Lang Sinus di tengah murid SD |
Seperti berjalan di tebing yang curam dengan menutup mata. Perumpamaan tersebut agaknya tepat disematkan pada sosok Liberius Lang Sinus.
PRIA lajang berusia 35 tahun asal Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT) itu dalam keterbatasannya nekat keliling Indonesia. Pria yang suka dipanggil Bung Sila ini hanya bermodal tekad yang kuat serta kecintaannya terhadap Indonesia. Ketika bertandang ke Tribun Manado, Selasa (17/4/2012), senyumnya mengembang dan seolah tak pernah lepas dari wajah lelahnya. Ya ia telah melewati 27 provinsi di Indonesia, itu bukanlah jarak tempuh yang pendek.
Pria yang tinggal di Maumere, Kabupaten Sikka NTT ini mengawali perjalanannya tanggal 1 Oktober 2011 dilepas oleh Bupati Ende Drs Don Bosco M Wangge didampingi Dandim 4602 Ende, Letkol Frans Thomas. Dari NTT ia bergerak barat ke Nusa Tenggara Barat, Bali, Jawa, Sumatera, Sabang, Batam, Bintan, Bangka, Belitung, Kalimantan, dan Sulawesi. Di Pulau Sulawesi ia meluncur dari Mamuju, Makassar, Buton, Malele, Posok, Palu, Gorontalo, Kotamobagu dan Manado. Sulawesi Utara merupakan provinsi ke-28 yang ia kunjungi.
Orang lain keliling Indonesia mungkin menyiapkan banyak bekal dan persiapan, namun tidak demikian dengan Lang Sinus. Dia hanya membawa baju empat buah, empat celana dan dua buah sepatu.Uang di kantong saat berangkat Rp 400 ribu. Untuk transportasi dia andalkan sepeda motor merek Honda Supra Fit X nomor polisi DH 2557ZA keluaran tahun 2008.
"Ini bukan touring semata, misi saya kampanye Pancasila Sakti, karena selama ini Pancasila telah dilupakan," ujarnya. Lang Sinus mengaku kecewa pelajaran tentang Pancasila tak mendalam diberikan pada anak-anak seperti pada masanya, bahkan ia menemui banyak anak yang tak hafal butir-butir Pancasila. Ia kemudian menunjukkan rekaman video seorang anak asal Kalimantan kelas 5 SD bahkan tak tahu apa itu Pancasila. Ia sudah keliling sebanyak 60 sekolah dasar (SD) dan bertemu sekitar dua ribu anak. "Saya masuk kelas dan mengenalkan anak-anak tentang Pancasila, tak hanya di kelas saat di luar kelas pun saya bertemu dengan sekelompok anak, saya berdiskusi tentang Pancasila," jelasnya.
Bila dibandingkan pendidikan Pancasila dulu dan sekarang, lebih baik dulu, karena setiap anak di angkatannya kelas 3 SD saja sudah hafal Pancasila. Ia khawatir Pancasila ke depan tak dikenal anak-anak padahal itu dasar negara dan dasar-dasar hidup yang menyatukan Indonesia. Lang Sinus menciptakan yel-yel khusus untukmenarik minat anak-anak.
Perjalanannya yang panjang menyimpan segudang cerita unik, uang Rp 400 ribu dulu sebagai modal awal berangkat bahkan kini tak berkurang. Saat berkunjung ke Tribun Manado ia mengaku uang Rp 400 ribu masih utuh di kantong. "Ternyata masih banyak orang baik di Indonesia, saya diberi makan, dibelikan bensin, diobati saat kecelakaan, dibantu, semua dilakukan orang yang tidak saya kenal," imbuhnya.
