Mengambang, Agenda Aksi Penanggulangan Bencana

Susana Diskusi di Redaksi Pos Kupang (foto Alwi)
KUPANG, PK --- Agenda aksi pemerintah dalam upaya penanggulangan bencana alam di NTT belum maksimal dan masih mengambang. Meski demikian, sikap tanggap darurat dari pemerintah dan masyarakat sudah ada. Yang masih dibutuhkan adalah sosialisasi peraturan daerah (perda) tentang penanggulangan bencana alam secara terus-menerus oleh pemerintah dibantu LSM dan media massa.

Demikian intisari diskusi dan sharing pengalaman antara para awak redaksi Pos Kupang dengan para peserta study tour dari Oxfam beserta mitranya dari Timor Leste yang didukung Perkumpulan Relawan CIS Timor dan PMPB, di ruang rapat Redaksi SKH Pos Kupang Jalan Kenari 1, Naikoten 1, Kupang, Rabu (22/6/2011) siang.


"Agenda aksi pemerintah dalam upaya penanggulangan bencana alam di NTT masih mengambang. Memang sudah ada aksi-aksi nyata lainnya namun belum maksimal dan bantuan terlambat sampai ke lokasi bencana dan target," tandas Dion DB Putra, Pemred SKH Pos Kupang, didampingi Redpel, Tony Kleden. 

Dion mencontohkan bencana paling sederhana, yaitu bencana kebakaran. Pemerintah dan institusi yang menangani bencana kebakaran terlihat setengah hati. 

"Sudah habis terbakar baru mobil pemadam tiba di lokasi. Ditanya alasannya, mereka bilang tidak ada BBM dan terpaksa mengutang eceran solar di pedagang kaki lima (PKL). Ini kan ironis," katanya.

Dalam bagian lain penjelasannya, Dion mengatakan dalam kurun waktu 10 hingga 20 tahun terakhir, ada tiga krisis yang dihadapi rakyat NTT, yaitu krisis pangan, krisis air dan krisis energi. "Bahkan dalam dua tahun terakhir, ada bencana lain lagi, yaitu gagal tanam. Ini yang sangat parah," kata Dion.

Bagaimana SKH Pos Kupang menyikapi soal ini, Dion mengatakan kebijakan redaksional mengharuskan wartawan untuk membuat tulisan yang isinya memberikan warning kepada pemerintah tentang bencana apa yang bakal terjadi. 

"Selain peringatan, juga kontrol dari media massa sangat penting. Misalnya mengawasi bantuan hingga ke lokasi dan korban bencana. Sebab ada gejala orang kaya baru setelah selesai bencana. Ini harus benar- benar diawasi," tandasnya.

Tentang krisis pangan, Dion mengatakan banyak faktor penyebabnya, di antaranya anomali cuaca dan perubahan iklim. Jika tidak ada tanggapan terhadap perubahan iklim yang drastis itu dan tidak diberitakan media massa, maka pemerintah dan LSM yang bergerak di sektor pengembangan pangan juga akan kewalahan mencari strategi kebijakan untuk mengatasi bencana kelaparan yang mengancam.

"Faktor lain lagi, sistem pengembangan pertanian yang uniform, tidak menghormati potensi dan kearifan lokal. Hal ini terjadi sejak pemerintahan orde baru. Ada anggapan yang keliru bahwa pangan berarti beras. Padahal di Timor, pangan identik dengan jagung dan ubi-ubian. Akibatnya petani NTT, khususnya di Timor ramai-ramai menanam padi. Petani di Timor kehilangan orientasi. Mereka bingung karena sistim uniform ini sangat kacau dan berdampak sangat luas," kata Dion.

Dia menambahkan, media massa dan LSM memiliki tanggung jawab moril untuk melakukan pencerahan soal ini.

Menjawab pertanyaan peserta apakah ada tim khusus yang disiapkan SKH Pos Kupang dalam program tanggap darurat bencana, Dion menjelaskan masyarakat NTT sedikit lebih melek media massa dan sangat kooperatif. "Tidak ada tim khusus. Tapi bila ada bencana alam, masyarakat lebih dulu memberitahu wartawan, baru polisi dan pemerintah. Ini kondisi yang bagus dan sangat membantu," katanya. Berdasarkan informasi pertama itu, wartawan terjun langsung ke lokasi bencana dan memberitakan secara lugas dan langsung.

Sementara itu, Direktur CIS Timor, Winston Rondo, melalui stafnya, Hans Oematan, menjelaskan tujuan study tour ke Pos Kupang adalah untuk berbagi pengalaman tentang penyebaran informasi yang terkait dengan kerja kesiapsiagaan, respon darurat dan upaya pengurangan resiko bencana di NTT. 

"Juga berbagi strategi Pos Kupang dalam penguatan kapasitas internal dan eksternal dalam memahami kerja kesiapsiagaan, respon darurat dan pengurangan resiko bencana dalam rangka meningkatkan kualitas informasi untuk advokasi," kata Oematan. (ade)

Pos Kupang, 23 Juni 2011 halaman 5

Siami

Usir, usir... dia dari kampung ini.
Usir orang yang tak punya hati nurani!

WANITA berkerudung biru di depan kerumunan massa itu hanya bisa menangis pilu. Suara permintaan maafnya yang diucapkan dengan bantuan pengeras suara nyaris tak terdengar di tengah gemuruh suara massa yang melontarkan hujatan dan caci maki. "Usir, usir...dia dari kampung ini. Usir orang yang tak punya hati nurani!"

Itulah selaksa peristiwa menyayat hati di Jalan Gadel Sari Barat, Kecamatan Tandes, Kota Surabaya hari Kamis 9 Juni 2011. Siami tak menyangka niat tulus mengajarkan kejujuran kepada anaknya malah menuai petaka. Dia diusir warga Gadel Sari Barat gara-gara ia melaporkan guru SDN Gadel 2 yang memaksa anaknya, Al, memberikan contekan kepada teman-temannya saat ujian nasional pada 10-12 Mei 2011. Berlaku jujur malah buntung!




Keluarga Siami dituding telah mencemarkan nama baik sekolah dan kampung. Setidaknya empat kali, warga menggelar aksi unjuk rasa, mengutuk tindakan Siami. Puncaknya terjadi pada Kamis siang itu. Lebih dari 100 warga Kampung Gadel Sari dan wali murid SDN Gadel 2 meminta keluarga penjahit itu enyah dari kampungnya. Permintaan maaf Siami tidak melembutkan hati massa yang keras mengaum sampai akhirnya polisi mengevakuasi Siami dan keluarganya. Siami masuk mobil polisi dengan pengamanan pagar betis. Ngeri!

Namun, massa tetap berusaha merangsek. Mereka sangat beranafsu mencabik-cabik tubuh ringkih Siami. Sejumlah orang bahkan sempat menarik-narik kerudung biru Siami hingga nyaris mencium bumi. Untunglah Siami berhasil diamankan ke Mapolsek Tandes dan selanjutnya mengungsi ke kampung asalnya di Dusun Lumpang, Desa Sedapun Klagen, Benjeng, Gresik, Jawa Timur.

"Kami akan merasa tenang jika di Gresik," kata Saki, kakak Siami. Menurut laporan Kompas yang beta kutip, Al, putra Siami yang dipaksa guru memberi contekan kepada teman-teman sekelasnya sudah lebih dahulu diungsikan ke Benjeng setelah rumah orangtuanya didemo warga Gadel.

Siami dituding tak punya nurani. Lalu di manakah nurani? Bukankah nurani itu ada di setiap hati? Hati tuan dan puan pun beta. Ada di setiap hati kita. Pastilah karena bisikan nuraninya, Siami mengungkap praktik contek massal di sekolah putranya. Tapi kejujuran di zaman ini memang mahal, kawan! 

Pelaksanaan Ujian Nasional yang kini wajib sampai level sekolah dasar makin menunjukkan langkanya kejujuran di ini negeri. Ujian Nasional (UN) telah dimengerti seolah-olah indikator tunggal kualitas pendidikan bangsa. Maka orang pun tidak malu berdamai dengan realitas bernama cara instan dan jalan pintas. Yang penting tujuan bukan proses. Yang utama lulus, tak hiraukan cara lulus dengan menyontek atau katrol nilai.

Setiap musim ujian nasional tiba, semua berburu lulus dengan persentase setinggi-tingginya. Menguber seratus persen. Menggapai kesempurnaan. Gagal dianggap barang haram hingga tersibak hati yang rapuh ini. Guru mata pelajaan takut pada kepala sekolah, kepala sekolah takut pada kepala dinas PPO, kepala dinas PPO takut bupati, bupati takut gubernur, gubernur takut menteri, menteri takut presiden, presiden takut kehilangan pesona. Mereka takut gagal UN sehingga segala cara ditempuh. Baik pun tidak baik. UN mempertaruhkan jabatan. Betapa banyak orang gundah menghadapi kemungkinan hilang jabatan, hilang posisi, hilang kemewahan dan kenikmatan duniawi. Menipu lalu dianggap halal. Inikah bangsa yang bermartabat? Pendidikan bangsa ini telah disederhanakan sekadar hasil UN. Mengabaikan perlunya pembentukan akhlak mulia, otak cerdas sekaligus hati yang berjiwa besar.

Di sudut hatinya yang paling bening, warga sekampung yang membenci Siami tentu tak setuju contekan massal. Tapi benak mereka mungkin bergumam serentak. "Betul itu salah tetapi sudah lumrah terjadi di banyak tempat. Mengapa melawan arus? Yang lalu biarkanlah berlalu, yang penting anak-anak lulus, tidak mengulangi ujian atau tahan kelas VI." Di zaman yang mementingkan angka-angka ini, suara mayoritas selalu menang meskipun salah. Siami dipandang sok jujur. Sok pahlawan. Dia pantas dijadikan kambing hitam. Kambing hitam yang mesti disembelih. Harus dikorbankan demi kepentingan mayoritas.

