Edy Ramayadi |
Dalam kongres yang diikuti seluruh anggota PSSI tersebut, Edy mendapat dukungan 76 suara atau unggul jauh dibandingkan calon lainnya mantan Panglima TNI Jenderal Moeldoko yang mendapat dukungan 23 suara disusul Eddy Roempoko satu suara. Tiga tiga calon ketua umum PSSI lainnya yakni Sarman El Hakim, Bernhard Limbong dan mantan pemain timnas Kurniawan Dwi Yulianto tidak mendapatkan suara dalam kongres itu. Media melaporkan ada tujuh suara yang tidak sah.
Edy Rahmayadi menggantikan tugas ketua umum PSSI sebelumnya La Nyalla Mattalitti yang tidak selesai menunaikan tugasnya karena terbelit kasus hukum. Forum kongres juga memilih Joko Driyono dan Iwan Budiawan sebagai wakil ketua umum PSSI. menggantikan wakil ketua umum yang lama yakni Erwin Dwi Budiawan dan Hinca Pandjaitan.
Gatot S Dewa Broto dari Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) yang mewakili pemerintah menyambut baik terpilihnya Edy. Dia mengapresiasi proses pemilihan ketua umum PSSI yang berjalan sesuai statuta FIFA, AFC, dan PSSI.
"Kami ucapkan selamat pada Pak Edy Rahmayadi yang telah terpilih," kata Gatot.
Masyarakat pencinta sepakbola nasional tentu ikut bergembira. Hasil kongres PSSI pada 10 November 2016 setidaknya mulai mengikis ketidakpastian yang sudah berlangsung lama di dalam tubuh organisasi tersebut. Mati surinya prestasi sepakbola Indonesia antara lain disebabkan amburadulnya organisasi PSSI selama ini. PSSI lebih banyak "ribut" secara internal daripada mengelola persepakbolaan nasional agar prestasinya minimal bisa menyamai negara-negara di Asia Tenggara.
Kita sudah merasakan dampak buruk ketika PSSI dibekukan pemerintah. Induk olahraga sepakbola dunia, FIFA memberikan sanksi kepada Indonesia. Tim nasional kita tidak boleh berlaga di event internasional. Demikian pula dengan klub peserta liga Indonesia. Liga domestik kita tidak bergulir. Para pemain kehilangan sandaran hidup. Sejumlah klub bangkrut serta aneka persoalan lainnya yang sangat kompleks.
Masyarakat berharap banyak pada PSSI. Terpilihnya Edy Rahmayadi dan para pengurus lainnya memberi harapan untuk menata kembali persepakbolaan Indonesia. Pekerjaan rumah pengurus baru memang segudang. Tetapi kita percaya mereka akan mampu melakukan perbaikan dengan mengusung skala prioritas. Pertama tentu memulihkan kepercayaan masyarakat bahwa organisasi PSSI masih ada dan pengurusnya akan bekerja keras melakukan konsolidasi. Kedua, terus berikhtiar memperbaiki prestasi sepakbola Indonesia. Semoga!*
Sumber: Pos Kupang 12 November 2016 hal 4