Pirlo memperdayai Joe Hart di Kiev, 24 Juni 2012 |
MALAM panjang dan membosankan di Stadion Olimpiade Kiev-Ukraina, Minggu 24 Juni 2012 berakhir manis. Dan, seniman yang menghibur itu bernama Andrea Pirlo, satu-satunya pria Italiano berwajah inosen di Euro 2012.
Pirlo memberi pesan tegas Italia 2012 memang tim tanpa bintang di antara 16 kontestan. Namun, bintang tua seperti dia belum tergolong karatan. Pirlo tetaplah Pirlo yang menjadi roh Squadra Azzura disokong tiga veteran lainnya kiper Gianluigi "Gigi" Buffon, si anak nakal Antonio Cassano dan bek tengah Danielle De Rossi.
Di saat ketegangan demikian memuncak dalam drama adu penalti melawan Inggris setelah skor 0-0 selama 120 menit, Pirlo tetap cool. Eksekutor pertama Italia, Mario Balotelli membuka skor adu penalti setelah tembakannya mampu mengoyak sisi kanan gawang Joe Hart. Inggris menyamakan 1-1 lewat sontekan jitu kapten tim Steven Gerrard. Moral Italia runtuh saat tembakan Riccardo Montolivo meleset.
Sementara alogoji Inggris Wayne Rooney mudah saja mengecoh Gigi Buffon.
Dalam posisi Inggris sementara unggul 2-1, Andrea Pirlo mendapat giliran sebagai algojo ketiga Gli Azzuri. Tidak terbersit sedikitpun keraguan dalam dirinya saat mengambil penalti. Dengan sangat tenang dia mencukil bola ke tengah gawang, memperdayai Hart yang terlanjur bergerak ke sisi kanan. Skor imbang 2-2. Penalti Pirlo menjadi titik balik Italia. Penembak ketiga Ashley Young tertekan. Tendangan Young membentur mistar gawang.
Antonio Nocerino balik membuat Italia unggul 3-2 setelah tendangan penaltinya menipu Hart. Inggris mulai kehabisan napas. Penendang keempat, Ashley Cole gugup. Buffon membaca arah tendangannya ke arah kiri. Si kulit bundar mudah saja dipetik kiper Juventus tersebut. Habislah Inggris. Penendang kelima Italia, Alessandro Diamanti menggenapi kemenangan lewat sepakan kaki kiri.
Penendang kelima Inggris, Joleon Lescott tak perlu menendang lagi karena tim "Tiga Singa" sudah pasti out. Skor 4-2 untuk Italia. Terseok-seok sejak penyisihan grup, Italia kini sudah berada di semifinal Euro 2012 dan siap melawan Jerman yang so pasti "pusing kepala" mencari cara jitu untuk menghentikannya.
Penalti Andrea Pirlo ke gawang Inggris pada babak perempafinal Euro 2012 sungguh menjadi buah tutur. Bukan cuma di kalangan pemain bintang, tapi para pelatih. Pirlo dengan dingin mencongkel bola untuk menipu Joe Hart. Bolanya melengkung, kira-kira setinggi setengah tiang gawang, masuk pelan ke dalam jaring tatkala Joe Hart justru sibuk menghalau angin.
Ekspresi Pirlo setelah mencetak gol itu pun cool abis. Sedingin pembunuh keji tapi tak merasa berdosa. Padahal itulah gol yang meruntuhkan mental Ashley Young, eksekutor ketiga Inggris. Pelatih Inggris, Roy Hodgson menyatakan, tendangan penalti Pirlo dan cara dia mencukil bola tidak biasa diajarkan dalam latihan. Itu sepenuhnya talenta seorang pemain. Talenta itu tidak semata keterampilan mengolah bola, tapi bagaimana ketahanan mental mengelola tekanan pada suasana pertandingan yang menentukan nasib baik dan buruk.
Pelatih Italia Cesare Prandelli, yang tegang selama babak adu penalti, baru merasa tenang setelah tendangan Pirlo yang indah. "Dia seorang bintang. Seorang bintang tahu apa yang harus dilakukannya dan, ya, dia melakukannya," demikian Prandelli seperti dilansir UEFA.com. Media Italia edisi Senin 25 Juni 2012 menyebut penalti jenius persembahan gelandang Juventus itu sebagai Cucchiao. Bahasa Italia yang artinya sendok. Pirlo seperti mencedok bola dengan sendok lalu
memasukkannya secara perlahan ke mulut gawang Inggris.
