Didier Deschamps |
POS-KUPANG. COM - Prancis beruntung memiliki anak bola bernama Didier Claude Deschamps. Pria kelahiran Bayonne, 15 Oktober 1968 tersebut sejauh ini selalu mempersembahkan yang terbaik dari ladang bola demi keharuman bangsa dan negara.
Didier Deschamps memang tak setenar Zinedine Zidane. Apalagi dibandingkan si flamboyan Eric Cantona dan anak ganteng David Ginola. Tapi hanya dia pekerja cerdas di tubuh Les Bleus. Tangguh dan efektif sebagai gelandang bertahan bahkan cukup sering berubah peran sebagai libero.
Dengan daya jelajah yang tinggi, Deschamps melayani dengan sungguh rekan- rekannya. Itulah sebabnya Pelatih Prancis 1998, Aime Jacquet lebih memilih dia ketimbang Cantona dan Ginola.
Dia bagian dari kisah sukses generasi emas Prancis kala merebut trofi Piala Dunia 1998 setelah menekuk tim unggulan Brasil di final. Deschamps bersinar bersama koleganya si botak Fabien Barthez, Marcel Desailly, Laurent Blanc, Bixente Lizarazu, Zinedine Zidane, Lilian Thuram, Emanuel Petit, Thiery Henry, dkk. Tim yang sama pun berjaya di Piala Eropa 2000.
Bagi Prancis, Didier Deschamps yang bermain sebanyak 103 kali untuk timas dan mencetak 4 gol adalah legenda. Nama besar yang akan terkenang selalu.
Dibanding rekan seangkatanya seperti Laurent Blanc dan Zidane, Didier Deschamps tercatat paling sukses menjadi pelatih baik di klub maupun tim nasioal (timnas).
Keberhasilannya sebagai pelatih terlihat sejak ia membawa klub AS Monaco menjadi runner-up Liga Champions Eropa pada tahun 2003. Ia pun sukses membantu bekas klubnya Juventus kembali ke Serie A Italia serta mengantar Marseille juara Liga Prancis hingga akhirnya dipercayakan Federasi Sepakbola Prancis sebagai pelatih timnas tahun 2012.
Didier Deschamps menangani Les Bleus setelah tampil ngos-ngosan di ajang Piala Eropa 2012. Tugas berat dia pada waktu itu adalah mempersiapkan tim untuk Piala Dunia 2014 di Brasil. Dalam berbagai keterbatasan, Didier bisa membawa tim asuhannya bertahan sampai babak perempatfinal. Empat tahun lalu, langkah Prancis dihentikan Jerman yang akhirnya keluar sebagai juara dunia.
Sejak kegagalan di Brasil tersebut, Deschamps melakukan peremajaan pemain. Dia memberi kesempatan lebih besar kepada talenta muda seusia Paul Pogba. Terbukti polesan tangan dinginnya membuahkan hasil.
Selain faktor tuan rumah, Prancis tampil trengginas hingga lolos ke babak grandfinal Piala Eropa 2016. Sayang seribu sayang kala itu Paul Pogba, Olivier Giroud dan Antoine Griezmann dkk kalah melawan Portugal.
Tren kinerja kepelatihan Didier Deschamps bersama pasukan mudanya menjulang positif. Kini mereka sudah berada di babak semifinal Piala Dunia 2018 setelah menyingkirkan tim-tim yang lebih diunggulkan.
Prancis 2018 memiliki peluang besar untuk mengulang sukses 1998. Banyak pemain hebat di tim Deschamps. Sebut misalnya Kylian Mbappe, Ousmane Dembele, Benjamin Pavard dan Nabil Fekir. Mereka merupakan talenta muda berbakat yang bakal terus bersinar.
Selama di Rusia 2018 Deschamps cenderung memakai formasi 4-2-3-1. Kemungkinan skema yang sama bakal dia pakai melawan Belgia, Selasa (10/7/2018) malam atau Rabu (11/7/2018) dini hari Wita.
Paul Pogba dan N'Golo Kante merupakan kunci kekuatan lini tengah Prancis. Ada yang melukiskan peran Kante sebagai mesin perebut bola dan pemutus rantai serangan lawan. Sedangkan Pogba cerdas melihat arah permainan dan mampu mengelolanya dengan apik untuk menghasilkan peluang manis.
Didier Deschamps percaya kekuatan dan kecepatan Mbappe dan serta kelincahan Griezmann akan merepotkan lawan. Apalagi dibantu Olivier Giroud yang bisa hadir mengejutkan dari lini kedua.
Sejarah Piala Dunia mencatat baru dua orang yang pernah memenangi Piala Dunia dalam perannya sebagai pemain dan pelatih, yaitu Mario Zagallo (Brasil) dan Franz Beckenbauer (Jerman). Didier Deschamps berpeluang menjadi orang ketiga bila tahun 2018 ini dia sukses membawa Prancis meraih trofi Piala Dunia di Rusia.
Langkah ke sana terbuka lebar. Malam ini mantan pemain klub Nantes, FC Girondins de Bordeaux, Olympique de Marseille, Juventus, Chelsea dan Valencia ini harus mengalahkan Belgia.
Sanggupkah Prancis? Sulit menjawabnya karena Belgia pun sedang on fire dan memiliki pemain bintang dari kiper hingga striker. Di atas kertas Belgia jelas kurang diunggulkan dan ini menguntungkan. Mereka siap meledak untuk menghentikan langkah Prancis menuju trofi Piala Dunia yang kedua.
Duel di Kota St Petersburg beberapa jam lagi pun akan sangat familiar bagi para pencinta Liga Primer di Indonesia lantaran banyak pemain dari kedua tim yang membela klub anggota liga utama Inggris.
Tercatat 11 pemain Belgia yang berkiprah di Liga Primer, dan lima pemain dari Prancis yang bermain di kompetisi paling meriah sejagat itu.
Kiper Belgia, Thibaut Courtois dan Kapten Belgia, Eden Hazard akan melawan rekannya di Chelsea, Ngolo Kante dan Olivier Giroud. Sedangkan gelandang Prancis Paul Pogba bakal bertarung melawan sobatnya di Manchester United, Romelu Lukaku dan Marouane Fellaini. Seru!
Kita berharap laga semifinal antara Prancis vs Belgia menghasilkan gol. Belgia sejauh ini sudah mengoleksi 14 gol dari lima pertandingan atau rata-rata 2,8 gol di setiap laga.
Tim asuhan Pelatih Roberto Martinez dibantu asistennya yang merupakan rekan seangkatan Didier Deschamps, Thierry Henry merupakan tim haus gol. Belgia memiliki trisula piawai dalam diri Eden Hazard, Romelu Lukaku dan Kevin de Bruyne.
Prancis yang sempat mandul di fase penyisihan grup, mulai membaik di babak knock-out dengan menggilas Argentina 4-3 dan Uruguay 2-0.
Dengan komposisi tim yang relatif seimbang di semua lini, wajar bila Prancis lebih diunggulkan. Namun, sekali lagi perlu diingatkan bagi fans Les Bleus bahwa generasi emas Belgia yang bertabur bintang akan memberikan kejutan. Jangan- jangan Prancis menjadi korban berikutnya setelah Brasil. Selamat menonton. *