Manajemen Kebakaran di Manado

ilustrasi
SEDIKITNYA 14 peristiwa kebakaran telah terjadi di Kota Manado dan beberapa kota lainnya di Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) sejak bulan Januari 2012. Itu data yang sempat dipublikasikan media massa sehingga patut diyakini masih ada kejadian serupa yang luput dari pantauan. Dari 14 peristiwa kebakaran tersebut, sekitar 85persen terjadi di Kota Manado.

Bayangkan, dalam kurun waktu empat bulan terjadi belasan peristiwa kebakaran rumah tinggal, kios, bengkel serta tempat usaha lainnya. Bahkan dalam bulan April 2012 yang belum genap sepekan ini, sudah terjadi dua peristiwa kebakaran. Pada hari Selasa (3/4) kebakaran menimpa tiga rumah penduduk Desa Kawangkoan jaga II, Kecamatan Kalawat, Kabupaten Minahasa Utara dan satu rumah sekaligus bengkel sepeda motor milik Yunus Paramata (34) di Jalan Yos Sudarso lingkungan IV, Kelurahan Paal Dua Manado.

Meskipun sejauh ini tidak menimbulkan korban jiwa manusia, namun bencana kebakaran yang begitu kerap terjadi di Sulut tahun ini menimbulkan kerugian materi miliaran rupiah. Dampak lain yang tidak kalah mengerikan adalah trauma psikologis yang mendera para korban kebakaran. Harta berupa rumah atau tempat usaha yang mereka kumpulkan dengan susah payah selama bertahun-tahun ludes dalam sekejap disikat si jago merah. Hampir semua peristiwa kebakaran di manapun selalu menyisakan kegetiran di hati korban dan keluarganya.

Di antara banyak kota di Sulut data menunjukkan kebakaran justru paling dominan terjadi di Kota Manado. Tidak bermaksud menyalahkan siapa-apa, tapi kita melihat ada benang kusut di ibu kota Provinsi Sulut ini berkaitan dengan sistem manajemen penanggulangan bencana kebakaran. Bagaimana sesungguhnya standar manajemen kebakaran di kota ini yang dapat memberi kenyamanan bagi warganya? Mengapa peristiwa kebakaran tidak bisa diminimalisir? Mengapa dalam banyak bencana kebakaran di Manado, mobil pemadam kebakaran cenderung terlambat tiba di lokasi guna memadamkan api sehingga bisa menekan kerugian?

Adalah tugas pemerintah serta stakeholder terkait untuk melakukan analisis mendalam tentang urusan ini. Analisis diperlukan sebagai bahan dalam menetapkan agenda aksi yang konkret. Untuk kebutuhan jangka pendek kiranya perlu dievaluasi apakah jumlah mobil pemadam kebakaran serta personelnya sudah memadai untuk mengatasi bencana kebakaran di Kota Manado? Analisis kapasitas personelnya pun mutlak dilakukan untuk mengetahui kecakapan mereka dalam menanggulangi kebakaran. Toh warga Kota Manado membutuhkan petugas pemadam kebakaran yang bekerja profesional. Banyak orang menggantungkan harapan terhadap kesigapan petugas pemadam kebakaran memadamkan api.

Pengalaman menunjukkan, kita acapkali abai dan lalai terhadap bencana kebakaran. Kebakaran rumah atau fasilitas publik dipandang sebagai musibah biasa. Kita cenderung pasrah. Kebakaran adalah soal nasib buruk, mau bilang apa lagi? Kita hanya tercengang ketika peristiwa itu terjadi. Kita memberi simpati manakala jatuh korban. Seiring berlalunya waktu suatu musibah kebakaran hilang dari ingatan kolektif pemerintah dan masyarakat.

Jarang nian terdengar keseriusan untuk membangun sistem manajemen kebakaran yang permanen dengan sasaran jangka panjang. Manado mestinya terus berikhtiar menjadikan dirinya sebagai kota modern yang manusiawi. Salah satu ciri kota modern adalah kepastian bagi setiap warganya bahwa institusi kebakaran kota mampu melindungi mereka setiap saat dari bencana kebakaran. (*)


Tribun Manado, 5 April 2012 halaman 10
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best WordPress Themes