Diksi itu pernah diangkat pers Italia untuk penalti Francesco Totti ke gawang Belanda pada Euro 2000. Aksi kapten AS Roma itu sepertinya menjadi inspirasi Andrea Pirlo kala mengecoh kiper Inggris, Joe Hart. Adalah Daniele De Rossi yang mengingatkan "penalti sendok" tersebut kepada Football Italia. "Malam yang akan selalu dikenang. Tendangan Pirlo mengingatkanku pada gol Totti 12 tahun yang lalu. Pirlo mencetak gol penalti dengan luar biasa," kata De Rossi memuji rekannya.
Lalu bagaimana Pirlo bisa melakukan tendangan yang akan terus dikenang pencinta bola sejagat itu? "Dalam satu saat aku melihat kiper melakukan pergerakan aneh, jadi aku menunggunya bergerak dan menendang bola seperti itu. Buatku, mencongkel bola seperti itu mudah. Apa yang aku lakukan justru menekan Inggris dan faktanya Ashley Young gagal mengeksekusi penaltinya," demikian Pirlo
Terlepas dari faktor keberuntungan bagi Italia lolos ke semifinal melalui adu penalti, sepanjang laga 120 menit harus diakui mereka bermain lebih baik. Italia di bawah kendali Pirlo bermain lugas dan Pirlo memainkan peran sangat penting.
BBC melansir beberapa fakta terkait Pirlo yang terpilih menjadi man of the match.
Pirlo adalah pemain Italia yang paling rajin memberikan operan. Total Pirlo memberikan 131 passing. Unggul telak dibanding dengan pemberi operan terbanyak di Inggris, Ashley Cole, dengan 44 kali. Sebanyak 13 dari 14 pemain Italia memiliki rerata 80 persen lebih dalam urusan operan yang tipis, sementara Inggris hanya memiliki lima orang dalam kategori tersebut. Italia menendang ke gawang Inggris 39 kali, sebanyak 12 di antaranya ke arah gawang. Sementara lawannya, Inggris, hanya menendang sebanyak 13 kali dengan on target cuma empat kali. Menurut UEFA, Pirlo menjelajahi lapangan sejauh 11,58 kilometer, unggul dibanding kapten Inggris, Steven Gerrard 11,26 kilometer.
Pirlo sukses menjadi jenderal lapangan tengah untuk mengurung Inggris habis- habisan selama 90 menit bahkan sampai babak tambahan waktu 2x15 menit. Dengan statistik ball possesion 64 persen, Italia membalikkan perkiraan banyak orang bahwa tim asuhan Prandelli akan bermain defensif. Striker Mario Balotelli mendapat sedikitnya lima peluang emas, namun tak satupun bisa menjebol gawang Joe Hart, rekan setimnya di klub juara Inggris musim ini, Manchester City.
Kekurangan Italia adalah penyelesaian akhir yang buruk serta gagal menembus kokohnya lini pertahanan Inggris yang dikoordinir bek Chelsea, John Terry.
Bagaimana dengan Inggris? Sepakbola Inggris di Euro 2012 makin tua dan melapuk. Inggris memainkan gaya bertahan total ala Italia tahun 1980-an yang ketinggalan zaman. Ketika trio Italiano dipimpin Leonardo Bonucci mengurung Wayne Rooney, tak satupun kreator Inggris yang memupus kebuntuan itu.
Gerrard bermain terlalu ke bawah, sehingga Rooney harus sering turun menjemput bola sendiri. Itu membuatnya lelah. Danny Welbeck dan Andy Carrol pun tak berbahaya bagi Buffon karena minimnya pasokan bola matang ke kotak penalti. Lapangan tengah Inggris mati kutu tanpa kehadiran Frank Lampard yang cedera dan buruknya penampilan Gerrard. Gerrard mati, Inggris habis!
Inggris sesunguhnya punya pemain dengan karakter dan kualitas lebih kurang sama dengan Pirlo dalam hal usia, kematangan mental, passing, assist, kontrol bola dan visi bermain. Sayang dia tidak masuk skuad. Namanya Paul Scholes. Dalam 20 tahun terakhir Inggris menghasilkan puluhan pemain bintang sepakbola dunia sekelas pengumpan nomor wahid, David Beckham. Namun, Inggris tidak pernah melahirkan pelatih yang baik. Negara monarki itu cenderung tradisional termasuk dalam mengurus sepakbola. Saat Don Fabio Capello mundur, FA memilih Roy Hodgson. Om Roy sudah terlalu tua usianya. Yang tua lazimnya kurang kreatif lagi. Yang tua mestinya tahu dirilah. Ciao England! *
Manado, 25 Juni 2012