Hasil investigasi tim independen menemukan bukti bahwa Siami benar tentang fakta contekan massal. Al memang diintimidasi guru sehingga mau memberikan contekan. Namun, tim tidak menemukan cukup bukti sehingga UN di SDN Gadel 2 perlu diulang. Alasannya tim independen tidak menemukan hasil jawaban UN yang sistemik sama, dan nilai UN pun hasilnya berbeda. Al tidak seluruhnya memberikan jawaban yang benar. Dan, kawan-kawannya tidak sepenuhnya percaya dengan jawaban Al sehingga hasil ujian tidak sama.

Hari Sabtu 18 Juni 2011, Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Timur merilis hasil mencengangkan. Seluruh 60 murid kelas 6 SD Negeri Gadel 2 Surabaya lulus. Lulus 100 persen. Hebat! Kasihan Siami. Dia telah menjadi korban karena kejujurannya. Tapi Indonesia mesti berterima kasih kepada ibu ini. Dia mengingatkan tentang prahara kehidupan: Demi tujuan orang bisa menghalalkan segala cara. Siami membuka mata betapa kita sesungguhnya hidup di tengah masyarakat yang sakit!

Salah satu ciri masyarakat sakit, menurut kaum bijak bestari, adalah masyarakat yang tak berani lagi melawan arus. Diam melihat penyimpangan. Bisu mencicipi kesewenangan. Lima puluh sembilan orangtua/wali murid kelas 6 SDN Gadel Surabaya tahu anak-anak mereka menyontek. Tetapi mereka memilih diam karena mereka merasa mendapat keuntungan. Ketika si penjahit Siami bersuara, dia dinistakan. Siami menyulam kejujuran di tengah badai kemunafikan. Dia terlindas.

Dalam keseharian, tuan dan puan mungkin sadar sesuatu itu salah. Tetapi tuan pasti berpikir seribu kali. Kalau tuan lemah jangan coba-coba melawan. Lebih baik ikut arus daripada terpinggirkan. Mengoreksi bisa merusak karier. Lebih baik ABS. Lebih baik loyal buta. Membeo. Membebek saja.

Inilah zaman di mana semua seorang anak merasa berhak lulus atau naik kelas di akhir tahun ajaran. Tidak perlu belajar, tak perlu tikam kepala melahap teori dan mempratikkannya. Persoalan besar bangsa kita adalah erosi budi pekerti. Aih, negeri ini membutuhkan Siami. Terima kasih Siami. (diondbputra@yahoo.co.id)

Pos Kupang, Senin 20 Juni 2011 halaman 1

Tewas Terkepung dalam Bak Air

KUPANG, PK -- Dua orang tewas terkepung api dan asap tebal di dalam bak air kamar mandi, saat kebakaran menghanguskan gudang Meubel Avia di Kelurahan Penkase Oeleta, Alak, Kota Kupang, Senin (20/6/2011) dini hari.

Dalam kejadian itu, sebelas orang lagi mengalami luka bakar serius di tubuhnya. Para korban adalah karyawan meubel milik Samin.


Kedua karyawan itu tidak berhasil menyelamatkan diri saat kebakaran terjadi. Diduga keduanya terkepung kobaran api dan akhirnya memilih masuk kamar mandi dan menceburkan diri ke dalam bak air. Kuat dugaan, keduanya tewas karena sesak napas akibat kepungan asap tebal dan kepanasan.

Sedangkan 11 rekan mereka berhasil meloloskan diri meski sudah terluka serius akibat sambaran nyala api. Para korban dilarikan ke beberapa rumah sakit di Kota Kupang.

Informasi yang dihimpun Pos Kupang, Senin (20/6/2011) pagi, menyebutkan, dua korban tewas itu adalah Muntasib (40) dan Khomsin (38), warga Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur. Sementara sebelas karyawan terluka bakar yakni dua dirawat di Rumah Sakit Wirasakti, yaitu Irwansyah (35) dan Wisanggeni (31). Yang lainnya dirawat di RSU Prof. Dr. WZ Johannes, yaitu Arif (27), Ahmad Tari (26), Muh Rosyidi (25), Abdul Rohim (27), Basori (41), Sunarto (39), Abdul Rohim (38), Muh Isnung (31) dan Muh Kholili (28).

Kebakaran gudang meubel beraset Rp 20-an miliar itu bermula ketika api membakar salah satu ruangan di gudang tersebut, Senin (20/6/2011) sekitar pukul 02.00 dinihari. Sebab-sebab kebakaran belum diketahui pasti.
Hendy, menantu pemilik meubel, mengatakan api begitu cepat menjalar dan menghanguskan bangunan gudang berukuran 50 x 40 meter itu. Pasalnya di dalam gudang itu tersimpan spon, plastik, kayu dan kain. Apalagi rangka atap gudang dari kayu membuat api segera merambat ke atap seng. Tak satu pun barang dalam gudang itu yang berhasil diselamatkan. 

"Saya mengetahui setelah ada orang yang berteriak kebakaran. Tak berapa lama kemudian saya melihat karyawan yang bekerja keluar dari gudang itu," kata Hendy sambil mengatakan sekitar 20-an karyawan yang tinggal di gudang tersebut. 

Ia menduga sumber api berasal dari hubungan arus pendek listrik di salah satu ruangan di gudang tersebut. Apalagi beberapa hari terakhir tegangan listrik naik turun. Padahal, kapasitas listrik yang masuk ke gudangnya mencapai 10.000 watt.

Korban luka ringan, Abdul Rohim (38) dan Muh Isnung yang ditemui di RSU Kupang, mengaku tidak mengetahui pasti sumber api yang menghanguskan gudang meubel itu. Saat kaget dan bangun dari tidur, api sudah mengepung dari berbagai sisi. Tak pelak keduanya berlari mencari tempat teraman untuk menghindari amukan si jago merah.

Beruntung beberapa rekannya berhasil menjebol tembok samping gudang dengan palu yang ada. 
Pantauan Pos Kupang di lokasi kebakaran, sekitar empat lobang besar di tembok yang dijebol karyawan untuk melarikan diri. "Saya mau ke depan ada api. Ke belakang juga dihadang api. Saya langsung menuju kamar mandi. Di sana saya sudah ada teman-teman yang berendam di bak mandi menghindari amukan api," tutur Abdul.

Kepala Urusan Kedokteran Kepolisian RSB Bhayangkara, dr. Irman, yang ditemui terpisah mengatakan dua korban tewas lantaran terlalu banyak menghirup gas karbon yang berasal dari kepulan asap. Keduanya ditemukan di salah satu bak kamar mandi di gudang tersebut. 

"Luka bakar hanya kami temukan di bagian kepala, tangan dan telapak kaki saja," ujar Irman.
Irman mengatakan usai divisum, jenazah korban diterbangkan ke Jawa, Senin (20/6/2011) siang. Dua jenazah langsung dijemput keluarga di Bandara Juanda Surabaya untuk dibawa ke kediamannya di Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur. 

Pantuan Pos Kupang di lokasi kebakaran, tampak gudang yang ludes terbakar itu sudah dipasangi garis polisi. Dua mobil di gudang itu, juga turut hangus terbakar. Di dalam gudang hanya ditemui tumpukan besi dan kaca-kaca. 

Selain aparat kepolisian, petugas PLN terlihat memutuskan jaringan kabel listrik yang masuk ke kompleks gudang. Sementara petugas pemadam kebakaran masih terus menyemprotkan air di beberapa titik yang masih mengeluarkan kepulan asap. (aly)



Jebol Tembok untuk Selamatkan Diri

SEBELAS karyawan berhasil menyelamatkan diri setelah berusaha menjebol tembok samping gudang saat kobaran api dan asap mengepung mereka. Kepanikan luar biasa melanda mereka saat gudang Meubel Avia di Kelurahan Penkase Oeleta, Kecamatan Alak, Kota Kupang, terbakar, Senin (20/6/2011) dinihari. 

Beberapa karyawan yang ditemui di Instalasi Gawat Darurat RSU Johannes-Kupang, melukiskan kepaikan luar biasa melanda mereka saat nyala api dan asap tebal mengepung mereka di kompleks gudang yang hanya memiliki satu pintu keluar itu.


Dalam kepanikan mereka berusaha menjebol tembok karena pintu keluar sudah dikepung kobaran api. Meubel itu tak ada pintu samping maupun belakang.
Untuk menyelamatkan diri, para karyawan berlari menuju tiga kamar mandi yang ada di gudang tersebut. Beberapa karyawan berebutan berendam dalam air di tiga bak kamar mandi untuk menghindar dari amukan api. Sementara yang lainnya mengambil palu menjebol tembok samping.

"Kami ada yang bersembunyi di bak kamar mandi dan ada yang menjebol tembok. Setelah tembok jebol, satu per satu kami keluar dari gudang dan ada beberapa karyawan menolong teman lainnya yang berada di bak kamar mandi," kata Abdul Rohim, salah satu korban luka bakar ringan.

Muh Isnung, korban lainnya, mengaku sempat pingsan setelah berusaha menolong rekan kerjanya di dalam gudang. Ia pingsan lantaran terlalu banyak menghirup asap. Sementara dua rekannya, Muntasib dan Khomsin tewas lantaran terjebak di bak kamar mandi saat kobaran api makin menjadi di gudang tersebut.

Samin, pemilik gudang meubel Avia yang ludes terbakar itu, tampak saat ditemui di rumahnya, kemarin. Pria asal Makassar itu sesekali memandang ke arah gudangnya yang kini hanya tinggal puingnya saja. Gudang itu terletak di samping rumahnya. 


