AKU telah mencari ketenangan di mana-mana dan tidak di suatu tempat pun aku menemukannya kecuali di sebuah sudut kecil dengan membaca buku. Bagi seorang Thomas â Kempis ketenangan justru hanya diperolehnya lewat jalan membaca! Bagaimana dengan tuan dan puan?
Thomas â Kempis (1379-1471) adalah seorang mistikus Kristen terkenal dari Abad Pertengahan. Nama aslinya Thomas Hemerken. Ia lahir di Kempen, dekat kota Koln-Jerman. Thomas memiliki banyak karya tulis namun yang paling terkenal adalah karya klasiknya tentang Mengikuti Jejak Kristus sebanyak empat jilid yang pada akhir abad ke-15 mengalami 99 kali cetak ulang (wikipedia).
Jika pengalaman batin Thomas â Kempis tersebut dipakai untuk melihat minat baca anak zaman ini agaknya kita segera tahu kian langka saja orang seperti Thomas. Coba tuan dan puan perhatikan seseorang atau sekelompok orang kita yang sedang menunggu di halte, terminal bus, pelabuhan atau bandara. Tidak banyak orang yang membaca buku, majalah atau koran. Yang paling umum adalah duduk melamun, mengobrol, menonton televisi atau mengutak-atik telepon genggam.
Coba lakukan survai ala kadarnya di berbagai tempat umum di Kota Kupang. Tuan dan puan akan menemukan pengelola fasilitas publik yang sangat sadar televisi. Kotak ajaib itu pasti ada di lobi hotel, salon, apotek, rumah makan, terminal bus, bandara atau pelabuhan. Tetapi tidak banyak fasilitas umum yang menyiapkan majalah atau koran. Kalaupun ada majalah dan koran, dominan edisi lama. Mereka siapkan seadanya.
Belum menjadi komitmen pengelola untuk memberikan yang terbaik kepada para tamu atau pengunjung.
Nah, jangan tanya lagi soal buku. Belum ada di kota Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) ini yang mentradisikan buku sebagai bagian dari servis bagi tamu. Buku masih dianggap barang mahal dan tempatnya ada di toko buku, perpustakaan sekolah, universitas, kantor atau lembaga swadaya masyarakat. Padahal perpustakaan mini mestinya bisa disajikan di mana saja pada tempat yang sepantasnya. Tidak perlu mewah.
Indah nian bila Kupang atau kota lain di NTT mau dikenal sebagai kota buku pertama di Indonesia. Buku mudah diperoleh di banyak tempat. Maklum dalam hal minat baca buku, kondisi Indonesia sangat menyedihkan. Dua tahun lalu UNDP melakukan penelitian di 41 negara Asia dan Afrika tentang minat baca. Mau tahu posisi Indonesia? Kita di urutan ke-39.
Gawat! Data terbaru dirilis UNESCO bulan Januari 2011. Hasil survai organisasi Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) untuk pendidikan, ilmu pengetahuan dan kebudayaan itu menunjukkan Indonesia sebagai negara dengan minat baca masyarakat terendah di Asia Tenggara (ASEAN).
Beta ingat beberapa tahun lalu penyair terkemuka Indonesia, Taufik Ismail, membeberkan fakta miris. Menurut Taufik, rata-rata buku (karya sastra) yang dibaca siswa sekolah di Indonesia nol setiap tahun. Dia membandingkan siswa di Amerika Serikat rata-rata membaca 32 buku setahun. Di Singapura, 12 buku per tahun. Bayangkan siswa yang pergumulan utamanya tentang buku dan pelajaran, tidak pernah baca buku. Bagaimana dengan jutaan manusia Indonesia yang bukan siswa? Silakan elus dada.
Apakah tuan pernah mendengar para pemimpin di beranda Flobamora fasih omong soal baca buku atau sungguh-sungguh memberi contoh tentang gemar baca buku? Kalau bersilat lidah soal APBD atau trik politik pemilu kada, semua jagoan. Semua hebat-hebat dan cerdas. He-he-he... Jadi, kalau ada pemimpin atau calon pemimpin di kampung besar NTT punya ide gila guna menumbuhkan minat baca masyarakat patut diapresiasi dengan baik.
Ikhwal manfaat membaca tuan dan puan tentu punya rumusan masing-masing. Izinkan beta mengutip manfaat baca bagi kesehatan seperti dilansir Lifemojo dan dipublikasikan detik.com, Sabtu (12/3/2011). Pertama, melatih otak. Keuntungan membaca buku adalah mengasah otak, menjaga otak agar selalu menjalankan fungsinya secara sempurna. Saat membaca, otak dituntut berpikir lebih sehingga orang semakin cerdas.
Kedua, meringankan stres. Stres adalah faktor risiko dari beberapa penyakit berbahaya. Keindahan bahasa dalam tulisan dapat menenangkan pikiran dan mengurangi stres, terutama membaca buku fiksi sebelum tidur. Ketiga, menjauhkan risiko penyakit alzheimer. Membaca meningkatkan daya ikat otak. Ketika membaca otak akan dirangsang secara teratur. Hasil penelitian menunjukkan latihan otak seperti membaca buku atau majalah, bermain teka-teki silang, sudoku dan lain-lain dapat menunda atau mencegah kehilangan memori. Menurut para peneliti, kegiatan ini merangsang sel-sel otak dapat terhubung dan tumbuh.
Keempat, mengembangkan pola tidur yang sehat. Kebiasaan membaca sebelum tidur itu bertindak sebagai alarm bagi tubuh. Dia mengirimkan sinyal bahwa sudah waktunya tidur. Ini akan membantu kita mendapatkan tidur nyenyak dan bangun segar di pagi hari. Kelima, meningkatkan konsentrasi. Orang yang suka membaca akan memiliki otak yang lebih konsentrasi dan fokus. Tak mudah pikun. Jadi sebaiknya jangan menghabiskan waktu berjam-jam untuk menonton televisi atau bermain game
komputer tetapi luangkan waktu lebih lama untuk baca buku, majalah atau surat kabar.
Kata orang bijak, sahabat yang tidak pernah mengecewakan adalah buku. Buku bisa tuan bawa ke manapun pergi. Seorang teman yang gemar membaca dengan usil melukiskan perasaannya begini: "Membaca bagiku adalah relaksasi, menulis adalah masturbasi, tulisanku menginspirasi adalah ejakulasi." Kawan lain menimpali, "Setiap kali aku membuka sebuah buku, aku menguak sepetak langit. Dan, jika aku membaca sederetan kalimat baru, aku lebih banyak tahu dibandingkan sebelumnya." Selamat membaca! (dionbata@yahoo.com)
Pos Kupang, Senin 4 April 2011 halaman 1