ilustrasi |
Mereka mandi, cuci dan masak pakai air rasa asin. Bahkan sebagian dari mereka nekat konsumsi air asin karena tak ada pilihan lain.
Kita simak kembali petikan wawancara berikut dari sejumlah warga Noelbaki. "Kami sekeluarga pakai air sumur bor rasa asin ini sudah 13 tahun. Kami pakai untuk mandi, cuci pakaian, dan masak. Walaupun rasa asin kami tetap pakai untuk masak nasi. Kami putar teh juga rasa manis asin, terpaksa minum saja," ujar Maria Fragno.
"Kalau kita orang dewasa mau minum air rasa asin tidak apa-apa. Tapi anak-anak ini yang kasihan. Waktu pertama kali kasih makan nasi ke anak-anak saya, mereka bilang mengapa nasi campur garam? Saya cuma bilang, ya karena air sumur rasa asin. Sekarang ini karena sudah kebiasaan, anak masa bodoh saja. Saya tidak tahu apakah nasi yang saya masak pakai air asin tidak pengaruh pada kesehatan," kata Manuela.
Noelbaki itu masuk wilayah Kecamatan Kupang Tengah, Kabupaten Kupang. Masih bertetangga dekat dengan Kota Kupang, dua daerah otonom yang selama bertahun- tahun bergumul dengan krisis air bersih. Kabupaten Kupang memiliki sumber air yang banyak termasuk bendungan Tilong yang menampung air baku sejak tahun 2001.
Krisis air yang mendera sebagian warga Noelbaki bahkan di antara mereka terpaksa mengonsumsi air asin sungguh fakta yang mestinya segera menyadarkan pemimpin pemerintahan serta wakil rakyat terhormat untuk tidak lagi memandang remeh urusan ini.
Tugas pemerintah itu jelas yaitu menciptakan kondisi sedemikian rupa sehingga rakyat mampu memenuhi kebutuhan dasar mereka berupa pangan, sandang dan papan. Jika kebutuhan air saja susah terpenuhi selama bertahun-tahun, patutlah
mempertanyakan efektivitas pemerintah dan DPRD di daerah ini. Boleh jadi mereka keasyikan dengan kepentingan sendiri.
Menurut pandangan kita, krisis air yang mendera sebagian warga Desa Noelbaki harus segera diakhiri. DPRD kiranya tidak hanya sibuk berdiskusi panjang lebar untuk meningkatkan gaji mereka tetapi bagaimana membangun sinergi dengan pemerintah agar kebutuhan vital masyarakat ini terpenuhi.
Kita tak akan berhenti mengingatkan pemerintah agar bekerja dengan kesungguhan hati. Kita pun tak akan bosan memberitahu calon kepala daerah yang hari-hari ini super sibuk sosialisasi diri untuk tidak mengumbar janji yang muluk-muluk. Janji kepada rakyat memang lumrah saat musim kampanye pilkada. Namun, jangan lupa bahwa rakyat tidak pernah melupakan janji itu dan pada saatnya mereka akan "memvonis" dengan cara mereka sendiri. *
Sumber: Pos Kupang 30 Agustus 2017 hal 4