Yabes Roni |
Timnas Indonesia gagal ke final cabang sepakbola SEA Games 2017 tapi permainan Garuda Muda menjanjikan.
Evan Dimas dkk kalah 0-1 atas Malaysia, namun mereka kalah terhormat. Kepala tetap tegak, mereka hanya kurang beruntung, sedikit kehilangan konsentrasi di menit-menit terakhir.
Tim asuhan pelatih Luis Milla Aspas ini punya masa depan bagus. PSSI mestinya perpanjang masa tugas Milla, hasil SEA Games bukan satu-satunya indikator kinerjanya.
Dan, di antara skuat pasukan Garuda Muda yang aduhai menghibur itu ada Yabes Roni Malaifani, putra NTT kelahiran Alor. Yabes paling disorot sejak sebelum kick-off.
Berkali-kali kamera televisi menyinari wajah gagahnya yang berjambang hingga sepintas mirip Dani Alves. Yabes berlinang air mata saat menyanyikan lagu Indonesia Raya. Yabes tidak pura-pura. Raga dan batin pemuda Moru ini sungguh terlecut spirit membela Merah Putih.
Yabes bermain penuh 2x45 menit dan dia tampil luar biasa dalam posisi sebagai gelandang serang yang beroperasi dari sayap. Berkali-kali dia merepotkan pertahanan Malaysia, memberikan umpan terukur dan menembak ke gawang.
Yabes merupakan tipe pemain bola ideal, dia sama bagus saat menyerang maupun bertahan. Dia rajin mencari bola dengan daya jelajah tinggi.
Yabes makin matang sebagai pemain, keterampilan mengolah si kulit bundar pun semakin baik. Yabes terus bertumbuh sebagai pemain profesional. Itulah yang membuat kita bangga.
Pemain kelahiran 6 Februari 1995 itu usianya belum genap 23 tahun. Dia masih muda. Umur produktifnya sebagai atlet masih sangat lama. Kurang lebih 7 sampai 8 tahun lagi dari sekarang. Tinggal menjaga kebugaran dan skill, niscaya Yabes akan jadi incaran klub-klub besar dan langganan timnas Indonesia.
Yabes adalah role model bagi anak-anak Flobamora. Dia menjadi bukti impian putra NTT menjadi pemain timnas bukan mustahil.
Sejak Yabes meroket bersama timnas U-19 tiga tahun silam, NTT menjadi tujuan tim pencari bakat. Tentu kita butuh nama lain selain Yabes yang masuk timnas.
Dari rahim Nusa Tenggara Timur ini harus lahir Yabes Yabes yang lain. Penerus Yabes. Potensi dan peluang terbuka lebar, tinggal apakah kita siap manfaatkan momentum atau tidak. Tak ada jalan pintas! Pembinaan sejak usia dini merupakan jalan terbaik.
Sebagian kaki kita sudah berada di jalur yang benar. Sekolah Sepak Bola (SSB) mulai tumbuh kembang di daerah ini.
Sebut misalnya SSB Tunas Muda Kupang yang telah melahirkan banyak pemain serta beberapa SSB terakhir yang dikelola dengan manajemen modern yaitu SSB Bintang Timur Atambua dan Bali United Kristal Football School Kupang.
Kiranya SSB terus diperbanyak diimbangi kompetisi berjenjang rutin di setiap kabupaten/kota. Juga berharap Asprov dan Askab PSSI lebih profesional mengelola kompetisi, mengawal regulasi dan memotivasi klub.
Jangan sampai pengurus PSSI telinga tipis, alergi kritik dan paksakan kehendak. Apapun argumentasinya kisruh laga final El Tari Memorial Cup 2017 di Ende jelas mencerminkan salah urus! Seharusnya tidak jumawa. Ada kerendahan hati untuk mengaku khilaf. Ternyata sepotong kata itu begitu mahal di kampung kita. *
Sumber: Pos Kupang 28 Agustus 2017 halaman 1