Kenangan Marilonga...


Stadion Marilonga Ende 2017
Catatan Sepakbola Dion DB Putra

L' Histoire se Repete, kata orang Prancis. Sejarah hampir 18 tahun lalu di lapangan Stadion Marilonga terulang. Kesebelasan PSN Ngada berjumpa tuan rumah Perse Ende di grandfinal kejuaraan sepakbola El Tari Memorial Cup. Era berbeda, generasi pemain tak lagi sama namun atmosfer rivalitas dua tim bertetangga tak berubah jua.

Duel PSN Ngada versus Perse Ende di Stadion Marilonga pada hari Selasa 7 Desember 1999, sungguh meremas jantung para penonton sejak Wasit Umar Wongso melakukan kick off. Lima gol tercipta dalam laga 2x25 menit. Final paling mendebarkan. PSN yang begitu perkasa kala itu harus mengakui keunggulan tim underdog Perse dalam kemasan skor super tipis 2-3. Perse yang dalam daftar pertemuan melawan PSN lebih banyak tiarap,. mengangkat tropi juara turnamen sepakbola paling bergengsi di bumi Flobamora.


Namun, predikat jago kandang pun langsung melekat pada tim Laskar Kelimutu karena tahun-tahun sesudahnya, setelah kisah indah Marilonga 1999, prestasi Perse tak lagi menjulang.

Perse tetaplah tim medioker di buana bola Nusa Tenggara Timur. Kurang lebih mirip dengan kiprah saudaranya Persami Maumere yang dua tahun lalu hebat amat di Gelora Samador. Mereka "horrro" (baca: taklukkan) semua lawan mainnya. Eh, di Marilonga 2017 pulang begitu lekas dengan rekor tanpa kemenangan. Bola memang telanjang, teman. Kalau ente kurang siap bertanding ya siap terima apa adanya.

Urusan rekor beda amat dengan PSN Ngada yang prestasinya konsisten. Tahun lalu anak-anak dari kaki Gunung Inerie nyaris menjuarai Liga Nusantara di Pulau Jawa. Mereka hanya kurang beruntung melawan Perseden Denpasar di final. PSN Oba Bha'i itu nyata dan mereka pemilik tunggal legenda sepakbola NTT. Tentu ini subyektivitas beta tanpa melupakan nama besar seperti PS Kota Kupang, Perseftim dan tim lainnya.

PSN Ngada merupakan tim dengan penampilan nyaris sempurna sejak babak penyisihan grup El Tari Memorial Cup 2017. Perse Ende juga sama baiknya namun grafik Perse cenderung biasa saja sejak babak perempatfinal dan semifinal.

Ketika mengalahkan Persab Belu 4-0 di babak semifinal, Selasa (8/8/2017) malam, PSN Ngada bermain begitu lugas, taktis dan mematikan. Yoris Nono, Ota Pone, Leonardus Ruu dkk mengepung Persab hampir sepanjang laga 2x45 menit.
Tim bintang masa depan dari perbatasan RI-Timor Leste kedodoran untuk mengembangkan permainan karena terus ditekan dari segala penjuru. Lapangan tengah praktis dikuasai pemain PSN Ngada sepenuhnya.

Bila tim asuhan Pelatih Kletus Gabhe dapat mempertahankan irama serupa, kemenangan atas Perse Ende bukanlah mustahil. PSN punya segalanya untuk meraih gelar terbaik malam ini.

Dalam final 18 tahun lalu, PSN Ngada terperangkap dalam karakter khasnya sebagai tim yang panas terlambat. Eman Watu, Renny Pati, Marsel Woto, Johni Dopo dkk saat itu ketinggalan dua gol terlebih dahulu di babak pertama. Perse unggul melalui gol cepat Yosef Bebo pada menit ke-9, hasil tembakan bola mati dari luar kotak 16 meter.
Kiper Imu Kadu lagi-lagi dipaksa memungut bola dari gawangnya hasil tembakan striker Perse Lody Mitan pada menit ke-29.