"Silakan bapak langsung ke menantu saya yang menggunakan kaos biru bertuliskan Yogya itu," ujar Samin yang masih belum bersedia diwawancarai.
Tak jauh dari Samin berdiri, di sebarang Jalan Penkase Oeleta, Hendy sang menantu, juga terlihat sibuk menelepon. 

Gudang itu baru saja diisi barang-barang dagangan senilai belasan miliar rupiah yang baru dipasok dari pulau Jawa, minggu lalu. "Kalau gudang kosong, kerugian tidak akan sampai 20-an miliar rupiah. Dalam gudang itu ada sekitar 2.000-an spon dan 800-an spring bed yang baru kami datangkan dari Jawa," kata Hendy.
Kini, dia bersama mertuanya harus mulai dari awal untuk memulihkan bisnis mereka. (aly)

Kronologi:

Pukul 02.00: Api membakar salah satu ruang di gudang
Pukul 02.20 : Para karyawan berusaha menyelamatkan diri dengan menjebol tembok
Pukul 03.00 : Mobil pemadam kebakaran tiba di lokasi 
Pukul 05.00 : Api bisa dijinakkan
Pukul 06.30 : Evakuasi korban tewas 

Pos Kupang, Selasa 21 Juni 2011 halaman 1

Tidak Ada Dana Pemeliharaan Situs di NTT

KUPANG, PK -- Pemerintah tidak pernah mengalokasikan dana untuk pemeliharaan benda cagar budaya (BCB) dan situs-situs sejarah di Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Karena itu kondisi BCB dan situs- situs tidak terawat dan kehilangan makna.

Demikian dikatakan Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Propinsi NTT, Abraham Klakik, yang dikonfirmasi melalui Kepala Bidang Kebudayaan, Rafael Daud Ga, SE, Senin (20/6/2011).


"Selama ini, dana pemeliharaan tidak ada, kecuali dana untuk honor para juru pelihara BCB dan situs. Mungkin ini yang membuat BCB dan situs terkesan tidak dipelihara secara optimal," katanya.

Dia menjelaskan, penetapan status sebagai BCB dan situs bersejarah dilakukan setelah dilakukan survai oleh tim yang di dalamnya ada unsur arkelogi dan intansi terkait lainnya. BCB dan situs ini berupa benda, bangunan, struktur, situs atau kawasan sebagai cagar budaya. 

"Namun tidak semua yang termasuk unsur itu bisa ditetapkan sebagai BCB atau situs untuk didaftar pada buku register. Ada beberapa syarat atau kriteria yaitu sudah berusia di atas 50 tahun, mewakili masa gaya paling singkat 50 tahun dan memiliki arti khusus bagi sejarah dan budaya," jelasnya.

Rafael mengatakan, pemerintah perlu mengalokasikan dana untuk pemeliharaan BCB baik dari APBN maupun APBD. Pemeliharaan harus memperhatikan keaslian bentuk, tata letak, gaya, bahan atau teknologi. Pemeliharaan dilakukan untuk mencegah kerusakan dan pelapukan.

Rafael mengatakan, selama ini upah untuk para juru pelihara (jupel) BCB dan situs-situs sejarah di NTT hanya Rp 200 ribu/bulan, jauh di bawah standar upah minimum propinsi (UMP) di NTT.

Di NTT, sejauh ini, katanya, ada 73 jupel yang menjaga BCB dan situs-situs yang tersebar di 21 kabupaten/kota. "Jupel yang ada di NTT ditetapkan melalui keputusan Gubernur NTT No. 262/kep/HK/2010," katanya.

Menurut Rafael, upah itu sangat rendah sehingga tidak menutup kemungkinan sejumlah jupel harus mencari tambahan penghasilan selain menjadi jupel BCB.
"Kalau upah mereka dinaikkan, para jupel mungkin tidak cari kerja lain," katanya.

Dikatakannya, jika semua BCB dan situs dikelola dengan baik dan didukung dana yang cukup untuk pemeliharaan, maka keberadaan BCB dan situs bisa mendatangkan penghasilan bagi warga sekitar.
Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Museum Daerah NTT, Drs. Leonardus Nahak mengatakan, situs-situs yang ada di NTT termasuk di Kota Kupang, tidak boleh dijamah atau diubah karena akan menghilangkan makna dari situs yang bersangkutan. Situs merupakan obyek yang tetap dan tidak bergerak sehingga hanya bisa dipelihara dan dirawat.

"Situs di NTT cukup banyak, namun banyak yang tidak diperhatikan. Situs ini obyek tidak bergerak dan bisa menjadi tujuan wisata. Karena situs bisa memberikan informasi tentang sejarah masa lampau," katanya. (yel)


BCB dan Situs di NTT

* Kota Kupang: Tugu Jepang, Gereja Kota Kupang, bunker Kolokaha, bunker Luan Mbena, makam Raja Taebenu

* Kabupaten Kupang : gua prasejarah Oenaek, Istana Raja Amarasi 

* Sabu Raijua : Kompleks megalitik dan tumah adat Mata Lolo Wini Raeawu, kompleks megalitik dan rumah adat Kolorai, kompleks megalitik dan rumah adat Dara Rae.

* Rote Ndao : Gereja Loaholu dan rumah Raja Thie JA Messakh.


* TTS : Tugu Peringatan Perang Kolbano, kuburan tentara Belanda, Kampung Tua Benteng None.

*TTU : Rumah adat Manumuti Kempah, kompleks Tau Leau Salneno dan rumah adat Sonaf Bikomi.

*Belu : Megalitik Fatulotu, megalitik Makuloon dan Makes, situs megalitik Loro Dirma, megalitik dan rumah adat Kewar.

* Alor : Rumah adat Mabur, rumah adat Pasing, rumah adat Langwa, masjid tua Lerabaing.

*Lembata : Kampung Lama Lewohala, keris pusaka Lamalera, kampung lama Lamaraing, rumah adat Suku Lejab dan rumah adat suku Wawin, tulang ikan paus.

Flotim : Kuburan tua, rumah adat Kalike, rumah adat Belogili, rumah adat Wailolong dan istana Raja Larantuka.

*Sikka : Gua Wisung Fatima, rumah adat Lepo Ria Kunu Mbengu, gereja tua St. Mikhael, rumah adat Lepo Kirek, peralatan tua untuk misa di Gereja M Imaculata, kaki candi, salib, monstrans, piala, siboripateno, jambangan, penggantung dan tabernakel.

* Ende : Rumah adat Koanara Moni, kampung tua Unggu, mumi Wolondopo, rumah adat Wiwipemo, rumah pengasingan Bung Karno, rumah adat Sao Ria Raja Nggaji.

* Ngada : Situs Matamengge-Soa, megalitik dan rumah adat Wogo, kampung tradisional Gurusina-Jerebu'u, megalitik dan rumah adat Bena-Jerebu'u.

* Nagekeo: Rumah adat Tua Pau, bunker Jepang di Kobafesa, Kampung Boawae, bunker Jepang peninggalan Perang Dunia II Oki Sato.

* Manggarai Timur: Situs Sambi Lewa

* Manggarai : Situs Compang Tenda. 

* Manggarai Barat: Situs Ponto, patung Batupong. 

* Sumba Timur: Rumah adat dan pusat tenun ikat Palumarang, Benteng Hama Parengu, megalitik Praiyawang, rumah adat Parengu Wunga.

* Sumba Barat Daya: Megalitik dan rumah adat Bondo Bukha, Kampung Bukumbani

* Sumba Barat : Megalitik dan rumah adat Tambera

* Sumba Tengah: Kampung Adat Padabar.
Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Propinsi NTT. 

Pos Kupang, 21 Juni 2011 halaman 1

Situs Bersejarah di NTT Kehilangan Makna

Tugu Jepang di Penfui (foto: Hermina Pello, Juni 2011)
KUPANG, PK -- Meski memiliki nilai sejarah, sejumlah situs dan benda cagar budaya lainnya yang ada di Kota Kupang, luput dari perhatian pemerintah daerah. Benda-benda bernilai sejarah itu tidak terawat sehingga kehilangan makna.

Situs meriam kuno di Kelurahan Kelapa Lima, tugu Jepang di Jalan Antanov, Kelurahan Penfui serta pemakaman Raja Taebenu di RT 3 RW 1, Kelurahan Manutapen, adalah contohnya. Meski terletak di tengah permukiman warga, kondisi situs merim kuno itu sangat kotor. Hampir semua sisi meriam terdapat coretan dari pilox. Lantai areal situs pun banyak terkelupas.



Coretan juga menutup papan putih milik Departemen Pendidikan Nasional Kantor Budaya NTT yang menyatakan situs sebagai benda cagar budaya. Parahnya lagi, kawat duri yang mengelilingi situs itu sudah terkoyak sehingga memudahkan orang leluasa masuk ke arena situs.

Makam Taebenu (foto: N Florida, Juni 2011)
Kondisi yang sama terjadi juga dengan situs meriam kuno peninggalan Australia yang dijaga Anton Yeri Ngale (38), sejak belasan tahun lalu. Suami Magdalena Ngale-Nafi yang tinggal di RT 11/RW 05, Kelurahan Kelapa Lima ini setiap hari membersihkan areal dua situs meriam.

Kondisi situs tugu Jepang sedikit lebih baik, lebih bersih. Sebelumnya banyak ditumbuhi rumput, kini sudah dibersihkan sehingga tidak menghalangi pandangan ke arah situs. Situs tugu Jepang yang berundak-undak, berbentuk segi empat. Lokasinya dipagari kawat berduri. Pintunya dari besi, tetapi tidak terkunci. Jalan setapak menuju situs terbuat dari campuran semen. 