Ia mengaku heran rata-rata setiap berada di pompa bensin, ada saja orang yang membelikannya bensin. Demikian pula saat ia kehabisan uang, ia hanya memiliki uang Rp 1000, ia nekat masuk warung. "Saya bilang pada pemilik warung, ibu - bapak saya sedang keliling Indonesia, saya hanya memiliki uang Rp 1.000, bisakah saya membeli nasi dengan uang segini," katanya. Tak disangka pemilik warung langsung memberinya satu piring nasi, sayur plus lauk ayam, gratis, bahkan dibungkuskan satu untuk bekal perjalanan. Ia tak percaya ternyata masih banyak orang baik, pengalaman tersebut ia dapatkan di Palembang dan Medan.
Keyakinannya akan ungkapan hal-hal baik akan terjadi pada orang baik ternyata terbukti, sepanjang perjalanan Lang Sinus mendapatkan banyak pengalaman baik yang tak terkira. Berdasar catatan jurnalis di media online Kompas.com, Lang Sinus sebelum berkeliling Indonesia ia bahkan telah menjadi relawan kemanusiaan. Lang Sinus menjadi koordinator penggalangan dana bagi 720 warga dari 180 kepala keluarga transmigran di Unit Pelaksana Teknis Daerah Transmigrasi Uluwae, Kecamatan Bajawa Utara, Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur.
Berdasarkan berita tersebut, warga yang telah menderita kelaparan sejak Juni 2011 akhirnya bisa dibantu sekitar bulan September 2011. Lokasi transmigrasi tersebut saat itu tidak dapat ditanami karena gersang, kurang hujan, dan tidak ada aliran sungai. Lang Sinus menggalang dana dengan meminta bantuan ke seluruh rekan atau kerabat dengan mengirim pesan pendek agar menyumbangkan beras satu gelas dan terkumpul hingga diuangkan Rp 10,8 juta dan membantu warga desa tersebut.
Pengalaman kemanusiaan tersebut yeng memperkuat tekadnya untuk berkeliling Indonesia. Ia berusaha melakukan banyak hal baik di setiap daerah yang ia lewati. Perjalanan ini belum usai, ia masih harus melewati lima provinsi lagi hingga misi memperkuat pemahaman akan Pancasila selesai di 33 provinsi. Ia yakin mampu menyelesaikan misinya demi generasi mendatang.
***
Tapak kakinya seolah tak lelah menyusuri jalan-jalan yang asing baginya. Tekadnya kuat melewati hingar bingar kota hingga sepinya hutan. Libertus Lang Sinus (35), catatan kisah pria lajang asal Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT) keliling Indonesia mungkin tak seperti kisah Indiana Jones yang penuh ketegangan dan aksi dramatik. Namun keberanian Lang Sinus dengan keterbatasan berani melewati 28 provinsi patut diacungi jempol.
Misinya sosialisasikan Pancasila, khususnya pada anak-anak menggerakkan Lang Sinus untuk melewati 33 provinsi di Indonesia. Keprihatinannya akan ketidaktahuan anak-anak tentang Pancasila membuatnya jadi guru di manapun. Mulai dari ruang kelas-kelas hingga di pinggir jalan, setiap bertemu anak-anak ia akan mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang Pancasila.
Ia telah melewati hutan, tidur di hutan, musola, di sel penjara, tenggelam di sungai, kecelakaan berkali-kali, dan kesimpulannya di Indonesia banyak orang baik. Lang Sinus seolah merasakan berbagai mujizat. Misalnya ketika ia terdampar di hutan, dua hari tak makan dan minum air lumpur. Saat itu ketika sepeda motornya melewati sungai, ternyata sungai cukup dalam, sepeda motornya tenggelam.
"Saya bingung tak tahu harus bagaimana, saya menahan lapar dua hari, minum air lumpur, tapi kemudian Tuhan kirimkan saya bantuan," ujarnya. Seorang pria datang dengan sepeda motor di pedalaman Kalimantan Barat. Pria yang lupa ia tanya namanya membantu Lang Sinus untuk memperbaiki sepeda motornya.
