karena bola dianggap belum melampaui garis gawang. Padahal dalam tayangan ulang televisi, bola jelas sudah melewati garis gawang Joe Hart sekitar setengah meter sebelum dihalau keluar oleh John Terry. Gol yang tidak disahkan  tersebut menimbulkan keraguan  apa manfaat ofisial (wasit) keempat yang bertugas di belakang garis gawang yang mulai diberlakukan UEFA di Euro 2012? Keberuntungan lagi-lagi memihak Inggris setelah sebelumnya menang susah payah 3-2 atas Swedia. 

Melawan Italia di babak knok-out  bukan  perkara enteng bagi The Three Lions. Rekor head to head selama ini menunjukkan, Inggris selalu sulit menghadapi Italia baik dalam kejuaraan resmi maupun laga persahabatan.  Striker Inggris, Wayne Rooney menyadari hal itu.  "Italia akan sulit bagi kami. Namun, kami percaya pada diri kami," ungkapnya. Keraguan Rooney bisa dimengerti. Italia telah terbukti piawai mengelola krisis menjadi momentum untuk bangkit.  Krisis tak mesti membuat galau berkepanjangan.*

Kairagi Manado, 20 Juni 2012
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best WordPress Themes