Bagian bawah situs terdapat enam tangga, kemudian di undakan pertama ada tujuh tangga untuk menuju ke undakan kedua yang juga memiliki enam tangga. Meski lokasinya bersih, namun situs tersebut terlihat tidak terawat karena dari cat putih sudah luntur, berubah menjadi kehitaman. 

Pemakaman Raja Taebenu lain lagi. Memasuki lokasinya, seolah kita ada pada lahan kosong. Lokasinya berada di atas ketinggian yang menyajikan pemandangan indah di sekelilingnya. Dari tempat makam, kita bisa melihat indahnya perairan Kota Kupang dan rumah-rumah penduduk.

Namun sayang, aset bernilai sejarah ini tampak kontras dengan keindahan panorama di sekitarnya. Kawasan ini terlihat tak terurus. Padahal di atas lahan seluas dua hektar tersebut terdapat bangunan tua yang merupakan saksi sejarah. Seperti makam batu yang berisi 13 Raja Taebenu yang konon dikubur bersama barang-barang berharga pada sekitar abad 16. Lalu ada pula dua makam istri raja yang dikubur berdampingan serta dua makam keluarga raja.

Sementara tidak jauh dari lokasi makam, terdapat puing-puing istana raja. Bentuknya sudah tidak utuh lagi dan hanya menyerupai fondasi rumah. Di atas puing-puing tersebut, tumbuh lebat pepohonan turi dan semak ilalang.

Menyusuri perjalanan sejarah dari Raja Taebenu semakin terasa lengkap ketika ada dua bongkahan batu hitam yang berjarak beberapa meter dari puing-puing tersebut. Menurut cerita, dua bongkah batu tersebut dulu dipakai sebagai tempat hukum pancung rakyat yang dinyatakan bersalah oleh raja.

Kuburan raja ini terakhir direnovasi pada tahun 2007 dan hingga kini tampak tidak terurus. Cat pada dinding kubur telah memudar dan dihiasi oleh coret-coretan tangan jahil. Prasasti pada pintu batu yang menuliskan keterangan mengenai 13 raja sudah tidak dapat terbaca lagi.

Kondisi serupa juga terlihat pada kubur para istri sang raja. Pagar dan atap sengnya sudah karatan. Bahkan di atas seng, ada beberapa buah batu yang diduga merupakan hasil lemparan dari orang yang tidak bertanggung jawab.

Begitupun dengan jalan setapak yang juga tidak terurus. Beberapa semennya mulai pecah dan menyisakan kerikil tajam di sana-sini. Demikian pula pos penjagaan yang berada di pintu masuk. Termasuk dua papan nama informasi yang terbuat dari tripleks. Yang masih tersisa hanya tulisan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi NTT, Jalan Soeharto Nomor 57 Kupang. Sementara yang satu lagi, malah tidak terlihat apa pun.

Kondisi yang memrihatinkan ini semakin diperparah dengan tumbuh suburnya ilalang di seluruh kawasan itu. Menurut juru pelihara, Dominggus Bapa mengatakan bahwa aset ini belum pernah dibenahi lagi. Proses rehabilitasi terakhir diakuinya hanya pada tahun 2007 lalu. Itu pun hanya pengecatan saja. 


"Saya hanya bertugas menjaga saja. Sementara untuk perbaikan renovasi itu sudah tanggung jawab pemerintah. Dulu makam ini di bawah pengawasan PPO Propinsi, namun sekarang sudah diserahkan ke Disbudpar Propinsi sejak tahun 2009," jelas Dominggu saat ditemui, Sabtu (18/6/2011).

Sekalipun tidak terurus, Dominggus Bapa mengatakan sudah ada beberapa wisatawan yang datang mengunjungi makam tersebut. Ia menambahkan, sejarah para Raja Taebenu ini diceritakan secara turun temurun dari masa ke masa. Sementara dokumen lengkapnya kini tersimpan rapi di museum Belanda. (ira/aly/ii)



Gua dan Bunker Jepang

Bungker Jepang di Nun Baun Delha (foto: Hermina Pelo)
SELAIN situs, ada peninggalan lainnya yang juga memiliki nilai sejarah. Di Kelurahan Nun Baun Delha, misalnya, ada lima gua peninggalan Jepang. Gua-gua itu juga tidak mendapat perhatian dari pemerintah.

Tiga gua terdapat di wilayah RT 13 RW 07, letaknya saling berdekatan. Gua Jepang tersebut berada di pekarangan milik warga dan ketiganya masih meninggalkan besi tempat meriam di mulut gua. Dalam gua berkisar tiga sampai empat meter dengan lebar mulut gua hampir mencapai dua meter.

Di dalam gua yang berhadapan dengan mulut gua, terdapat semacam tembok yang tingginya sekitar 50 cm, sedangkan sisi gua alam dan tidak ada tembok. Di sisi kanan dari gua tersebut terdapat lubang atau terowongan. 

Gua yang terletak di lahan milik Keluarga Yacob di bagian depannya dan atas serta bagian kiri kanan terdapat tanaman yang disebut air mata broit. Sementara gua Jepang di pekarangan milik Ibu Helena Dara Nguru bagian depannya lebih bersih dan tidak ada tanaman. Helena Nguru, mengungkapkan pemerintah Kota Kupang tidak pernah memperhatikan gua tersebut.

"Kami tahu bahwa itu gua Jepang, dan anak anak sering bermain di dalamnya. Dulu ada semacam besi yang berada di mulut gua tetapi pada tahun 1980-an ada yang datang mengambil besi bagian atas sehingga sekarang ini hanya ada besi yang diduga sebagai tempat untuk menaruh meriam," ujar Helena Dara Nguru.

Selain di pekarangannya, ada juga gua yang terletak di pekarangan milik keluarga Jacob dan Diratome dan ada juga yang berada di RT lainnya. Jumlah semuanya ada lima gua. "Gua gua ini saling berhubungan satu dengan yang lainnya karena ada terowongan tetapi kami tidak pernah masuk ke dalamnya karena gelap. Kami tidak buat apa-apa terhadap gua tersebut," ungkapnya.

Selain gua, juga ada bungker atau benteng pertahanan yang dibuat tentara Jepang pada masa perang dunia kedua. Umumnya, bungker dibangun di dataran tinggi, menghadap ke laut. Bungker terbuat dari campuran semen. Sampai saat ini, kondisi bungker masih bagus. 


Bungker dibangun dari dalam tanah dan hanya bagian permukaannya yang sedikit tersembul keluar. Ada bungker yang dibangun dalam tanah dan seluruh bagian permukaannya tertutup tanah.

Setiap bangunan atau bentuk bungker dibangun dalam bentuk yang berbeda. Ada bungker yang hanya memiliki satu pintu masuk dan satu buah jendela dan bungker lainnya memiliki dua pintu masuk serta dua buah jendela, mirip seperti lubang angin pada bangunan rumah. 

Kelurahan Oesapa merupakan wilayah yang terdapat banyak bungker. Ada enam bungker. Dari enam buah bungker tersebut tiga buah bungker berada dalam satu lokasi yang sangat berdekatan. Dua bungker berada dalam tanah dan satu buah bungker lainya berada di sisi Jalan Adi Sucipto. Jarak antara tiga buah bungker hanya sekitar tiga meter.

Bungker di sisi Jalan Adi Sucipto memiliki satu pintu masuk dari depan dan memiliki dua buah lubang angin di bagian samping dan bagian belakang. Lebar dan tinggi pintu masuk sekitar 60 x 60 centimeter (cm). Sedangkan lebar dua buah lubang angin sekitar 20 x 20 Cm. Sementara lebar dan tinggi bungker sekitar 2 x 2 meter, sama lebar dengan bagian dalam bungker.

Pintu masuk bungker agak menjorok ke depan sekitar satu meter dari badan bungker. Dua bungker lainnya dibangun di dalam tanah. Bungker ini memiliki dua pintu masuk dan buah jendela. Untuk masuk ke dalam bungker ini harus turun ke dalam tanah, sekitar satu meter lebih. Jarak kedua bungker ini sekitar tiga meter lebih. Satu buah bungker lainnya berada di sisi jalan antara Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen (STIM) dan Sekolah Luar Biasa Negeri (SLBN). Kondisi bungker ini sama seperti bungker yang berada disisi jalan Adi Sucipto.

Satu buah bungker lainnya yang berada dalam tanah berada sekitar dua ratus meter dari depan SMAN empat Kupang. Bungker ini hanya memiliki satu pintu masuk tetapi memiliki dan buah jendela. Lebar jendela sekitar 40 x 40 meter. Untuk masuk ke dalam bungker ini harus turun ke dalam tanah dengan kedalaman sekitar satu meter. Sementara satu buah bungker lainnya, berada sisi jalan masuk menuju SMAN empat, sekitar seratus meter dari Jalan Adi Sucipto. Bentuk bangunan bungker ini menyerupai bak air ukuran tiga kali dua meter. Dua buah pintu masuk ke dalam bungker berada di atas permukaan bangunan.

Sama seperti situs, bungker dan gua juga luput dari perhatian pemerintah daerah. Yang terlihat dalam bungker hanya batu-batu karang dan kotoran manusia yang sudah mengering. Sementara di bungker lainnya persis di pintu masuk tumbuh beberapa pohon yang menghalangi pintu masuk ke dalam bungker. (ira/den)

Pos Kupang, Senin 20 Juni 2011 halaman 1

Soeharto

Duar! Ada Ledakan Saat Makam Soeharto Digali
Bulu Kuduk Merinding...

MINGGU Wage, 27 Januari 2008. Jarum jam menunjuk angka 15.30. Azan Asar terdengar sayup-sayup dari kejauhan. Suasana Astana Giribangun redup kala itu, Matahari entah ke mana. Tak ada awan, juga tiada tanda gerimis bakal jatuh.

