USNS Mercy di Teluk Manado 31 Mei 2012 (foto rizky) |
Pada hari pertama kedatangannya, wartawan media lokal mendapat kesempatan untuk melakukan tur singkat ke kapal rumah sakit terbesar ini. Tribun Manado satu dari 11 media lokal mendapat kesempatan ikut. Sebelum naik ke kapal rumah sakit, semua wartawan mendapatkan pengarahan dari staf US Navy tentang prosedur selama di atas kapal.
Untuk mencapai kapal yang buang sauh di Teluk Manado ini bisa menggunakan dua perahu milik USNS Mercy atau naik helikopter Sea Hawk yang memiliki kapasitas 10 orang penumpang termasuk kru. Biasanya perahu digunakan untuk mengangkut kru yang akan turun ke daratan. Kapal ini akan bekerja selama 12 jam dari 16 jam kerja. sedangkan helikopter untuk mengangkut suplai obat-obatan. Untuk menuju ke kapal ini, mereka hanya menggunakan dua perahu dari 30 yang dimiliki.
Jika menggunakan helikopter maka penumpang akan turun di helipad yang berada di bagian atas kapal sedangkan jika menggunakan perahu penumpang akan naik lewat samping kanan kapal ini.Lantai 01 dan 02, yang terletak paling atas digunakan untuk menyimpan obat-obatan, laboratorium, dan sejenisnya.
Pasien yang tidak bisa berjalan, untuk dapat menuju ruang administrasi dibawa melewati lift yang bisa menampung sekitar 20 orang dewasa. Selain lift ada lorong yang bisa menghubungkan mulai dari bagian atas kapal hingga ke bagian bawah kapal. Jika melewati lorong ini semua personil terlihat bergerak cepat. Begitu sampai di daerah M (main deck) pasien yang akan mengikuti operasi akan dicocokan administrasinya yang ada dalam daftar pasien yang sudah discreening terlebih dahulu di darat.
Dekat dengan bagian administrasi ini, ada yang namanya ruang gawat darurat yang memiliki kapasitas 50 tempat tidur. Di ruangan ini juga nantinya bisa dipilah ke bagian mana pasien akan dirawat. Di sini juga terletak 12 ruang operasi. Sayangnya saat kunjungan Tribun Manado, ruang operasi sementara dipersiapkan jelang pelaksanaan operasi yang akan dilakukan selama 12 hari mendatang.
Di bawahnya lagi tersusun lantai 2 hingga 5, yang digunakan sebagai bangsal para pasien. Mercy memiliki 250 tempat tidur, dan bisa ditambah hingga 1.000 jika diperlukan. Di dalam kapal itu ada 20 tempat tidur untuk perawatan pasca-operasi, dan 80 dipan untuk perawatan intensif. Di sana ada poliklinik gigi dengan enam bilik pemeriksaan. Meski tak bisa masuk ke dalam ruangannya langsung, dijelaskan oleh Perwira Humasnya Maria Lohmeyer dinding kamar dari baja dicat putih, krem, atau hijau muda. Tak ada sofa mentereng atau televisi di ruang pasien. . "Semua ruang berpenyejuk udara karena tak ada jendela," kata Maria.
Maria yang menjadi pemandu tur, menambahkan, semua pasien tinggal di dalam barak berukuran sekitar 200 meter persegi. Di dalamnya terdapat 20 tempat tidur bertingkat dua dipan 1x2 meter dengan kasur lateks berseprai putih. Pada sisi masing-masing dipan ada lampu baca, tangki oksigen, dan sebuah rak kecil dari besi. Untuk kamar rawat anak-anak, kata Maria, dirancang sedemikian rupa hingga menyerupai tempat bermain. "Hal ini dimaksudkan agar anak-anak meski dalam masa penyembuhan bisa menikmati hiburan. Ruang perawatan anak memiliki kapasitas 80 tempat tidur," ujarnya.
