Lionel Messi |
POS KUPANG.COM – Tatkala dunia memandang kagum Rusia sebulan penuh mulai malam ini 14 Juni 2018, dalam naungan rasi bintang Gemini yang aduhai selalu, ketahuilah itu bukan karena dia negara terluas di dunia dengan pemimpin berbodi atletis Vladimir Putin yang kuat kuasa demikian lama.
Bukan pula karena Moskwa dan Kremlin yang tersohor itu. Tidak juga oleh pesona gadis-gadis pirang berleher jenjang. Rusia sebulan ke depan menjadi perhatian lebih dari satu miliar penghuni bumi lantaran Negeri Beruang Merah menghibur dunia yang letih dalam bahasa bola.
Sepakbola kembali memainkan perannya sebagai bahasa universal yang menembus batas negara, etnis, agama, budaya serta perbedaan pandangan dan sikap politik.
Bola membuat orang mengaso sejenak dari hiruk-pikuk kerasnya perjuangan hidup. Pedihnya mencari sesuap nasi di tengah zaman disrupsi yang bikin ekonomi serba sulit. Bola itu oase di padang gurun pergumulan manusia zaman now.
Bermain bola biasa setiap saat dan di banyak tempat. Dari kampung beta yang permai tiada dua di Lio Timur sana sampai surganya bola di bumi Amazon Brasilia atau Madrid dan Barcelona. Dari kelas tarkam ala Indonesia hingga liga elit dunia. Hampir setiap waktu tuan dan puan bisa menikmati pertandingan sepakbola bukan?
Bedanya di sini. Kejuaraan sepakbola Piala Dunia hanya empat tahun sekali sehingga Rusia 2018 menjadi panggung terbesar, terkeras dan terbaik. Podium paling membahagiakan dan serentak bisa amat menyakitkan.
Piala Dunia itu berat bung! Belanda nan gagah perkasa, tim flamboyan yang selalu membuat jutaan orang jatuh cinta saja gagal ke putaran final. Tak lolos masuk kelompok 32 finalis.
Tim langganan juara Piala Dunia, Italia juga nasibnya serupa. Gli Azzuri tak bergigi musim ini. Mereka harus menepi sedih menonton pesta ekstravagansa Rusia 2018 di rumah sendiri. Bola selalu menebarkan senyum dan tawa. Bola pun meninggalkan luka nestapa.
Belanda gagal, si Arjen Robben galau berat. Maklum, Rusia 2018 mestinya ajang Piala Dunia terakhir baginya memberikan yang terbaik bagi tanah air. Nyaris saja Robben Cs sukses di grandfinal 2010, tetapi Dewi Fortuna kala itu lebih memilih Espana. Andres Iniesta dan Spanyol berjaya. Pertama kali meraih trofi Piala Dunia. Belanda lagi-lagi spesial runner-up. Empat tahun lalu Belanda pun tak beruntung.
Untungnya Robben itu pria Belanda yang baik hati. Hebatnya lagi dia diam-diam mencintai Indonesia terlebih bumi terindah di tenggara NKRI tapi bukan Bali, apalagi Lombok dan Sumbawa.
Empat puluh delapan jam menjelang kick off Rusia vs Saudia Arabia di Moskwa, Arjen Robben menginjakkan kakinya di Labuan Bajo. Wow! Dia memilih Taman Nasional Komodo untuk berlibur, jauh dari hingar bingar Piala Dunia 2018.
Robben saat ini sedang menikmati kemolekan Pulau Padar, Rinca, Komodo, Ping Beach dan terutama mendengar desis suara Varanus Komodoensis, satu-satunya binatang purba yang tersisa.
Pemain klub raksasa Jerman Bayen Munich itu tidak sendirian. Dia ke Flores bersama istrinya Bernadien
Eillert, dua putranya Luka dan Kai serta putrinya yang mungil bernama Lynn.
Liburan Robben di Labuan Bajo tak hanya mengusik tetapi menjadi trending topic Indonesia dan dunia
di tengah riuh gemuruh Rusia 2018. Terima kasih Meneer Robben. Dikau meneguhkan tanah kami sebagai the New Tourism Territory. Robben dan Valentino Rossi saja berlibur ke NTT, masa tuan dan puan tidak? Terlalu, kata Bang Rhoma.
***
KETERLALUAN jikalau tuan tak berpaling ke Rusia meski sedang sibuk utak-atik siapa pemenang pesta Pilgub atau Pilbup 2018. Rusia itu memukau lantaran Lionel Messi pun sedang galau. Di tebing waktu, Messi berhadapan dengan secuil tanya, sekarang atau tidak sama sekali.