Sejumlah orang berkumpul, mengelilingi sebidang petak tanah makam yang siap digali. Mereka melakukan upacara Bedah Bumi yang bertujuan agar penggalian berjalan lancar. Yang memimpin Begug Purnomosidi, Bupati Wonogiri.



Lalu linggis dihujamkan ke tanah. Tak ada apapun yang terjadi. Begitu pula tikaman yang kedua. Namun, bulu kuduk sontak merinding saat linggis mengoyak tanah untuk kali ketiganya. "Tiba-tiba, duar! Terdengar suara ledakan yang sangat keras bergema di atas kepala kami," kata Sukirno, juru kunci makam keluarga Soeharto di Astana Giribangun. Sukirno menceritakan kembali pengalamannya menggali makam Soeharto dalam buku Pak Harto The Untold Stories yang diluncurkan di Jakarta, Rabu, 8 Juni 2011. 

Menurut Sukirno, para penggali makam dan orang-orang di sekitarnya kaget. Mereka berpandangan. Bingung. Coba mereka-reka dari mana asal suara menggelegar itu. "Bukan bunyi petir, lebih mirip suara bom besar meledak di atas cungkup Astana Giribangun," katanya. Aneh. Tak ada yang porak-poranda, tak satupun benda yang bergeser karena ledakan itu. Mereka menduga itu suara gaib. Semua diam, terpaku. Lalu suara Begug memecah keheningan. "Bumi mengisyaratkan penerimaan terhadap jenazah beliau," tutur Sukirno menirukan kalimat Bupati Wonogiri tersebut. 

Sukirno adalah satu dari 113 orang yang menceritakan kisahnya dalam Pak Harto The Untold Stories -- buku yang diluncurkan tepat pada peringatan kelahiran Soeharto ke-90 tanggal 8 Juni 2011 lalu. Peluncuran buku tersebut berlangsung hanya tiga pekan setelah masyarakat Indonesia dikejutkan dengan hasil survei lembaga Indo Barometer yang menunjukkan 36,5 persen responden (dari total 1.200) memilih Jenderal Besar Soeharto sebagai presiden yang paling disukai. Selanjutnya 20,9 persen memilih Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, 9,8 persen memilih Presiden Soekarno, 9,2 persen memilih Megawati Soekarnoputri, 4,4 persen memilih BJ Habibie, 4,3 persen memilih almarhum mantan Presiden Abdurrahman Wahid alias Gus Dur.

Mayoritas responden juga menilai Orde Baru lebih baik daripada Orde Reformasi. Hanya pada bidang hukum, Orde Reformasi dianggap lebih baik. Sementara pada banyak sisi kehidupan lain, terutama ekonomi dan sosial politik, dominan responden menyatakan ketidakpuasan terhadap pemerintahan saat ini. Masa kepemimpinan Soeharto lebih memuaskan. Wow! Karuan saja banyak yang sewot.

Reaksi keras datang dari Istana Kepresidenan Republik Indonesia. Pemerintahan SBY-Boediono menegaskan, masa pemerintahan Orde Baru tidak bisa dibandingkan dengan kondisi saat ini karena suasananya jauh berbeda. Juga dipertanyakan validitas data serta metodologi survai Indo Barometer. Juru bicara Presiden, Julian Aldrin Pasha menilai data responden membingungkan karena tidak dicantumkan secara detail subyek pertanyaan dan parameter yang lengkap. 
SBY sendiri pernah membandingkan zaman dia dengan Soeharto. "(Di zaman Soeharto) pemerintahan top down. Presiden bisa berbuat banyak," kata SBY. Dia juga membandingkan bisnis zaman Soeharto dengan saat ini. "Bisnis dulu bisa diatur dan ditata, belum berlaku otonomi daerah seperti sekarang ini," kata SBY.

Orang bisa berbeda pandangan merespons hasil survei tersebut. Dan, itu wajar saja. Yang pasti dalam keseharian tuan dan puan mungkin pernah menangkap suara-suara masyarakat yang merindukan kondisi stabil dan aman seperti di masa Orde Baru (Orba). Rakyat di level akar rumput tidak peduli apakah Era Reformasi lebih demokratis dibanding Orba. Ukuran mereka simpel saja yaitu bagaimana kemudahan mendapatkan sembilan bahan kebutuhan pokok (sembako) dengan harga terjangkau. Untuk urusan 'kampung tengah' alias perut ini agaknya masa Soeharto lebih mudah. Zaman Soeharto, Indonesia swa sembada beras. Impor pangan hampir nihil. Sekarang bahkan garam dapur pun impor. Begitu kira-kira persepsi umum di tengah masyarakat. Jadi bisa dimengerti bila ada yang kangen dengan Orde Baru. Dan, Orde Baru identik dengan Soeharto! 

Survei Indo Barometer pun menyeruak di tengah beragam keganjilan di ini negeri. Sebut misalnya kasus Bank Century, berbiaknya gerakan Negara Islam Indonesia (NII), pembakaran rumah ibadah, penyerangan tiada henti terhadap kelompok agama minoritas serta ingkar janji pemerintah terhadap sejumlah program pro rakyat yang oleh tokoh agama dilukiskan sebagai kebohongan. 

Survei itu juga bergulir di tengah drama politik yang menyakiti hati rakyat seperti studi banding, gedung mewah DPR, kasus anggota Dewan kepergok nonton video porno dalam rapat paripurna hingga kasus Partai Demokrat lewat M Nazaruddin yang masih berada di Singapura dan membangkang terhadap panggilan KPK dalam kasus proyek SEA Games 2011. Drama itu menambah rasa tidak puas masyarakat.

Begitulah tuan dan puan. Memori kolektif rakyat Indonesia seolah "lupa sejenak" bahwa Soeharto dan kepemimpinannya selama 32 tahun penuh kontradiksi. Mulai dari pengambialihan kekuasan tahun 1965, kasus G 30S PKI hingga jargon KKN (Kolusi, Korupsi dan Nepotisme). Meski banyak tuduhan, Soeharto tak pernah diadili sampai wafat 2008 atau sepuluh tahun setelah lengser keprabon. 

Buku Pak Harto The Untold Stories cuma mengisahkan sisi positif Soeharto. Lalu siapa yang akan menceritakan hal-hal kelam dari zaman itu? Bukankah sisi negatif mantan presiden bisa menjadi pembelajaran agar bangsa Indonesia jangan terperosok pada lubang yang sama? Bangsa besar ini agaknya belum dewasa. 

Benar peringatan Ikrar Nusa Bakti. Semua kenikmatan Orde Baru adalah hasil hutang luar negeri yang mesti ditanggung rakyat, penyerahan kekayaan sumber daya alam kepada asing serta mengebiri kebebasan hak asasi individu. "Kita jangan lupa bahwa stabilitas saat itu diperoleh dengan tangan besi. Di bawah pijakan sepatu lars, di ujung moncong senapan!" kata Ikrar. Seorang kawan menimpali. "Yang tidak kangen sama Orde Baru itu tidak punya hati. Tapi yang mau Orde Baru berkuasa lagi tak punya otak." He-he-he...(diondbputra@yahoo.co.id)

Pos Kupang Senin, 13 Juni 2011 halaman 1

Jejak Beato Paus Yohanes PP II di Ritapiret

SAAT membolak-balik file foto lama pagi ini saya menemukan jejak Paus Yohanes Paulus II di Seminari Tinggi Ritapiret, Nita, Maumere, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur. Gambar prasasti saya ambil tahun 2005 saat berkunjung ke Seminari Tinggi Ritapiret menemui adik saya yang kala itu masih studi di sana.


Saya juga temukan link ini. Mungkin menarik untuk Anda baca. Selamat menikmati.

Belajar Mencintai dari Cicak

KETIKA sedang merenovasi sebuah rumah, seseorang mencoba merontokan tembok. Rumah di Jepang biasanya memiliki ruang kosong diantara tembok yang terbuat dari kayu. Ketika tembok mulai rontok, dia menemukan seekor cicak terperangkap diantara ruang kosong itu karena kakinya melekat pada sebuah surat.

Dia merasa kasihan sekaligus penasaran. Lalu ketika dia mengecek surat itu, ternyata surat tersebut telah ada disitu 10 tahun lalu ketika rumah itu pertama kali dibangun.

Apa yang terjadi? Bagaimana cicak itu dapat bertahan dengan kondisi terperangkap selama 10 tahun??? Dalam keadaan gelap selama 10 tahun, tanpa bergerak sedikitpun, itu adalah sesuatu yang mustahil dan tidak masuk akal.

Orang itu lalu berpikir, bagaimana cicak itu dapat bertahan hidup selama 10 tahun tanpa berpindah dari tempatnya sejak kakinya melekat pada surat itu!

Orang itu lalu menghentikan pekerjaannya dan memperhatikan cicak itu, apa yang dilakukan dan apa yang dimakannya hingga dapat bertahan. Kemudian, tidak tahu darimana datangnya, seekor cicak lain muncul dengan makanan di mulutnya….AHHHH!

Orang itu merasa terharu melihat hal itu. Ternyata ada seekor cicak lain yang selalu memperhatikan cicak yang terperangkap itu selama 10 tahun. Sungguh ini sebuah cinta…cinta yang indah. Cinta dapat terjadi bahkan pada hewan yang kecil seperti dua ekor cicak itu. apa yang dapat dilakukan oleh cinta? tentu saja sebuah keajaiban.

Bayangkan, cicak itu tidak pernah menyerah dan tidak pernah berhenti memperhatikan pasangannya selama 10 tahun. bayangkan bagaimana hewan yang kecil itu dapat memiliki karunia yang begitu menganggumkan.

Saya tersentuh ketika mendengar cerita ini. Lalu saya mulai berpikir tentang hubungan yang terjalin antara keluarga, teman, kekasih, saudara lelaki, saudara perempuan…..

