Mampir Sejenak di Ayasofya Istanbul

Gerbang utama Ayasofya
SEBELUM meninggalkan Jakarta pekan terakhir bulan September 2016 menuju Istanbul, seorang teman yang sudah beberapa kali berkunjung ke kota Turki yang elok itu mengingatkan agar tidak lupa  menyambangi Hagia Sophia.

"Sebaiknya bung ke sana  untuk melihat keunikan dan terutama pesannya yang luar biasa bagi umat manusia," kata rekanku itu. Saya coba menanyakan lebih lanjut apa yang istimewa dari tempat itu sehingga dia getol mempromosikan, namun tidak mendapat jawaban. Rupanya dia sengaja membiarkan rasa penasaran terbawa hingga ke negara yang berada di dua belahan benua tersebut.

Gayung bersambut. Manajemen Karpowership, perusahaan pembuat kapal listrik yang mengundang kami 18 wartawan asal Indonesia  bertandang ke Istanbul ternyata sudah mengagendakan city tour ke Hagia Sophia. Dan, tiba saatnya city tour  hari itu, Sabtu 1 Oktober 2016. Kami sungguh terkagum-kagum melihat Hagia Sophia atau orang Turki umumnya menyapa  Ayasofya.

Selain Selat Bosporus yang elok,  Hagia Sophia adalah landmark Istanbul, kota dengan populasi 14,3 juta jiwa atau yang terpadat di Turki. Pelancong dari berbagai belahan dunia  hampir pasti berkunjung ke Ayasofya jika mereka sudah menginjakkan kakinya di Istanbul atau dulu dikenal sebagai Konstantinopel.

Wisatawan selalu menyemut di Hagia Sophia. Pada akhir pekan yang cerah 1 Oktober 2016, kami menyaksikan antrean panjang pengunjung sepanjang hari. Antrean mengular kurang lebih 200 meter terlihat di loket pembelian tiket hingga pintu gerbang masuk Ayasofya. Lantaran tiket sudah lebih dulu dibeli rekan-rekan dari Karpowership, kami tidak berlama-lama antre di pintu masuk. Dengan tiket di tangan langsung saja bergegas menikmati Ayasofya yang kini sudah menjadi museum.
Interior Ayasofya gabungan gereja dan masjid

Burak, pemandu city tour yang menemani kami hari itu menjelaskan banyak hal menarik tentang Ayasofya. Keistimewaan bangunan Ayasofya adalah usianya hampir 2.000 tahun. Saya dan rekan-rekan jurnalis sempat terkecoh oleh tampilan fisik bangunan Ayasofya. Dari luar jelas terlihat itu sebuah masjid agung yang ditandai kubahnya yang eksotik. Sama seperti kebanyakan masjid di Kota Istanbul yang menurut Burak jumlahnya lebih dari 3.000. 

Setelah masuk ke dalam kami tercengang karena interior Ayasofya ternyata  merupakan gabungan gereja dan masjid. Itulah sebabnya Unesco menjadikan Ayasofya sebagai situs warisan dunia. Di salah satu sudut bangunan itu ada semacam prasasti berisi pesan  sangat penting bagi umat manusia bahwa kekuasaan boleh datang dan pergi tetapi rumah ibadah tetap lestari. Tidak bijaksana merusak rumah ibadah karena berbeda pilihan politik.

Ayasofya berasal dari bahasa Yunani yang artinya kebijaksanaan suci.  Bangunan tersebut  merupakan saksi sejarah peradaban manusia yang patut dikagumi. Dia  menyimpan banyak kisah pahit, manis, dramatis juga heroik. Kisah paling dramatis saat Konstantinopel jatuh ke tangan Turki Usmani (Kerajaan Ottoman).
Gerbang utama Topkapi

Perancang Ayasofya adalah ilmuwan Yunani yaitu Isidorus, seorang fisikawan dan Anthemius yang dikenal sebagai pakar matematika di zamannya. Bangunan gereja itu pertama kali didirikan atas perintah Kaisar Justinian Bizantium. Konon pada tahun 360, Kaisar Constantine pernah membangun gereja besar bernama Megalo Ekklesia di tempat Ayasofya berdiri saat ini, namun terbakar pada tahun 404. Ayasofya baru dibangun  pada tahun 537.

Beberapa sumber referensi menyebutkan, Ayasofya digunakan sebagai gereja selama 916 tahun sejak dibangun tahun 537. Seiring pergantian kekuasaan Hagia Sophia  beralih fungsi sebagai masjid selama 481 tahun.  Tinggi kubah bangunan ini 55,6 meter dan dianggap sebagai lambang arsitektur Bizantium. Hagia Sophia pernah menjadi katedral terbesar di dunia selama hampir 1.000 tahun.

                    Istana Topkapi
Jika Anda berkunjung ke Ayasofya, jangan lewatkan obyek wisata sejarah lainnya yang terkenal di kawasan itu. Cukup berjalan kaki saja bisa menikmati Istana Topkapi (Topkapi Sarayi). Istana ini merupakan kediaman resmi Sultan Utsmaniyah selama lebih dari 600 tahun (1465-1856).

Pembangunan istana ini dimulai pada tahun 1459 atas perintah Sultan Mehmet II. Kompleks istana terdiri dari empat lapangan utama dan banyak bangunan kecil. Pada masa kejayaannya istana ini dihuni 4.000 orang. Selain sebagai tempat tinggal kerajaan, istana digunakan untuk acara kenegaraan dan hiburan.

Interior Ayafosya
Pesona  Istana Topkapi memudar akhir abad ke-17 ketika sultan lebih suka menghabiskan waktu di istana baru bernama Dolmabahçe di bibir Selat  Bosporus. Istana Topkapi juga merupakan situs warisan dunia Unesco. Masih di kompleks Ayasofya, wisatawan dapat menikmati Masjid Biru yang terkenal. Disebut Masjid Biru karena warna cat interiornya dominan warna biru.

Kota Istanbul memang  memiliki banyak situs sejarah yang penting dan masih lestari hingga kini. Ketika masih bernama Konstantinopel, dia  merupakan ibukota Kekaisaran Romawi Timur.

Menurut sejarah, ibukota Romawi Timur awalnya adalah Nikomedia di Anatolia lalu sejak tahun 330 berpindah ke Bizantium lalu berganti nama menjadi Konstantinopel.

Kekaisaran Romawi Timur merupakan kekuatan terbesar ekonomi, budaya dan militer di Eropa pada zamannya. Wilayah kekuasaannya membentang dari Armenia  hingga  Calabria di Italia Selatan bahkan sebagian wilayah Afrika termasuk negara subur   Mesir.  Kekaisaran Romawi terbagi menjadi barat dan timur tahun 395 setelah kematian Theodosius I yang merupakan kaisar yang memerintah seluruh Romawi.

Pembagian ini mengacu pada persamaan bahasa. Kekaisaran Romawi Barat penduduknya menggunakan bahasa Latin sedangkan Romawi Timur bahasa Yunani. Sejarah mencatat pemisahan ini justru menggerogoti persatuan Romawi hingga akhirnya Romawi Timur jatuh ke tangan Turki Usmani tahun 1453. (dion db putra)

Sumber: Pos Kupang 11 Desember 2016 hal 3
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best WordPress Themes