Ia percaya kebaikan akan hadir selaras dengan niat dan ketulusan untuk berbuat baik. Menurutnya pria penolongnya tersebut memiliki keahlian mereparasi sepeda motor. Pria tersebut berniat menengok hewan peliharaannya yang ada di hutan dan tak biasanya ia membawa semua peralatan atau kunci untuk reparasi motor saat berangkat ke hutan. "Tak masuk akal, bagaimana bisa ada ahli reparasi motor ada di hutan, benar-benar besar kuasa Tuhan," kata Lang Sinus.
Kejadian-demi kejadian juga tak ia sangka, berkali-kali ia kecelakaan namun selamat, bahkan saat di Aceh ia mendapatkan bantuan yang tak terkira. Selama ini stigma umum mengatakan orang Aceh wataknya keras, tapi ia berani untuk mengatakan stigma tersebut salah. Saat itu ia mengendarai sepeda motornya lalu ada segerombolan domba tiba-tiba menyeberang jalan, Lang Sinus tak kuasa mengendalikan motornya ia pun terjatuh dan terseret beberapa meter di aspal jalan. "Penduduk sekitar menolong, mereka mengobati luka-luka saya dan memberi makan. Luar biasa mereka tak kenal saya dan memiliki keyakinan yang berbeda dengan saya namun bersedia untuk membantu, tulus, tanpa pamrih," katanya.
Perjalanan yang telah ia lewati membawa pada wawasan baru akan beragamnya budaya dan berbagai macam dinamika kehidupan masyarakat. Meski demikian ia menyadari pembangunan di Indonesia tidaklah merata, masih banyak infrastruktur yang timpang. Lang Sinus mencontohkan saat berkunjung ke SDN 02 Sungai Antu, Desa Sungai Antu, Kecamatan Puring Kencana, Kabupaten Putusibau, Provinsi Kalimantan Barat. "Sangat berbeda dengan sekolah-sekolah dasar di kota besar seperti di Jawa, Bali maupun Manado. Di sana sekolah dari papan kayu, lantai kayu dan fasilitas yang kurang memadai," jelasnya.
Bukan hanya pengalaman unik, ia juga mengalami peristiwa mistik ketika mengunjungi makam Bung Karno di Blitar, Jawa Tengah. Lang Sinus memang sangat mengagumi sosok Bung Karno hingga ia merasakan kedamaian saat kunjungi makam tersebut. Ketika berfoto di makam menggunakan kamera miliknya, dan difoto oleh juru kunci, di poster yang telah ia pigura, berisi gambar Garuda Pancasila beserta butir-butirnya, muncul sosok wajah Bung Karno.
Demikian halnya ketika mengunjungi di tempat tidur Bung Karno, ia berhasil merekam suara pidato yang diduga arwah Bung Karno melalui temannya. Pidato tersebut dari sisi intonasi dan pilihan kata sangat mirip dengan Bung Karno. Ia berhasil merekamnya dan ia ingat dengan isi rekaman atau pesan Bung Karno untuk bangsa Indonesia melalui rekaman tersebut.
"Maaf saya belum bisa publikasikan, saya belum selesai melewati 33 provinsi, bila nanti sudah selesai saya akan membuat buku, foto maupun rekaman pidato Bung Karno, sekaligus isi pidatonya untuk bangsa Indonesia akan saya publikasikan," ujarnya. Lang Sinus optimistis bisa merealisasikan harapannya. Dia targetkan pada 1 Oktober 2012, perjalanan melewati 33 provinsi akan selesai dan bisa dibuat buku. Ia yakin ada penerbit yang mau menerbitkan bukunya. "Saya juga akan menikah bersamaan dengan launching buku. Tentang siapa calonnya, saya yakin saya bisa menemukan," katanya sambil tersenyum. Matanya berseri, wajahnya yang menunjukkan guratan lelah seolah tertutup oleh asa untuk Indonesia yang lebih baik. Sungguh Lang Sinus seorang inspirator. (robertus rimawan)
Harian Tribun Manado, 18-19 April 2012 halaman 1