Seiring dengan berkembangnya teknologi, akses kita untuk mendapatkan informasi berkembang sangat cepat. Tapi tak peduli sejauh apa jarak diantara kita, berusahalah semampumu untuk tetap dekat dengan orang-orang yang kita kasihi. JANGAN PERNAH MENGABAIKAN ORANG YANG ANDA KASIHI!!! -Kisah ini berasal dari Jepang.

Lihat Sumber

Ketika Penumpang Telanjang Bulat

ilusrasi
POS KUPANG.COM, MADRID - Peristiwa ini terjadi di sebuah pesawat dalam penerbangan dari Madrid menuju Frankfurt. Seorang pria, penumpang pesawat Iberia, tiba-tiba melucuti pakaian hingga tak ada yang menutupi bagian tubuhnya. Kejadian ini akhirnya memaksa pilot mengalihkan pesawat sehingga pria itu dapat diturunkan.

"Seorang penumpang berkebangsaan Jerman melucuti semua pakaiannya di dalam pesawat pada Kamis malam," kata wanita juru bicara perusahaan penerbangan Iberia, sepert dikutip AFP, yang dipantau ANTARA di Jakarta, Jumat (10/6/2011).

Juru bicara itu mengatakan, staf yang bertugas di pesawat berusaha membujuk pria tersebut. "Tapi ia malah jadi agresif dan akhirnya mengunci diri di dalam toilet. Pilot memutuskan untuk membelokkan pesawat dan mendarat di Madrid," ujarnya.

Sesaat setelah mendarat, pihak kepolisian naik ke dalam pesawat dan membawa pria itu pergi. Ia mengatakan perusahaan penerbangan tak mengetahui alasan pria yang tak disebutkan identitasnya itu, hingga melucuti pakaiannya. Di bandara, petugas polisi langsung mengamankannya. Sementara itu, pilot pesawat Iberia mengajukan keluhan dan mengatakan bahwa penumpang tersebut tak mematuhi instruksi awak kabin untuk duduk selama penerbangan, tetapi malah berteriak-teriak. Namun, keluhan sang pilot tak menyebutkan bahwa pria itu melepas seluruh pakaiannya. Berdasarkan keterangan pihak kepolisian setempat, tak ada indikasi pria itu dalam keadaan mabuk. Tak ada keterangan mengenai tingkah lakunya sebelum melakukan aksi buka baju.

Yosni Herin Bupati Flotim Terpilih

Yosni Herin
POS KUPANG.COM, LARANTUKA -- KPUD Kabupaten Flores Timur (Flotim), Senin (6/6/2011) menetapkan pasangan Yoseph Lagadoni Herin alias Yosni dan Valentinus Tukan sebagai Bupati-Wakil Bupati Flotim terpilih. Penetapan KPUD Flotim itu dituangkan dalam keputusan No. 30/KPTS/0181433980/2011.

Penetapan pasangan terpilih itu dilakukan dalam rapat pleno KPUD Flotim, kemarin. Sesuai hasil rekapitulasi perolehan suara yang dilakukan KPUD, pasangan Yosni dan Valens Tukan yang diusung Koalisi Sonata (Soga Naran Lewotanah), memperoleh 38.850 suara, disusul Mondial (Simon Hayon-Frans Diaz Alffi) memperoleh 33.364 suara.




Empat paket lainnya memperoleh suara tidak sebanyak dua paket terdahulu. Paket FF-IA (Felix Fernandez-Ismail Arkian) memperoleh 12.896 suara, JOIN (Joni Odjan-Ludin Lega) memperoleh 11.644 suara, RR-YES (Yeremias Bunganaen-Yakobus Keban) mendapat 6.201 suara dan DIAN (Yoseph Diaz-Markus Ama Lebe Tokan) memperoleh 5.035 suara.

Penetapan paket terpilih itu baru dilakukan sekitar pukul 20.00 Wita tadi malam, setelah melalui rapat pleno rekapitulasi hasil penghitungan suara sejak pukul 10.00 Wita.

Rapat pleno dipimpin Ketua KPUD setempat, Aloysius Kene Masan dihadiri empat anggota, Ernesta Katana, Azis Tupen Peka, Ferdinandus Leo Ama dan Edy Diaz. Hadir Sekretaris KPU Flotim, ketua dan anggota Panwas Pemilu Kada Flotim.

Tolak Tanda Tangan
Kelima anggota KPUD menandatangani berita acara penetapan diikuti saksi paket Sonata, Andreas M Emi Diaz. Sementara empat saksi yakni, saksi Paket Mondial, Gerard Bacenty, saksi JOIN, Abdulkadir H. Yahya, saksi paket DIAN, Iskandar Nusa Putra dan saksi FF-IA menyatakan menolak hasil pleno dan tidak menandatangani berita acara penetapan paket calon terpilih. Sedangkan saksi paket RR-YES, Philipus Kupo Kerans saat penandatangan berita acara, tidak berada di tempat. Dipanggil tiga kali oleh KPU untuk menandatangani berita acara, saksi tidak berada di tempat.

Gerard Bacenty menyatakan menolak menolak menandatangani berita acara karena menilai KPUD tidak taat azas. Banyak pelanggaran dalam proses Pemilu Kada dan pihaknya akan menempuh jalur hukum. "Kami (Mondial, Red) akan menempuh jalur hukum. Kami kalah terhormat, menang juga terhormat," kata Gerard.

Saksi paket FF-IA, F Lorens Fernandes mempersoalkan banyaknya pemilih yang tidak mendapat kartu pemilih dan yang tidak terdaftar dalam dafar pemilih tetap (DPT).

Saksi paket JOIN, Abulkadir H Yahya dalam proses rekapitulasi banyak menyoroti kinerja KPUD Flotim yang dinilainya tidak profeisional. Ia menilai, dalam logika normal ketika pemilu kada ditunda satu tahun maka yang seharusnya terjadi adalah daftar pemilih tetap (DPT) meningkat namun yang terjadi adalah turun sekitar 6.791 suara. Penurunan pemilih ini dilakukan secara sengaja.

Mantan Ketua KPUD FLotim ini mengatakan, KPUD Flotim telah dengan sengaja tidak menyerahkan model C2 ukuran besar kepada saksi di TPS, begitu juga format C5 yang memuat data surat suara cadangan yang digunakan karena ada surat suara yang rusak atau keliru dicoblos. 

"Kami paket JOIN meragukan hasil perhitungan KPU dari tingkat KPPS hingga KPU. Karena kami menduga ada konspirasi terstruktur, sistematis dan terorganisasir," kata Kadir disambut tepuk tangan.

Juru bicara KPUD Flotim, Ernesta Katana yang dihubungi usai menandatangani berita acara penetapan pasangan calon, mengatakan, secara umum proses perhitungan suara dan penetapan bupati-wakil bupati terpilih tidak ada masalah. "Semua proses telah berjalan, dan jika ada keberatan sudah disiapkan formatnya. Begitu juga dengan adanya kejadian khusus yang ditemukan dalam proses rekapitulasi. Kita ingin seobyektif mungkin dalam proses perhitungan suara sehingga ketika terjadi kekeliruan data, kita minta untuk ditelusuri dengan acuan yang sudah disiapkan namun saksi keberatan sehingga kita siapkan formatnya," katanya.

Ia mengakui, akan menyerahkan hasil penetapan pasangan calon ke DPRD FLotim, Selasa (7/6/2011) untuk persiapan pelantikan. 

Ditanya tentang kemungkinan ada paket yang menempuh jalur hukum mempersoalkan hasil Pemilu Kada, Katana mengatakan KPUD siap menghadapinya. (iva)

Pos Kupang, Selasa 7 Juni 2011 halaman 1

Skor 5:5

SEUMPAMA arena pemilihan umum kepala daerah dan wakil kepala daerah (pemilu kada) di kampung besar Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan kompetisi sepakbola, maka kompetisi itu sungguh mencerminkan jatuh bangunnya sebuah kesebelasan partai politik (parpol). Ada saat berjaya, ada waktu tunggang langgang. Ada tangis, ada tawa.

Sejak pemilihan kepala daerah secara langsung tahun 2005, begitu banyak air mata tumpah di persada Flobamora. Juga tawa berderai hingga mencabik langit. Dan, inilah hasil sementara pertarungan itu. Dua klub politik raksasa di beranda Nusa Tenggara Timur, Partai Golongan Karya (Golkar) versus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) bermain imbang 5:5. Skor tersebut bisa berubah dalam hitungan hari mengingat kompetisi pemilu kada masih terus bergulir.





Acuan skor imbang yang beta pakai adalah kepala daerah dan wakil kepala daerah dari Partai Golkar dan PDIP yang kini masih serta akan memimpin kabupaten dan kota di NTT. Ya, meskipun Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Flores Timur belum mengetuk palu final, namun hampir dipastikan dalam duel terkini di Flores Timur, pasangan PDIP unggul atas Golkar. “Kemenangan” terakhir itulah yang menyamakan skor menjadi 5:5 antara PDIP dan Golkar.

Kiprah kedua parpol yang menguasai panggung politik Flobamora sejak pemilu pertama di era reformasi tahun 1999 menarik disimak. Khusus Partai Golkar yang berkuasa penuh selama rezim Soeharto –sempat gamang ketika kepala daerah di ini negeri dipilih langsung oleh rakyat mulai tahun 2005. Di beberapa kabupaten Golkar gagal mengusung calonnya karena kisruh internal serta ketidaksiapan mereka beradaptasi dengan sistem serta regulasi baru. Kiprah PDIP pun mirip. Partai banteng yang menikmati eforia hasil pemilu 1999 ternyata sulit menemukan kader dengan nilai jual tinggi. PDIP memaksakan kader yang belum ranum sehingga rontok berguguran. Dalam beberapa kasus, PDIP malah terjebak sindrom salah asuh dan salah pilih sehingga calon jagoannya tak berdaya menghadapi badai pemilu kada yang terkenal ganas dan butuh napas panjang.