Messiah berselimut penasaran mengingat Argentina gagal melulu di Piala Dunia. Di lapangan bola Messi sudah memiliki segalanya, kecuali satu hal dia belum menyamai prestasi sang idola, Diego Armando Maradona.
Kini saatnya Messi memimpin Argentina meraih trofi Piala Dunia setelah tahun 1986. Kalau gagal lagi berarti takdir Messi adalah sekadar bintang La Liga bukan maestro Piala Dunia.
Kegalauan serumpun juga menikam batin seteru abadi Messi, Cristiano Ronaldo. Portugal juara Eropa 2016 tapi juara dunia belum tentu bisa.Cita-cita Ronaldo adalah meraih dua gelar prestisius guna menyamai Spanyol sekaligus menggenapi pencapaiannya sebagai pemain terbaik dunia.
Di Rusia 2018 Portugal dan Spanyol bersanding bersama di Grup B selain Maroko dan Iran. Kedua tim akan bertanding Sabtu dini hari 16 Juni 2018 waktu Indonesia atau Kamis malam di Rusia. Ujian pertama yang sangat menentukan. Duel big macth yang sayang terlewatkan begitu saja.
Seberapa jauh Cristiano Ronaldo dkk akan melangkah? Jangan-jangan prestasi Portugal tak menjulang. Sebagai pemegang gelar juara Eropa, mereka akan menjadi tim favorit. Nasib tim favorit kerap tak seindah harapan. Malah tunggang langgang keluar gelanggang. Lebih awal!
Spanyol sedang gelagapan. Ini kabar baik bagi tim asuhan Pelatih Fernando Santos. Portugal bisa mengalahkan Spanyol yang sedang gundah-gulana. Cuma sehari jelang kick-off Piala Dunia 2018, Federasi Sepakbola Spanyol (RFEF) memecat pelatih tim nasional Julen Lopetegui.
Julen Lopetegui dicopot dari posisinya karena sudah menerima tawaran menjadi pelatih klub Real Madrid musim depan. Federasi marah karena merasa dilangkahi. "Kami sudah memecat pelatih tim nasional," kata Presiden RFEF Luis Rubiales dalam jumpa pers dadakan, Rabu (13/6/2018), seperti dikutip Guardian.
"Kami baru tahu secara mendadak bahwa ia akan pergi untuk gabung Real Madrid. Pada situasi tertentu ada kalanya Anda harus bersikap. Julen sudah bekerja secara baik di tim tapi kami tak bisa menerima sikapnya ini," tutur Rubiales.
Julen pelatih bertangan dingin. Di bawah asuhannya timnas Spanyol tak terkalahkan dalam 20 laga. Dia menangani tim berjuluk La Roja (Si Merah) itu seusai Piala Eropa 2016 dan mengantar Spanyol lolos ke Rusia 2018.
Sayang kemarahan pengurus Federasi tak terbendung. Lopetegui harus tinggalkan Rusia dengan wajah muram sambil mendoakan Spanyol raih juara dunia. Atmosfir Piala Dunia bisa membuat orang sulit mengendalikan emosi yang meledak-ledak. Apa salahnya memberi kesempatan Julen mengasuh tim sampai akhir Piala Dunia 2018? Spanyol sekarang ibarat ayam kehilangan induk. Lihatlah seberapa jauh mereka bertahan.
Begitulah takdir Piala Dunia sepakbola. Sebagai perayaan kemanusiaan, dari musim ke musim bola selalu melahirkan pecundang dan pahlawan. Ada drama, ada skandal. Puja dan puji. Ada tangis dan tawa.
Menarik pula menanti laga pembuka Piala Dunia 2018 antara tuan rumah melawan Arab Saudi beberapa jam lagi dari sekarang. Pertandingan perdana tak selalu mudah. Hasilnya pun bisa meruntuhkan prediksi. Rusia pasti lebih diunggulkan namun pasukan Saudi dapat saja membuat kejutan.
Rusia memasuki pertandingan malam ini dengan kekuatan penuh tetapi mereka belum memenangkan satu pertandingan persahabatan pun pada tahun 2018. Agak mencemaskan memang.
Arab Saudi bermain bagus dalam kekalahan 2-1 atas Jerman pekan lalu. Singa padang pasir siap mengaum demi mendapatkan sesuatu. Minimal satu angka. Akhirnya, selamat datang malam-malam panjang. Mari menikmati pesta bola sejagat. *
Sumber: Pos Kupang.com. Artikel ini ditulis menjelang kick off Piala Dunia Rusia 14 Juni 2018