Batu Penis di Liangbua Manggarai, Flores |
KEBERADAAN batu kemaluan (penis stone) di Liang Bua, Desa Wae Mulu, Kecamatan Wae Rii, Kabupaten Manggarai belum setenar Liang Bua, gua tempat ditemukan sembilan tulang-belulang Manusia Flores atau Homo Floresiensis. Homo Floresiensis yang dijuluki hobbit adalah nama yang diberikan pakar antropologi dan tim gabungan Australia-Indonesia terhadap spesies dari genus homo yang punya tubuh dan volume otak kecil.
Menurut serial subfosil (sisa-sisa tubuh yang belum sepenuhnya membatu), individu sisa tulang itu diberi kode LB1-LB9. Postur tubuh paling tinggi sepinggang manusia moderen sekitar 100 cm. Pos Kupang sudah empat kali mengunjungi gua yang terkenal ke sentero jagat pasca penemuan Homo Floresiensis tanggal 6 September 2003.
Kerja sama penggalian dilakukan tim gabungan Indonesia-Australia dimulai tahun 2001 untuk mencari jejak peninggalan migrasi nenek moyang orang Aborigin Australia di Indonesia. Tim Indonesia dipimpin Raden Pandji Soejono dari Puslitbang Arkelogi Nasional (dulu Puslit Arkenas) dan tim Australia dipimpin Mike Marwood dari Universitas New England.
Pada kedalaman lima meter (ekspedisi sebelumnya tidak pernah mencapai kedalaman itu), ditemukan kerangka mirip manusia yang luar biasa kerdil. Tulang-tulang itu tidak membatu (bukan fosil), tetapi rapuh dan lembap. Terdapat sembilan individu, namun tidak ada yang lengkap. Diperkirakan Liang Bua dipakai sebagai tempat pekuburan.
Individu terlengkap, LB1, diperkirakan berjenis kelamin wanita ditemukan pada lapisan berusia sekitar 18.000 tahun. Bagian yang ditemukan berupa tengkorak, tiga tungkai (tidak ada lengan kiri) dan beberapa tulang badan. Individu lainnya berusia antara 94.000 dan 13.000 tahun.
Batu Penis di Liangbua, Manggarai |
Agaknya sudah banyak publikasi tentang manusia kerdil dari Liang Bua. Yang masih sayup adalah cerita tentang batu berbentuk penis atau batu kemaluan. Guna menghilangkan rasa penasaran itu, Selasa tanggal 5 Mei 2015 pukul 08.00 Wita Pos Kupang bergegas ke Liang Bua. Cerita tentang batu penis pernah disampaikan pemandu wisata Kornelis Jaman, dua tahun silam saat Pos Kupang ke Liang Bua. Tetapi saat itu konsentrasi tercurah kepada penemuan berbagai fosil binatang purba oleh tim Arkelogis Nasional.
Batu berbentuk alat kelamin pria itu berdiri kokoh di dalam gua. Letaknya agak ke utara dekat dinding gua dan langit-langit gua yang dipenuhi stalaktit. Dari depan gua yang berukuran panjang 50 meter, lebar 40 meter dan tinggi 20 meter, batu penis itu tampak kokoh di antara batu-batuan lainnya.
Bila tujuan utama kedatangan ke Liang Bua untuk mengamati batu penis, maka tidak sulit mengenalinya. Bentuk batuan warna putih kelabu tersebut memang mirip penis. Pos Kupang bersama Kornelis, mengukur batu penis raksasa ini. Bukan main besarnya. Bayangkan, panjang batu penis 80 cm, lingkaran helm 95 cm dan lingkaran bawah dekat pangkal 132 cm.
"Besar sekali. Saya tidak sempat mengukurnya selama ini," kata Kornelis sambil terbahak-bahak. Pengenalan Kornelis dengan batu penis raksasa ini bukan kebetulan saja. Sejak kecil, neneknya Antonius Agang (80) selalu bercerita kepada Kornelis tentang legenda Liang Bua.
Antonius, cerita Kornelis, bukan dukun. Tapi pernah ada pasangan suami istri yang telah lama menikah dan belum punya keturunan menemui nenek Antonius. Dia memberi pasangan itu "ramuan" berupa air rendaman batu asah. Setelah minum air tersebut, pasangan ini dikaruniai anak.
Suatu ketika, kata Kornelis, sang nenek menceritakan lagi batu mirip penis di Liang Bua. Batu penis itu,katanya, merupakan milik orang tertua yang tinggal di dalam gua ribuan tahun silam. Mengapa penis milik penghuni Liang Bua menjadi batu, Kornelis mengaku tak punya kisahnya.
Entah sejak kapan penis raksasa itu tersohor, Kornelis pun tak ingat lagi ceritanya. Seingat Kornelis, suatu ketika pada tahun 2011, dia ditemui sepasang suami istri asal Ruteng. Raut wajah mereka kurang cerah seperti ada soal yang hendak dibagikan kepada Kornelis. Delapan tahun menikah, pasangan itu trak kunjung mempunyai momongan.
Batu Penis di Liangbua Manggarai, Flores |
Kornelis menyatakan, ada berbagai syarat yang mesti dipatuhi berkaitan dengan legenda batu penis itu. Yang paling penting, kata Kornelis, permohonan (sungke dalam Bahasa Manggarai) dan niat kepada batu penis. "Syaratnya, pertama tidak boleh memberitahu atau menceritakan kepada siapapun bila niatnya ke Liang Bua mengambil `ramuan' dari batu penis ini. Datang berdua bersama pasangan. Bila mau mengorek bagian batu penis ini atau mengambil air yang jatuh dari gua, tidak boleh memandang ke belakang. Tidak boleh juga dilihat orang. Pada waktu mau pulang juga tidak boleh lihat ke belakang," kata Kornelis.
Menurut Kornelis, pasangan dari Ruteng mengorek sedikit batu penis, mengambil air yang jatuh dari stalaktit dan mencampurkanya ke dalam botol plastik untuk dibawa pulang. Ramuan itu diminum selama lima hari setiap bangun pagi dan sebelum berhubungan suami istri "Sebulan lebih kemudian, pasangan ini menemui saya menyampaikan khasiat ramuan batu penis. Entahlah istrinya hamil atau berhasilnya seperti apa, mereka tidak jelaskan detail," demikian Kornelis.
Kornelis yang sudah 15 tahun dipercaya Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Pemkab Manggarai mengelola Liang Bua mengatakan sudah 12 pasangan suami istri yang datang kepadanya menyampaikan niat serupa.
Cerita mujarab batu penis raksasa itu juga menjadi bagian dari tugas pemandu wisata. Kepada setiap pengunjung terutama yang dewasa, baik wisatawan domestik maupun asing, Kornelis tak sungkan mempromosikan khasiat batu penis raksasa ini. "Kalau pengunjung punya niat yang kuat, mereka akan kembali lagi.
Mengorek batu penis dan mengambil air dari stalaktit. Saya yakin dengan publikasi ini akan menarik perhatian orang yang punya niat khusus untuk mencobanya. Silahkan datang, dengan senang hati saya memandu," demikian Kornelis. (eugenius mo'a)
Sumber: Pos Kupang 10 Mei 2015 halaman 5