Mengenang Bung Karno di Ende

Bung Karno
POS KUPANG.COM -- Ende Rahim Pancasila. Demikian tema perayaan Hari Lahir Pancasila, 1 Juni 2011 di Kabupaten Ende. Wakil Bupati Ende, Drs. Achmad Mochdar pada saat memimpin upacara peringatan hari lahir Pancasila, mengatakan, tema itu sengaja diangkat karena Bung Karno merumuskan lima butir Pancasila melalui perenungan panjang di Ende.

"Tempat pelarian untuk menyendiri yang kugemari adalah di bawah pobon sukun yang menghadap laut. Aku duduk dan memandang pohon itu. Dan, aku melihat pekerjaan daripada Trimurti dalam Agama Hindu. Aku melihat Brahmana Yang Maha Pencipta dalam tunas yang berkecambah dalam kulit kayu keabu-abuan itu. Aku melihat wisnu yang maha pelindung dalam buah yang lonjong berwarna hijau. Aku melihat Shiwa Yang Maha Perusak dalam dahan-dahan mati yang gugur dari batangnya yang besar dan aku merasakan jejaringan-jaringan yang sudah tua dalam badanku menjadi rontok dan mati di dalam."




Itulah penggalan tulisan Bung Karno yang dikutip dari Buku "Bung Karno dan Pancasila Ilham dari Flores untuk Nusantara" yang disusun oleh Tim Nusa Indah.

Dalam buku yang dituliskan Cindy Adam 1969_300, Bung Karno mengatakan. "Di Pulau Bunga (Ende) jang sepi tidak berkawan telah menghabiskan waktu berdjam-jam lamanya merenung di bawah pohoh kaju. Ketika itulah datang ilham jang diturunkan oleh Tuhan mengenai dasar falsafah hidup jang sekarang dikenal dengan Pantjasila. Aku tidak mengatakan bahwa aku mentjiptakan Pancasila. Apa jang kukerjakan hanyalah menggali tradisi kami dijauh sampai ke dasarnya dan keluarlah dengan lima butir mutiara jang indah."

Maka tak diragukan lagi bahwa di bawah pohon sukun di Kota Ende itulah, Bung Karno menemukan Pancasila.
***
Jasad Bung Karno telah berkalang tanah. Namun, semangat dan cita-citanya untuk memerdekan bangsa Indonesia tak pernah hilang. Pancasila akan selalu hidup dalam sanubari bangsa Indonesia. 

Dalam perjuangannya melepaskan bangsa ini dari belenggu penjajahan, Bung Karno telah menemukan "batu pondasi" bangsa Indonesia di Ende. 

Dalam buku Sejarah Kota Ende yang ditulis oleh FX Soenaryo, pada tanggal 14 Januari 1934 Bung Karno bersama keluarganya menginjakkan kaki di Kota Ende. 
Bung Karno pada waktu itu didampingi oleh Ibu Inggit, istrinya, Ibu Amsi, mertua Bung Karno, Ratna Juami, anak angkat Bung Karno. Juga seorang guru yang bertugas mengajar anak angkatnya Ratna Juami, yaitu Pranoto. 
Pada waktu datang di Ende, Bung Karno menumpang di rumah seorang kenalan barunya, bernama H. Binti Saleh Banjar selama satu minggu. Ibu mertua Bung Karno, Ibu Amsi meninggal dunia di Ende pada tanggal 12 Oktober 1935 setelah lima belas hari sakit. 
Jenazahnya dimakamkan di Ende dan hingga sekarang makamnya masih terawat dengan baik.

Saat berada di Ende, Bung Karno memiliki 40 orang teman yang bersedia menjadi pemain tonil. Bung Karno sendiri sekaligus merangkap menjadi pelatih, sutradara dan manajernya. 