Dalam pertarungan pemilu kada di sebelas daerah di Nusa Tenggara Timur, Golkar dan PDIP sungguh “dipermalukan” si cabe rawit. Partai kecil terbukti lebih lincah bergerak, lebih cerdas memilih figur berdaya jual tinggi serta lebih piawai membangun solidaritas. Di Kabupaten Sikka yang merupakan basis tradisional si Merah PDIP selama puluhan tahun, calon yang diusung dalam pemilu kada 2008 gagal naik singgasana bupati dan wakil bupati. PDIP masih bisa bersyukur lantaran di kabupaten nyiur melambai tersebut rivalnya Partai Golkar pun gigit jari.

Di Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), perolehan suara Golkar yang fantastis sejak Orde Baru dan berlanjut hingga tiga pemilu reformasi juga terjadi pergeseran dalam pemilu kada terakhir (2009). Pasangan calon Partai Golkar tidak berhasil melanjutkan rezim Golkar di bumi cendana yang bertahan puluhan tahun. Pemenang pemilu kada justru calon yang dijagokan koalisi yang dimotori Partai Demokrat. Di kabupaten ini PDIP pun sulit menjulang. PDIP agaknya tahu diri. Selain Sikka dan TTS, Partai Golkar dan PDIP juga gagal mengantar calon mereka meraih kejayaan di Kabupaten Ngada, Belu, Sumba Barat, Sumba Tengah, Alor, Manggarai Barat, Nagekeo, Kota Kupang dan Rote Ndao. Rote Ndao punya catatan istimewa. Inilah satu-satunya daerah di NTT yang dipimpin oleh calon dari jalur independen. Semua calon dari partai keok! Rote kok dilawan. He-he-he..

Golkar dan PDIP rupanya belajar dari kegagalan sehingga mereka mengubah taktik dalam putaran pemilu kada terkini. Saat bertarung di Kabupaten Manggarai, Sumba Timur dan Sabu Raijua pada tahun 2010, Golkar meminang figur yang sungguh kuat di akar rumput, tidak begitu penting lagi apakah dia kader Golkar atau bukan. Toh di era multipartai sekarang fenomena kader kutu loncat telah menjadi sesuatu yang lazim. Dan, terbukti partai beringin tidak keliru memilih. Si Kuning berjingkrak riang karena meraih kemenangan. Calon Golkar meraih suara meyakinkan, mengalahkan calon PDIP serta pasangan calon dari partai lainnya. Golkar dengan demikian berjaya di lima kabupaten yaitu Manggarai, Manggarai Timur, Sumba Timur, Sabu Raijua dan Lembata.

Lembata pantas disebut mengingat saat ini masih dipimpin Andreas Duli Manuk yang lima tahun lalu juga diusung Golkar. Dalam pemilu kada putaran pertama 19 Mei 2011, pasangan Golkar “unggul” sementara atas calon PDIP. Namun, karena keunggulannya beti alias beda tipis maka calon dari kedua partai tersebut harus berlaga lagi di putaran final 4 Juli 2011 mendatang. Pemilu kada Lembata menjadi medan pertarungan keras antara PDIP vs Golkar. Kalau pasangan PDIP menang, maka PDIP akan pimpin skor jadi 6-4. Demikian pula sebaliknya. Peluang kedua partai untuk juara di Lembata tahun 2011 berimbang. Tergantung bagaimana taktik dan srategi meraih suara pendukung empat calon lainnya yang kandas di putaran pertama.

PDI Perjuangan sejauh ini berjaya di Kabupaten Sumba Barat Daya, Kabupaten Kupang, Ende, Timor Tengah Utara (TTU) dan Flores Timur yang baru saja mencoblos 31 Mei 2011 setelah proses pemilu kada berlarut-larut hampir setahun. Di Timor Tengah Utara memang ada onak dan duri hukum yang menikam Komisi Pemilihan Umum selaku penyelenggara pemilu kada tahun 2010. Namun, legitimasi mayoritas suara rakyat yang memilih calon PDIP merupakan fakta tak terbantah. Masalah hukum terkait pemilu kada TTU tahun 2010 adalah soal lain yang juga menarik perhatian. Tapi lebih elok jika dikupas dalam sesi tersendiri.

Bagi tuan dan puan penggemar politik, skor imbang 5:5 pasti menarik bukan? Peta kekuatan itu niscaya dipakai sebagai modal kalkuasi peluang untuk pemilihan gubernur dan wakil gubernur tahun 2013 serta pemilu legislatif dan pemilihan presiden tahun 2014 secara nasional. Duel Golkar vs PDI Perjuangan akan semakin membara pada hari-hari mendatang.

Bagaimana dengan Kota Kupang yang tahun 2012 kembali memilih walikota dan wakil walikota? Setelah menjaring angin lima tahun silam karena memilih figur yang kurang menjual, kali ini PDIP dan Partai Golkar sepertinya tak mau melepas peluang tersebut untuk kedua kalinya. PDIP bahkan telah menabuh genderang perang terbuka dengan membuka pendaftaran bagi para calon. Puluhan nama calon sudah mendaftar lewat pintu PDIP, termasuk Ibu Lusia Adinda Dua Nurak-Lebu Raya. Tuan dan tuan tidak asing dengan tokoh ini. Beliau adalah istri ketua DPD PDI Perjuangan NTT yang juga Gubernur propinsi ini, Drs. Frans Lebu Raya.

Dengan membuka pendaftaran secara terbuka bahkan diiklankan secara menyolok lewat media massa, PDIP tentu saja mau menunjukkan keseriusannya merebut kepemimpinan di Kota KASIH. PDIP agaknya merespons gerakan rivalnya Partai Golkar yang sudah lebih dulu merapatkan barisan, antara lain dengan melakukan pergantian ketua partai yang kini dipegang Drs. Daniel Adoe yang juga Walikota Kupang. Tentang tokoh murah senyum dan ramah ini, beta ingat pernyataannya hampir dua tahun lalu, tepatnya tanggal 9 Juni 2009. “Saya hanya mau katakan bahwa saya tidak mencalonkan diri lagi dalam pemilihan walikota mendatang. Saya cukup satu periode. Saya ingin menikmati hari tua saya bersama isteri dan keluarga. Saya ingin masa tua saya tenang," kata Daniel Adoe ketika itu. Pernyataannya yang mengejutkan hari itu disiarkan secara luas oleh media massa cetak dan elektronik.

Apakah beliau sungguh tidak maju lagi sebagai calon dalam pemilu kada Kota Kupang tahun 2012? Menurut politikus kawakan Nusa Tenggara Timur, Bung Kanis Pari, berpolitik praktis adalah hidup berkecimpung dengan seni yang paling tinggi dan indah yaitu seni dari segala kemungkinan; memungkinkan kemungkinan yang tidak mungkin, dimungkinkan kemungkinan yang bisa saja memungkinkan kemungkinan yang belum mungkin. Jadi? (dionbata@yahoo.com)

Pos Kupang, Senin 6 Juni 2011 halaman 1

Mengenang Bung Karno di Ende

Bung Karno
POS KUPANG.COM -- Ende Rahim Pancasila. Demikian tema perayaan Hari Lahir Pancasila, 1 Juni 2011 di Kabupaten Ende. Wakil Bupati Ende, Drs. Achmad Mochdar pada saat memimpin upacara peringatan hari lahir Pancasila, mengatakan, tema itu sengaja diangkat karena Bung Karno merumuskan lima butir Pancasila melalui perenungan panjang di Ende.

"Tempat pelarian untuk menyendiri yang kugemari adalah di bawah pobon sukun yang menghadap laut. Aku duduk dan memandang pohon itu. Dan, aku melihat pekerjaan daripada Trimurti dalam Agama Hindu. Aku melihat Brahmana Yang Maha Pencipta dalam tunas yang berkecambah dalam kulit kayu keabu-abuan itu. Aku melihat wisnu yang maha pelindung dalam buah yang lonjong berwarna hijau. Aku melihat Shiwa Yang Maha Perusak dalam dahan-dahan mati yang gugur dari batangnya yang besar dan aku merasakan jejaringan-jaringan yang sudah tua dalam badanku menjadi rontok dan mati di dalam."




Itulah penggalan tulisan Bung Karno yang dikutip dari Buku "Bung Karno dan Pancasila Ilham dari Flores untuk Nusantara" yang disusun oleh Tim Nusa Indah.

Dalam buku yang dituliskan Cindy Adam 1969_300, Bung Karno mengatakan. "Di Pulau Bunga (Ende) jang sepi tidak berkawan telah menghabiskan waktu berdjam-jam lamanya merenung di bawah pohoh kaju. Ketika itulah datang ilham jang diturunkan oleh Tuhan mengenai dasar falsafah hidup jang sekarang dikenal dengan Pantjasila. Aku tidak mengatakan bahwa aku mentjiptakan Pancasila. Apa jang kukerjakan hanyalah menggali tradisi kami dijauh sampai ke dasarnya dan keluarlah dengan lima butir mutiara jang indah."

Maka tak diragukan lagi bahwa di bawah pohon sukun di Kota Ende itulah, Bung Karno menemukan Pancasila.
***
Jasad Bung Karno telah berkalang tanah. Namun, semangat dan cita-citanya untuk memerdekan bangsa Indonesia tak pernah hilang. Pancasila akan selalu hidup dalam sanubari bangsa Indonesia. 

Dalam perjuangannya melepaskan bangsa ini dari belenggu penjajahan, Bung Karno telah menemukan "batu pondasi" bangsa Indonesia di Ende. 

