Mgr. Paul Budi Kleden, SVD |
Oleh Apolonius Anas, SPd
Direktur LBKP U-Genius Kefamenanu
Mgr Paul Budi Kleden,SVD baru saja dipilih Paus Fransiskus untuk memimpin Keuskupan Agung Ende. Kabar baik itu menyebar begitu cepat di jagat maya akhir pekan lalu. Secara serempak, ucapan syukur bertaburan di berbagai platform digital.
Berbagai pihak menganggap momentum ini sebagai berkat Allah yang luar biasa. Berkat itu bukan hanya diberikan kepada keluarga Besar Serikat Sabda Allah(SVD) di seluruh dunia dan umat Keuskupan Agung Ende tetapi juga umat Katolik seluruh NTT dan Indonesia.
Menurut saya, keterpilihan Mgr. Paul Budi Kleden menjadi Uskup Agung Ende saat ini sangat berbeda dan bernilai spiritualitas yang luar biasa. Karena pengikut St. Arnoldus Jansen ini adalah biarawan/rohaniwan berkharisma yang terkenal di seluruh dunia.
Foto wajahnya yang terpampang di tiap rumah biara SVD maupun lembaga-lembaga pendidikan dan sosial yang bernaung di bawah Serikat Sabda Allah berada di seluruh dunia.
Pembaca tentu punya pandangan tersendiri tentang aura yang terpancar dari wajah beliau saat melihat fotonya di rumah biara SVD sekitar. Secara kasat mata tentu kita mengamini bahwa ia pantas dan layak dipilih menjadi Uskup Agung Ende.
Selain pandangan pintas di atas, tentu ada berbagai pertimbangan lain beliau dipilih menjadi uskup. Yang paling utama boleh jadi pertimbangan bobot keunikan spiritualitas Serikat Sabda Allah yang dijalankannya selama menjadi biarawan/rohaniwan puluhan tahun dan saat menjadi Superior General SVD di Roma periode 2018-2024.
Ditambah lagi kepribadian beliau yang bersahaja, rendah hati, cerdas dan telah lama menjadi suri teladan ketaatan bagi segenap konfrater dalam mengarungi hidup di tanah misi dan menjalankan hidup membiara secara benar.
Pertimbangan terakhir tentu saja takhta suci tidak mau melupakan atau menghapus begitu saja jejak dan karya-karya besar Serikat Sabda Allah di tanah Flobamora.
Karya karya SVD harus dihargai di tanah Flobamora karena fakta menunjukkan bahwa kontribusi besar Serikat Sabda Allah membimbing masyarakat Flobamora melalui karya misi telah membuahkan hasil.
Atas dasar itu maka mutiara terbaik Serikat Sabda Allah seperti Mgr Paul Budi Kleden sangat tepat, pantas dan layak dipilih menjadi uskup. Minimal satu keuskupan.
Jika merujuk pada preferensi kualitas diri dan jam terbang memimpin sekitar 6.000-an anggota kongregasi Serikat Sabda Allah di seluruh dunia, hampir dipastikan Mgr Paul Budi Kleden ke depan bisa saja menjadi kardinal.
Di sisi lain efek pemilihan beliau secara rohani seperti mengangkat dan memperkuat nilai kekatolikan tanah Flores. Kali ini tampaknya pilihan Allah sama dengan pilihan hati manusia. Doa dan kerinduan akan pemimpin gereja yang tepat didengar Allah.
Allah telah mendengarkan suara seruan umat akan kehadiran seorang gembala bersahaja yang bisa menjadi jembatan spiritual bagi kelangsungan ziarah jiwa manusia di bumi ini.
Makna Keterpilihan
Panggilan suci Mgr Paul Budi Kleden, SVD menjadi Uskup Agung Ende memperlihatkan bersatunya hubungan yang mendalam antara pilihan Allah dan manusia. Ada empat hal penting dan mendalam memaknai keterpilihan beliau sebagai Uskup Agung Ende.
Pertama, Gereja sejagat saat ini butuh pemimpin yang beriman dan bermoral akibat memanasnya tantangan zaman.
Di tengah persaingan sengit pencarian pemimpin negara-negara dan daerah di Indonesia khususnya yang mengabaikan aspek iman dan moral, Gereja Katolik tetap konsisten memberi teladan ideal memilih pemimpin hanya bersandar pada kehendak Allah dan berbasis pada prinsip Teokrasi dan Kristokrasi tanpa menginjak-injak iman dan moral.
Legitimasi Teokrasi dan Kristokrasi tentu tidak bergeser dari pemahaman sentral dan hakiki bahwa suara umat tetaplah suara Tuhan. Mekanismenya jelas.
Umat mempercayakan pelayan terbaik dalam hal ini tahta suci mencari pemimpin sekaligus pelayan menurut ukuran Allah dan ukuran manusia yang kemudian membawa manusia kepada keselamatan dan kemaslahatan rohani dan jasmani.