Salah seorang sahabat Bung Karno pada waktu itu, yaitu Pastor Geradus Henricus Huijtink, SVD. Kerja sama dan bantuan dari Pastor Geradus Henricus Huytink terhadap Bung Karno yang pernah diberikan antara lain tukar-menukar bahan bacaan, bertukar pikiran atau berdebat secara terus terang. 

Dalam hal ini kedua orang itu sangat cocok karena usianya sebaya. Bung Karno lahir tahun 1901, sedangkan Pastor Geradus lahir tahun 1902. Keduanya sama-sama kaum intelektual. Bung Karno bahkan menyewa sebuah gudang milik Paroki Ende untuk mementaskan tonil-tonil karyanya. Gudang yang disulap menjadi gedung pertunjukan tonil itu dikenal dengan sebutan Gedung Immaculata. Akibat dipentaskannya pertunjukan tonil-tonilnya, Bung Karno menjadi semakin dikenal bukan hanya oleh para pejabat, tetapi juga rakyat Kota Ende dan sekitarnya. 

Di samping itu hubungan Bung Karno dengan Pastor Geradus sangat akrab. Hal ini terbukti pada saat Bung Karno telah menjadi Presiden dan berkunjung ke Ende pada tahun 1950, ketika bertemu Pastor Geradus, Bung Karno berkata: "Ya, saya masih berhutang pada pater sepuluh gulden."

Selain dengan Pater Geradus, Bung Karno memiliki banyak sahabat dan banyak bergaul bukan hanya kalangan tokoh masyarakat saja, tetapi juga rakyat jelatadari berbagai daerah seperti Paupanda, Ambugaga, Kurere, Wolowona, Puurere, Mbongawani dan dari berbagai desa lainnya. 

Sahabat Bung Karno dapat disebutkan antara lain, Mohamad Saleh Banjar, Ibu H. Siti Nahani, Yusup Ibrahim, Ruslam Utu, Abubakar Demu, Benyamin Haji Daud, Ruslan Utu, Durham Utu, Djao Bara, Haji Abdula Ragho, Hamid Dhopi dan Haji Abdullah Ambuwaru. 

Haji Abdullah Ambuwaru merupakan sahabat Bung Karno yang sangat akrab, bukan saja karena Bung Karno tinggal di rumahnya, tetapi ia merupakan teman makan dan minum, duduk merenung, dan teman dalam suka dan duka. 

Bung Karno selain seorang orator dan arsitek, juga berjiwa seni. Hal ini dibuktikan pada waktu pembuangan di Ende, Bung Karno sempat membentuk sebuah perkumpulan seni yang diberi nama "Kelup Kelimutu". 
Dalam kelup ini mereka sering berlatih main sandiwara dan Bung Karno bertindak sebagai sutradara dibantu oleh Ibrahim Masyad sebagai wakilnya. Naskah sandiwara yang ditulis Bung Karno ada tujuh buah, masing-masing berjudul Rendo Rate Rua, Rahasia Gelimutu, Dokter Syaitan, Kut-Kutbi, Hero Dinamit, Djula Gubi, dan Maha Iblis/Anak Haram Djodoh. 

Anggota kelup ini tampak sangat kompak mulai dari mempersiapkan prasarana sampai sarana lainnya. Mereka bertugas sesuai dengan bidangnya. Ada yang menjahit pakaian, menata rambut, merias, membuat poster, dan sebagainya. Biaya diperoleh selain dari bantuan pihak tertentu, juga menggunakan uang gaji Bung Karno dari pemerintah penjajah Belanda. 

Sandiwara ini dipentaskan di sebuah gedung milik Paroki Ende yang dipinjamkan oleh Pater Geradus, yaitu Gedung Immaculata yang sampai saat ini bangunan ini masih ada. 

Itulah secuil kisah dan kenangan terhadap Bung Karno saat berada di Ende, menemukan pondasi dan falsafah bangsa di Ende dan yang sudah menjadi bagian dari sejarah Bangsa Indonesia. (romualdus pius)

Pos Kupang Senin 6 Juni 2011 halaman 1
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best WordPress Themes