Natal dan Spirit Memberi Diri

TENTANG Natal ada pepatah lama yang berkata demikian. "Christmas means a different thing for a different person". Natal memiliki makna berbeda untuk orang yang berbeda. Setiap orang Kristen merayakan Natal dengan penghayatan sendiri-sendiri. Mengecapi pengalaman personal. Pengalaman yang sangat pribadi. Natal 2011 boleh jadi membawa sukacita. Tetapi bisa juga peristiwa Natal justru hadir dalam suasana duka.

Sekilas pandang kita mudah menemukan peristiwa Natal yang marak meriah dengan segala sesuatu serba baru. Tembok dan dinding rumah dicat baru, sofa, kursi, meja lama diganti, kain pintu dan jendela baru, baju, celana, sandal atau sepatu baru. Natal juga indentik dengan harum kue dan aneka jenis minuman. Belakangan ini pernak-pernik Natal bertambah satu lagi. Anak-anak, remaja hingga orang dewasa bermain petasan dan kembang api. Juga terompet. Bunyinya memekakkan telinga. Mereka bermain tak kenal waktu. Pagi, siang ataupun larut malam saat orang membutuhkan keheningan untuk tidur.

Di berbagai pojok kota dan dusun pun orang membuat pohon terang dengan ornamen yang indah dan unik. Suasana Natal sungguh terasa, setidaknya di kampung besar Nusa Tenggara Timur yang mayoritas penduduknya beragama Kristen. Di lingkungan gereja, Natal berarti melakukan berbagai kesibukan mulai dari menghias gereja dengan berbagai asesoris yang indah, termasuk pohon terang dan kandang Natal. Kesibukan anggota paduan suara atau koor pun meningkat. Jadwal latihan menyanyi bertambah. Kalau sebelumnya sekali seminggu, menjelang Natal bisa dua sampai tiga kali sepekan.

Anak-anak dan remaja sibuk latihan drama, menari serta aktivitas lain yang berkaitan dengan Natal. Aktivitas jemaat gereja selalu meningkat pesat selama Desember. Ada orang sangat sibuk bahkan super sibuk selama persiapan Natal. Pemandangan itu biasa kita saksikan. Bukan di tempat yang jauh. Suasana itu ada di sekitar lingkungan domisili Anda. Tidak salah memang. Natal, hari kelahiran Kristus Sang Juru Selamat umat manisia perlu dirayakan dengan indah, meriah dan sukacita.

Apakah dengan segala hal yang serba baru, dengan kesibukan yang sangat tinggi menyongsong Hari Kelahiran Yesus akan sungguh menjamin hadirnya makna Natal sejati? Lagi-lagi setiap orang akan berkata dengan bahasa berbeda. Ada yang bahagia menjalaninya. Kesibukan itu dimaknai sebagai tanda syukur atas anugerah berlimpah yang cuma-cuma dari Tuhan. Tidak sedikit pula orang yang setelah sibuk dengan berbagai kegiatan Natal malah tidak merasakan apa-apa lagi. Segera setelah bulan Desember berlalu, tak ada lagi yang tersisa. Hatinya tetap kosong. Kecenderungan berbuat dosa berlanjut.

Setiap kali merayakan Natal mestinya kita kembali memperbaharui semangat hidup sesuai teladan Yesus Kristus. Teladan macam apa? Teladan Yesus yang mengasihi. Ini sangat dibutuhkan dalam dunia yang penuh kebencian dan persaingan pada masa sekarang. Yesus rela berkorban dan spirit-Nya memberi diri hingga mati di kayu salib penting untuk kita teladani dalam dunia yang makin egois, dalam dunia yang tidak peduli pada sesama yang kurang beruntung. Dunia di mana manusia saling memangsa satu sama lain. Kita biasanya lebih ingat diri ketimbang memberi diri untuk kebaikan sesama.

Yesus juga memberi teladan tentang kesederhanaan. Sungguh relevan dengan pola hidup zaman kita yang lebih menonjolkan kemewahan fisik. Ukuran nilai hidup cenderung memuja kebendaan ketimbang harta rohani. Di tengah gaya hidup kita yang makin konsumtif dan gemerlap, kiranya penting direnungkan bahwa Tuhan dan Juru Selamat Dunia itu justru lahir di dalam palungan. Di kandang Betlehem. Semoga damai dan sukacita Natal senantiasa menyertai kita dalam kebersamaan dengan sahabat dan anggota keluarga. Selamat Natal. *

Pos Kupang, 24 Desember 2011 hal 4
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best WordPress Themes