Rumah sakit terapung ini juga memiliki pusat terapi fisik, mesin ct scan, ada juga mesin khusus yang dapat menganalisa darah melalui sinar X ray, klinik pengobatan mata, dua mesin yang mampu memproduksi oksigen, serta memiliki bank darah yang dapat menyimpan 5 ribu unit kantong darah beku, serta 500 plasma darah serta bisa mencocokan darah 20 unit per jam. Ada juga ruangan untuk masa pemulihan dan ruangan untuk para keluarga yang menjaga pasien yang akan menjalani operasi.
Maria kemudian mengajak rombongan wartawan untuk makan siang. Saat makan siang, semua kru antri untuk masuk dalam satu ruangan. Setiap orang mengambil nampan untuk meletakan peralatan makan seperti piring, mangkuk sup, garpu, sendok, dan pisau. Setelah mengambil peralatan makan, masih juga akan antri untuk mengambil menu. Siang itu menu yang disajikan adalah menu khas Spanyol dan Meksiko. Ada Burrito yang terbuat dari tortilla gandum yang diisi dengan berbagai macam daging seperti daging sapi, ayam atau babi. Daging-daging yang sudah dimasak ini biasanya hanya isi satu-satunya, dan kemudian digulung dengan tortilla tadi. Di Amerika Serikat, isi dari burrito lebih bervariasi, seperti nasi, kacang merah, kubis, tomat, saus salsa, guacamole, keju dan sour cream. "Setiap hari menunya berbeda tergantung jadwal yang sudah dipersiapkan oleh koki," tutur Maria.
Ruang makan adalah tempat favorit para marinir melepas lelah. Sebuah ruangan jembar, sekitar 200 meter persegi. Kursi-kursi makan biru disusun mengitari beberapa meja berbentuk persegi panjang. Agak ke sisi kiri terdapat meja besar tempat orang mengambil buah, aneka minuman panas dan dingin. Di depan, sebuah tv flat besar tergantung dan memutar film-film Hollywood. Sebuah kamar untuk mengambil makanan terletak di sisi restoran. Untuk ruang makan perwira, letaknya berbeda dengan ruang makan kru umum. Di ruang makan perwira, sudah tersedia menu yang sama. Kursinya diatur mengikuti meja bundar yang di atasnya sudah di letakkan beberapa jenis saus dan madu. "Selesai makan, semua perwira maupun kru harus membawa sendiri peralatan makannya ke bagian belakang. Di sana sudah ada orang yang siap untuk mencuci piringnya," jelas Maria kepada rombongan wartawan yang sudah selesai makan.
Untuk menghilangkan kebosanan, bisa juga dilakukan aktivitas lainnya seperti bermain pingpong, berbelanja di minimarket, mengirim surat melalui kantor pos. Jika sedang iseng, para penghuni kapal bisa juga membeli camilan di mesin penjual minuman kaleng dan makanan kecil. Tentu saja mesin itu hanya menerima recehan dolar.
USNS Mercy dahulunya adalah kapal tengker minyak yang kemudian pada 19 Desember 1986 disumbangkan kepada US Navy. Kapal yang semuanya terdiri dari metal ini, kemudian diubah menjadi kapal rumah sakit. USNS Mercy merupakan satu dari dua kapal rumah sakit milik Amerika. Kapal ini memiliki panjang 272 meter, dengan kecepatan 17.5 mil laut. Namun menurut Perwira Humasnya, untuk perjalanan ke Indonesia mereka hanya menggunakan kecepatan 5 knot.
Palkanya dibedah, ditata ulang, dan diisi dengan peralatan medis modern. Di lambung kiri dan kanan diberi ruang yang diisi 35 ribu ton air laut, sebagai penyeimbang kapal. Dengan kelengkapan itu, kapal praktis tidak oleng meski dihantam ombak. Itulah sebabnya, operasi berpresisi tinggi, seperti bedah jantung, bisa dilakukan meski kapal sedang melaju. Untuk mengurangi guncangan, kabin bedah diletakkan di tengah perut kapal. Kapal ini memliki awak yang terdiri dari pelaut sipil (dengan waktu penugasan) sebanyak 65 orang, yang bukan penugasan sebanya 18 orang, kemudian personil angkatan laut, kedokteran, sebanyak 1.215 orang penugasan, dan 58 orang yang tidak penugasan. (rine f araro)
Sumber: Tribun Manado 1 Juni 2012 halaman 1