Media Sosial Dipakai dalam Konteks Manusiawi

KUPANG, PK--Media sosial harus dipakai dalam konteks yang manusiawi oleh penggunanya (user) sehingga memberi kebaikan dan kesejahteraan bagi sesama. Media sosial di zaman digitalisasi saat ini memang efektif dan praktis tetapi harus digunakan dalam kondisi dan situasi yang tepat.

Demikian benang merah dari seminar sehari bertajuk, "Komunikasi Sosial Sebagai Budaya Perjumpaan Yang Sejati'  di Aula Gereja Katedral Kristus Raja-Kupang, Sabtu (31/5/2014). Seminar ini diselenggarakan Komisi Sosial (Komsos) Keuskupan Agung Kupang (KAK)  dalam rangka merayakan Hari Komunikasi Sosial Sedunia ke-48 yang jatuh  tanggal 1 Juni 2014. Pada hari komunikasi ini Gereja Katolik memberikan perhatian khusus terhadap komunikasi sosial.

Seminar ini menampilkan pembicara Vikaris Jenderal (Vikjen) KAK, Rm. Geradus Duka, Pr, Pemimpin Umum Harian Pos Kupang, Damyan Godho, praktisi media, Dion DB Putra dan Marselinus Ali, dengan moderator, Rm. Patris Neonub, Pr.
Seminar ini berlangsung hangat karena selain sentilan-sentilan dari para pembicara terkait bagaimana kemajuan teknologi digital melalui media sosial mempengaruhi semua sendi kehidupan manusia khususnya orang Katolik dan para pekerja media yang beragama katolik, juga bagaimana peran gereja dalam menyikapi kemajuan media sosial di era digital saat ini.

Rm. Geradus Dukamenggariskan empat hal pokok berkaitan dengan media sosial dan peran gereja terhadap komunikasi sosial. Pertama, jika gereja masih sebagai hakim sebagaimana sebelum konsili Vatikan II bahwa semua pengguna media digital  berdosa, maka kita semua adalah orang berdosa.

Kedua, manusia awal mula berasal dari kera (homo sapiens) yang berjalan dengan duduk atau jongkok, dan saat ini kembali ke era tersebut karena rela duduk berjam- jam di depan media sosial untuk melakukan komunikasi sosial. Ia mengatakan, digital atau digitus ada landasan (bibis) theologisnya. Yang menjadi pertanyaannya apakah tangan-tangan yang digunakan untuk menekan tombol-tombol media sosial masih menjadi tangan kanan Allah?

Ketiga, sesuai tema Hari Komunikasi Sosial tahun ini yakni hari komunikasi sosial sebagai budaya perjumpaan yang sejati, sehingga komunikasi sosial saat ini adalah mendekatkan manusia dengan berbagai macam karakter, suku, etnis.
Tetapi, saat ini media komunikasi banyak menimbulkan kekerasan dan hal ini menjadi keprihatinan gereja Katolik.

Keempat, menggunakan media sosial, aspek sosial hilang, sehingga Paus meminta agar perayaan sakramen harus tetap face to face (perjumpaan).
Ia berharap, media sosial harus dipakai dalam konteks yang manusiawi dan dalam situasi dan kondisi yang tepat untuk kesejahteraan umat.

Pemimpin Umum Harian Pos Kupang, Damyan Godho, mengatakan, digitalisasi hanya sistem atau perangkat kerja dan media hanya sebagai user dari digital. Persoalannya adalah bagaimana mendayagunakan digitalisasi sebagai wahana dalam menjalin ide bagi sesama. Menurutnya, susah mengaktualisasikan diri dengan era digitalisasi saat ini, tetapi sebagai pekerja media harus bisa mencermati dan memaknai digitalisasi sebaik mungkin bagi kebaikan sesama.

Ia mengatakan, pekerja media tetap mengemban roh bagi kepentingan kebersamaan, dan dasarnya sebagai pekerja media katolik harus sesuai hukum gereja yakni cinta kasih.

"Bagaimana pekerja media mengembangkan profesi di media dengan kasih sebagai hukum terbesar gereja katolik. Pekerja media katolik  harus mempunya visi yang sama sesuai ajaran katolik. Dan saat ini, kepedulian sesama bagaimana diterjemahkan oleh pekerja media, tidak mudah untuk dilakukan," ujarnya.
Praktisi media, Dion DB Putra, mengulas bagaimana pengaruh media sosial terhadap manusia saat ini dimana hanya dari seujung jempol dalam menggunakan media sosial bisa  memporakporandakkan tatanan, nilai dan budaya komunikasi sosial. (nia)

Sumber: Pos Kupang 1 Juni 2014 hal 3
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best WordPress Themes