Ada apa dengan bola, mengapa dia menghipnotis dunia? Menghibur dan
atau membuat orang menangis dalam waktu bersamaan, cuma beda tempat,
warna kulit serta asal-usul. Percayalah bahwa tidak ada jawaban yang
benar-benar tepat sampai hari ini (Dion DB Putra, Bola itu Telanjang, 2010)
Orang suka bola karena dia telanjang. Toh kenyataannya benda kecil seberat 16 ons itu memang tidak pakai apa-apa. Tak pakai baju, tanpa celana. Dia telanjang bulat (Dion DB Putra, Bola itu Telanjang, 2010)
Karena telanjang, bola menyentuh sesuatu yang sangat mahal di bumi hunian kita yaitu spontanitas, kejujuran, tanpa basa-basi (Dion DB Putra, Bola itu Telanjang 2010)
Karena bola tak pakai apa-apa, percayalah bahwa kita semua akan terus memburu dan menunggunya. Hari ini, besok dan lusa (Dion DB Putra, Bola itu Telanjang, 2010)
Menonton sepakbola ibarat menonton orang-orang lapar akan pengakuan sebagai sang juara (Dion DB Putra, Bola itu Telanjang, 2010)
Bisa disebut sepakbola telah menjadi simbol kehidupan kreatif dan daya hidup. Sepakbola adalah kehidupan itu sendiri (Yosni Herin, dalam Bola itu Telanjang karya Dion DB Putra, 2010)
Sejarah bola sudah membuktikan bahwa tim Jerman kendali berintikan pemain biasa-biasa saja selalu bermental juara, disiplin tinggi, kerja keras dan solid (Dion DB Putra, Bola itu Telanjang, 2010)
Romantisme bola itu dalam sejarah Piala Dunia cukup sering menghantar Brasil ke lembah duka. Setiap penampilan Brasil pasti menghibur, namun tidak selalu berakhir dengan kemenangan (Dion DB Putra, Bola itu Telanjang, 2010)
Sepakbola akhirnya menyisakan sebuah misteri yang tak mungkin dipahami. Mungkin itulah sebabnya sepakbola mendekati sebentuk religiositas, yang oleh sebagian orang dikritik sebagai menggantikan dan mengkhianati keagamaan (Sindhunata, Air Mata Bola, 2002).