Beringin Soekarno Masih Kokoh di Atambua

Beringin Soekarno di Atambua
ATAMBUA, PK -- Proklamator kemerdekaan yang juga presiden pertama RI, Ir. Soekarno mewariskan jejak bersejarah di Pulau Timor. Satu di antaranya  pohon beringin yang ditanam Bung Karno masih berdiri kokoh dan rimbun menaungi sisi timur lapangan umum Kota Atambua, Kabupaten Belu.

Soekarno berkunjung ke Atambua tahun 1955.  Bung Karno menginap semalam di  kota perbatasan dengan negara Timor Leste  itu dan setelah berpidato di lapangan umum Kota Atambua, dia menanam beringin yang masih tumbuh subur hingga kini.
Agaknya tak banyak warga Atambua yang tahu kalau pohon beringin itu ditanam Bung Karno 62 tahun lalu.

Di bawah naungan beringin itu,  pada siang hari para penjual es kelapa muda menjajakan dagangannya.  Di sekelilingnya dicor semen melingkar sehingga bisa diduduki dan menjadi tempat orang mengaso sambil menikmati es kelapa muda.

Ditemui di Atambua, Sabtu (3/6/2017), sesepuh masyarakat Belu, Jos Agustinus Diaz (84) menyebut pohon beringin  itu memiliki nilai sejarah. Camat pertama Kota Atambua ini menuturkan, kunjungan Presiden Soekarno ke Atambua  setelah pemilu 1955. Soekarno datang ke Atambua melalui Atapupu. Soekarno  menumpang pesawat Amfibi Catalina. Soekarno disambut secara adat dengan bentangan kain adat Belu sepanjang garis pantai hingga ke mobil yang membawanya ke Kota Atambua.

Hanya saja, jelas Jos Diaz, Soekarno menolak berjalan di atas kain adat sebagai bentuk penghormatan kepada adat dan budaya Belu. Di Atambua Bung Karno menginap di rumah jabatan bupati.  Mantan ketua DPRD Belu ini menyaksikan lautan manusia yang mendengar pidato Bung Karno di lapangan umum Kota Atambua kala itu.

"Setelah pidato, presiden langsung menanam beringin yang mungkin sudah disiapkan saat itu oleh Bupati AA Bere Talo. Beringin inilah yang ada sampai sekarang. Tumbuh alamiah sangat rindang dan bentuknya seperti menaungi atau memayungi," ujarnya.

Jos Diaz menjelaskan, Bung Karno menanam beringin sebagai simbol melindungi seluruh rakyat. Kedatangan Soekarno ke Atambua, lanjut Jos Diaz, bukan tanpa alasan. Itu wujud perhatian Soekarno yang mendengar bahwa Belu memiliki orang- orang hebat yang turut memperjuangkan atau merintis kemerdekaan Indonesia.
Sebagai sesepuh masyarakat Belu yang mengetahui sejarah, Jos Diaz  prihatin dan sedih melihat pohon beringin Soekarno dibiarkan begitu saja. Menurut dia, tidak pantas pohon beringin bersejarah ini hanya menjadi tempat jualan es kelapa muda bahkan jadi tempat pembuangan sampah. 

"Harusnya dibuat  pagar keliling atau dibuat pilar keliling untuk menunjukkan bahwa pohon beringin ini pohon bersejarah sehingga orang yang pergi ke sana atau sekadar lewat melihat lalu dalam hatinya ada kesan bersejarah. Sekarang  tidak ada kesan apa-apa," ujarnya.

Bupati Belu, Willy Lay mengaku tidak mengetahui persis apakah pohon beringin di lapangan umum itu ditanam Presiden Soekarno tahun 1955.  Namun, Bupati Willy mengaku masih menyimpan jejak-jejak sejarah kunjungan Soekarno ke Atambua waktu itu berupa foto yang dipajang di rumah jabatan bupati saat ini.

Dihubungi  Sabtu (3/6/2017), Bupati Willy  mengatakan, pada tahun 2015 saat dirinya belum menjadi Bupati Belu,  pohon beringin itu hampir mati karena dicor  pakai semen yang diduga menghambat pertumbuhan akarnya. Semua daun mulai menguning.

Dia bersama teman-temannya mengerahkan operator alat berat escavator mengeruk tanah di sekitar pohon beringin itu lalu menyirami dengan air sehingga  hijau dan subur lagi seperti saat ini. Bupati Willy sependapat jika pohon beringin ini dijadikan ikon Kota Atambua sebagai salah satu kota bersejarah karena pernah dikunjungi Presiden Soekarno setelah pemilu pertama dan menanam pohon beringin.

Tak Merasa Seram
Sejak tahun 2008, Hermansyah asal Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) berjualan es  di sisi jalan di bawah rimbunan pohon beringin yang ditanam Bung Karno  di sisi timur lapangan umum Kota Atambua. Dia menyiapkan dua kereta tang selain menjual es kelapa muda, dijual pula  es teller dan  es pisang hijau.

Dua kereta dijaga Jens (21), Dedi (20) dan Andre. Ketiganya melayani pelanggan secara acak untuk setiap menu yang diminati. Saat ditemui Minggu (4/6/2017), Jens, Dedi dan Andre sedang melayani pelanggan. Meski cuaca sedang mendung, minat pelanggan terhadap es kelapa dan es teller serta es pisang hijau tidak berkurang.

Mereka  bekerja pada Hermansyah yang telah mengantongi izin usaha dari Kantor Perizinan Kabupaten Belu. Mereka berjualan di tempat itu setiap hari mulai pukul 08.00 sampai pukul 17.00 Wita. Untuk bahan baku kelapa muda, mereka membeli dari Timor Tengah Utara (TTU). Dan, dalam sehari mereka bisa menghabiskan lebih dari 100 buah kelapa. "Kami beli dari Kefa. Kalau dari sini (Belu) biasanya mereka bawa kelapa yang belum ada isi makanya kita beli dari luar," kata Dedi.

Tentang keberadaan pohon beringin besar itu, ketiganya mengaku pernah mendengar cerita bahwa pohon beringin ini ditanam oleh Presiden Soekarno. "Orang-orang di sini sering cerita bahwa ini beringin ditanam Soekarno," ujar Dedi. Selama berjualan di tempat itu, mereka tidak merasakan apa-apa seperti kesan mistis atau seram. Mereka merasa biasa saja. "Kami rasa biasa saja. Tidak yang terasa seram. Mungkin kalau malam hari baru terasa,  tapi kami kan  hanya jualan sampai sore," ungkap Dedi. (roy)


Sumber: Pos Kupang 5 Juni 2017 hal 1
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best WordPress Themes