Dalam buku Sejarah Kota Ende yang ditulis oleh FX Soenaryo, pada tanggal 14 Januari 1934 Bung Karno bersama keluarganya menginjakkan kaki di Kota Ende. 
Bung Karno pada waktu itu didampingi oleh Ibu Inggit, istrinya, Ibu Amsi, mertua Bung Karno, Ratna Juami, anak angkat Bung Karno. Juga seorang guru yang bertugas mengajar anak angkatnya Ratna Juami, yaitu Pranoto. 
Pada waktu datang di Ende, Bung Karno menumpang di rumah seorang kenalan barunya, bernama H. Binti Saleh Banjar selama satu minggu. Ibu mertua Bung Karno, Ibu Amsi meninggal dunia di Ende pada tanggal 12 Oktober 1935 setelah lima belas hari sakit. 
Jenazahnya dimakamkan di Ende dan hingga sekarang makamnya masih terawat dengan baik.

Saat berada di Ende, Bung Karno memiliki 40 orang teman yang bersedia menjadi pemain tonil. Bung Karno sendiri sekaligus merangkap menjadi pelatih, sutradara dan manajernya. 

Salah seorang sahabat Bung Karno pada waktu itu, yaitu Pastor Geradus Henricus Huijtink, SVD. Kerja sama dan bantuan dari Pastor Geradus Henricus Huytink terhadap Bung Karno yang pernah diberikan antara lain tukar-menukar bahan bacaan, bertukar pikiran atau berdebat secara terus terang. 

Dalam hal ini kedua orang itu sangat cocok karena usianya sebaya. Bung Karno lahir tahun 1901, sedangkan Pastor Geradus lahir tahun 1902. Keduanya sama-sama kaum intelektual. Bung Karno bahkan menyewa sebuah gudang milik Paroki Ende untuk mementaskan tonil-tonil karyanya. Gudang yang disulap menjadi gedung pertunjukan tonil itu dikenal dengan sebutan Gedung Immaculata. Akibat dipentaskannya pertunjukan tonil-tonilnya, Bung Karno menjadi semakin dikenal bukan hanya oleh para pejabat, tetapi juga rakyat Kota Ende dan sekitarnya. 

Di samping itu hubungan Bung Karno dengan Pastor Geradus sangat akrab. Hal ini terbukti pada saat Bung Karno telah menjadi Presiden dan berkunjung ke Ende pada tahun 1950, ketika bertemu Pastor Geradus, Bung Karno berkata: "Ya, saya masih berhutang pada pater sepuluh gulden."

Selain dengan Pater Geradus, Bung Karno memiliki banyak sahabat dan banyak bergaul bukan hanya kalangan tokoh masyarakat saja, tetapi juga rakyat jelatadari berbagai daerah seperti Paupanda, Ambugaga, Kurere, Wolowona, Puurere, Mbongawani dan dari berbagai desa lainnya. 

Sahabat Bung Karno dapat disebutkan antara lain, Mohamad Saleh Banjar, Ibu H. Siti Nahani, Yusup Ibrahim, Ruslam Utu, Abubakar Demu, Benyamin Haji Daud, Ruslan Utu, Durham Utu, Djao Bara, Haji Abdula Ragho, Hamid Dhopi dan Haji Abdullah Ambuwaru. 

Haji Abdullah Ambuwaru merupakan sahabat Bung Karno yang sangat akrab, bukan saja karena Bung Karno tinggal di rumahnya, tetapi ia merupakan teman makan dan minum, duduk merenung, dan teman dalam suka dan duka. 

Bung Karno selain seorang orator dan arsitek, juga berjiwa seni. Hal ini dibuktikan pada waktu pembuangan di Ende, Bung Karno sempat membentuk sebuah perkumpulan seni yang diberi nama "Kelup Kelimutu". 
Dalam kelup ini mereka sering berlatih main sandiwara dan Bung Karno bertindak sebagai sutradara dibantu oleh Ibrahim Masyad sebagai wakilnya. Naskah sandiwara yang ditulis Bung Karno ada tujuh buah, masing-masing berjudul Rendo Rate Rua, Rahasia Gelimutu, Dokter Syaitan, Kut-Kutbi, Hero Dinamit, Djula Gubi, dan Maha Iblis/Anak Haram Djodoh. 

Anggota kelup ini tampak sangat kompak mulai dari mempersiapkan prasarana sampai sarana lainnya. Mereka bertugas sesuai dengan bidangnya. Ada yang menjahit pakaian, menata rambut, merias, membuat poster, dan sebagainya. Biaya diperoleh selain dari bantuan pihak tertentu, juga menggunakan uang gaji Bung Karno dari pemerintah penjajah Belanda. 

Sandiwara ini dipentaskan di sebuah gedung milik Paroki Ende yang dipinjamkan oleh Pater Geradus, yaitu Gedung Immaculata yang sampai saat ini bangunan ini masih ada. 

Itulah secuil kisah dan kenangan terhadap Bung Karno saat berada di Ende, menemukan pondasi dan falsafah bangsa di Ende dan yang sudah menjadi bagian dari sejarah Bangsa Indonesia. (romualdus pius)

Pos Kupang Senin 6 Juni 2011 halaman 1

Pemilu Kada Flotim Satu Kali Putaran

LARANTUKA, PK -- Ketua Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Kabupaten Flores Timur (Flotim), Aloysius Kene Masan mengatakan, pemungutan suara dalam Pemilu Kada Flotim hanya satu putaran. Pasangan Yoseph Lagadoni Herin-Valens Tukan memperoleh suara terbanyak dari lima paket calon lainnya.

"Saya ingin menepis informasi yang beredar bahwa pemungutan suara berlangsung dua putaran. Walaupun belum pleno tapi saya bisa memastikan bahwa paket Sonata yang memperoleh suara terbanyak yakni 35.554 atau 35,09 persen sedangkan Mondial memperoleh 31.092 suara atau 30,68 persen. Ini hasil sementara tapi saya yakin tidak beda jauh dengan rekap dari PPK," kata Kene Masan, Jumat (3/6/2011).



Sesuai UU No. 32 tahun 2004, sebagaimana telah diubah dengan UU No. 12 Tahun 2008, pasal 107 ayat (2), jelas Kene Masan, pasangan calon kepala daerah dan wakil kepala daerah yang memperoleh suara lebih dari 30 persen dari jumlah suara sah, suara terbesar dinyatakan sebagai pasangan calon terpilih.

Sesuai jadwal, lanjutnya, pada tanggal 6 Juni 2011, KPUD Flotim akan menetapkan Bupati-Wakil Bupati Flotim terpilih periode 2011-2016. Penetapan dilakukan setelah penyusunan dan penyampaian berita acara dan rekapitulasi hasil perhitungan suara di PPK (panitia pemilihan tingkat kecamatan).

"Sesuai jadwal mulai tanggal 4 sampai 6 Juni kami melakukan penyusunan berita acara untuk menetapkan pasangan calon terpilih," katanya.

Dari perhitungan suara sementara, setelah paket Yosni Herin-Valens Tukan (paket yang diusung koalisi Sonata) di urutan pertama, dan Mondial (Simon Hayon-Frans Diaz Alffi) di urutan kedua, posisi ketiga adalah Felix Fernandez -Ismail Arakian dengan jumlah suara 12.737 atau 12,57 persen.

Urutan keempat diperoleh pasangan Hironimus Semau Johny Odjan- H. Ludin Lega yang memperoleh 11.411 suara atau 11,26 persen. Urutan kelima pasangan independen Yeremias Bunganaen- Kristo Keban yang memperoleh 5.644 suara atau 5,57 persen dan di urutan buntut adalah pasangan Yosep Yulius Diaz-Markus Amalebe Tokan yang kebagian 4.899 suara atau 4,83 persen.

Kene Masan mengatakan, apapun hasil akhir yang diperoleh nanti, semua pihak harus menerima sebagai pilihan rakyat. "Kita harus menerima hasil yang ada. Karena proses ini tanpa rekayasa," katanya.

Sesuai perhitungan suara sementara, terdata sebanyak 32.322 pemilih (22 persen) yang tidak mencoblos alias golongan putih (golput). Angka partisipasi yang mencoblos 78 persen. 

"Kalau kita melihat angka partisipasi yang mencoblos 78 persen termasuk bagus. Tapi, kalau melihat angka secara kuantitas 32.322 pemilih yang tidak mencoblos maka cukup banyak. Namun yang tidak mencoblos bukan hanya karena tidak mau memilih namun sebagian karena mati, pindah alamat dan para siswa SMA yang tamat sekolah yang saat pemungutan suara berada di luar daerah," jelas Kene Masan. (iva)

Perhitungan Sementara KPUD Flotim.

Kecamatan Paket No 1 2 3 4 5 6 Wulanggitang 1.512 1.258 203 352 369 2.135
Ile Bura 267 671 73 152 137 1.761
Tite Hena 628 1.414 374 522 320 2.145
Demon Pagong 659 964 161 167 55 315
Larantuka 4.396 5.516 945 3.239 790 1.921
Ile Mandiri 802 1.459 288 371 221 1.383
Lewo Lema 909 1.531 306 282 240 591
Tanjung Bunga 1.110 1.596 323 432 252 1.634
Adonara Timur 782 4.030 643 2.360 622 2.483
Ile Boleng 135 2.938 320 444 418 2.288
Witihama 179 3.961 344 195 351 2.026
Klubagolit 153 1.877 359 1.185 206 1.515
Adonara 459 1.375 88 951 129 1.616
Adonara Tengah 96 363 49 74 723 1.716
Adonara Barat 249 1.015 139 276 349 3.224
Wotan Ulumado 126 367 58 200 132 2.595
Solor Barat 43 2.710 47 49 259 793
Solor Timur 232 2.511 174 160 103 951 

Pos Kupang, 4 Juni 2011 halaman 1

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best WordPress Themes