Justru dalam posisi tertinggal 0-2 PSN Ngada tampil beringas. Babak kedua sepenuhnya milik PSN. Gol Ronda Rato pada menit ke-65 memperkecil ketinggalan menjadi 1-2. Sayang setelah gol itu PSN agak kendor sehingga kecolongan lagi menit ke-80 hasil serangan balik Perse dan melonggarnya pengawalan terhadap Alit Santika.
Gol Johni Dopo hasil tembakan langsung dari sepak pojok untuk mengubah skor 2-3 pantas disebut sebagai datang terlambat karena sisa pertandingan tinggal enam menit.

Pada saat itu sesungguhnya nafas tim Perse nyaris habis dan para pendukungnya mulai resah dan gemas, takut juara bertahan bisa menyamakan kedudukan hingga memaksa laga pada tambahan waktu. Pada detik-detik akhir, bola liar dihalau begitu saja oleh Muhamad Adha, Rahman Toro dan Yosef Bebo sebelum memasuki kotak penalti. Perse parkir bus di lini pertahanan hingga mempertahankan skor 3-2 untuk mengangkat trofi El Tari Memorial Cup 1999.

Bagaimana laga final kali ini? Zaman berbeda, generasi pun sudah tak sama. PSN Ngada 2017 adalah panggungnya bintang baru bernama Octavianus W Pone, Yohanes K Nono, David Pea Demu, Cornelis Daga dkk. Juga di kubu Perse Ende telah lahir bintang millenial sebut misalnya Faris, Ajuar, Rizky, Adi, Alvian Cs. Mereka pun sudah bertanding malam hari di stadion yang lebih apik. Beda jauh dibandingkan 18 tahun lalu saat lapangan Marilonga gundul tanpa rumput menghijau.

Jelang final tahun ini Perse Ende lebih beruntung dalam banyak hal. Tim asuhan Pelatih Nyongki Kastowo itu bermain di kandang sendiri, didukung penuh penonton fanatik yang suka mendendangkan yel-yel roreee! (baca: potong). Diksi yang bikin saya galau karena menebarkan kekerasan verbal. Semoga tak menular menjadi kekerasan fisik yang dapat menodai nama baik Ende sendiri sebagai tuan rumah.

Pemain Perse pun lebih bugar karena mendapat masa istirahat lebih dari 24 jam sebelum final. Sebaliknya PSN Ngada kurang tidur. Berharap Pelatih PSN Ngada, Kletus Gabhe bisa memotivasi anak asuhnya agar bermain efektif selama 2x45 menit.

Setelah bermain di semifinal, Selasa malam, mereka langsung menuju laga puncak pada Rabu (9/8/2017) malam. Jadwal babak semifinal dan final yang demikian mepet kiranya menjadi perhatian serius pengurus PSSI NTT agar tidak terulang di kemudian hari. Kejuaraan sepakbola bergengsi sekelas El Tari Memorial Cup seharusnya dikemas lebih baik lagi agar babak final sungguh menjadi laga puncak yang menghibur dan bermutu.

Semoga babak final malam ini tidak menjadi antiklimaks. Para pemain Perse Ende dan PSN Ngada mesti membuktikan bahwa keduanya layak sebagai finalis. Dan, bagi pendukung PSN maupun Perse tetaplah bersahabat. Jangan sampai gara-gara sepakbola, lantaran tim kesayangan kalah atau menang, mengekspresikasan rasa secara berlebihan. Selamat menonton!

Catatan: Artikel ini dibuat menjelang laga puncak El Tari Memorial Cup 2017 antara Perse Ende melawan PSN Ngada. Laga itu berakhir ricuh. Penonton membludak, duduk hingga tepi garis lapangan. Kapasitas stadion cuma 8.000, dipaksakan tampung dua kali lipat. Laga terhenti menit ke-59 setelah terjadi pelanggaran pemain, penonton serbu lapangan. Perse Ende sementara unggul 1-0. PSSI umumkan Perse juara karena menganggap PSN tinggalkan lapangan.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best WordPress Themes