Tentu saja, Gereja Katolik saat ini "tegas" mencari pemimpin yang mampu memimpin dengan kekuatan iman dan moral. Paus Fransiskus membuktikannya dalam menentukan pemimpin yang bisa merepresentasi kehendak umat.
Karena pemimpin Gereja dari dahulu telah menjadi teladan bagi umat dan masyarakat luas. Pancaran kepemimpinan dalam gereja harus bisa memberi inspirasi hidup yang berkesan serta mampu mengarahkan umat dan manusia lain mengarungi kehidupan rohani yang benar meneladani sikap kepemimpinan Paus Yohanes Paulus II.
Ketika pemimpin gereja memiliki kekuatan iman yang kokoh dan ditopang oleh moral yang kuat, maka mereka mampu mengatasi tantangan apa pun seperti yang dialami gereja Katolik saat ini.
Tentu pemimpin gereja seperti Mgr Paul Budi Kleden SVD bisa mengendalikan situasi gereja lokal dan regional yang terseok-seok akibat gertakan zaman yang menjelma dalam bentuk tantangan dari dalam dan dari luar gereja.
Kedua, pemimpin cerdas. Selain iman dan moral yang kuat, kepemimpinan yang cerdas sangat penting dalam memandu gereja. Visi misi gereja akan terlaksana dengan baik jika pemimpin punya bobot kecerdasan ideal.
Dalam konteks gereja Katolik, pemimpin yang cerdas tentu saja memahami dinamika sosial, budaya, dan teologi yang berkembang. Sehingga mudah menyelesaikan permasalahan yang ada.
Maraknya persoalan internal yang menghempas kaum klerus belakangan lebih banyak didiamkan begitu saja tanpa menyentuh akar masalah. Hal ini yang kemudian membuat malu gereja dan berdampak secara luas kepada umat.
Dengan demikian Gereja tentu membutuhkan pemimpin yang cerdas dan tegas mencegah tumbuhnya benalu yang mengganggu kesucian gereja.
Pemimpin yang cerdas dapat merencanakan strategi yang efektif untuk pertumbuhan gereja serta menghadapi berbagai persoalan yang muncul dengan arif dan bijaksana. Dampaknya iman umat akan teguh dan kuat karena ditopang para pemimpin gereja yang handal.
Ketiga, sikap integritas. Kecerdasan saja tidaklah cukup tanpa kekuatan yang berintegritas. Integritas adalah kunci dalam membangun kepercayaan umat dan menghasilkan pengaruh yang positif.
Pemimpin gereja yang memiliki integritas akan menginspirasi umat dan para rohaniwan untuk mengikuti teladan hidup yang jujur, adil, dan bertanggung jawab. Pemimpin tentu diguguh dan ditiru karena sikap integritasnya.
Pemimpin gereja tidak boleh memiliki "kartu truf keburukan" dalam karya pelayanan karena hal itu menjadi prahara yang tidak terselesaikan dalam mengatasi permasalahan gereja.
Karena sikap integritas dimiliki uskup, maka dalam membimbing kaum biarawan dan umat tentu tidak pilih kasih dan dilematis dalam menindak tegas hal-hal yang bertentangan dengan ajaran iman dan prinsip hidup bergereja.
Keempat, kekuatan fisik dan mental. Hal ini juga diperlukan dalam kepemimpinan gereja yang efektif. Pemimpin yang kuat dan sehat secara fisik mampu menanggung beban fisik dalam pelayanan gereja.
Pemimpin harus sehat. Sementara kekuatan mental membantu pemimpin menghadapi tekanan dan tantangan yang kompleks yang berasal dari umat maupun dari para rohaniwan.
Ketika semua elemen ini bersatu dalam kepemimpinan gereja, hasilnya adalah sebuah komunitas gereja yang kuat, bersemangat, dan berdampak positif dalam masyarakat.
Gereja yang dipimpin oleh pemimpin yang bermoral, beriman, kuat, cerdas, dan berintegritas tidak hanya menjadi tempat ibadah, tetapi juga pusat pengembangan spiritual, pelayanan sosial, dan penyemangat bagi orang-orang di sekitarnya.
Saya yakin gambaran pelayanan Pastoral Keuskupan Agung Ende akan menjadi teladan bagi keuskupan lainnya ketika dipimpin oleh Mgr Paul Budi Kleden, SVD sehingga Keuskupan Agung Ende menjadi sumber belajar bagi keuskupan lainnya dalam menangani berbagai permasalahan yang dihadapi gereja.
Saya yakin reksa pastoral Keuskupan Agung Ende ke depan sangat berbeda dan tentu reksa pastoral itu dinantikan oleh umat di keuskupan lain. Profisiat Mgr Paul Budi Kleden, SVD.
Sumber: Pos Kupang