ilustrasi |
TIGA tahun lalu, nama Labuan Bajo, Ibukota Kabupaten Manggarai Barat (Mabar) menggema hingga ke mancanegara. Keberadaan binatang langka Komodo menjadi andalan utama promosi wisata yang gencar bergaung bersamaan dengan event bergengsi Sail Komodo yang puncaknya jatuh pada 14 September 2013.
Presiden RI, Soesilo Bambang Yudhoyono ketika itu hadir pada puncak kegiatan. Suatu pencapaian baru bagi NTT dan khususnya Labuan Bajo itu memberi kontribusi besar.
Tamu dari manca negara dan kapal-kapal perang beberapa negara tetangga berlabuh di Pantai Labuan Bajo saat itu.
Event itu telah berlalu, namun meninggalkan jejak dalam memberi kontribusi positif bagi Labuan Bajo sebagai kota pariwisata. Banyak pencapaian lain yang kini hadir memberi warna bagi kota di ujung barat Pulau Flores tersebut. Seperti hotel dan restoran yang makin menjamur, kegiatan wisata laut terutama diving dan snorkling yang semakin padat, aktivitas transportasi udara dan laut yang terus meningkat. Juga beberapa sektor lain yang ikut terangkat karena nama besar komodo yang dipromosi secara besar-besaran lewat paket kegiatan Sail Komodo 2013.
"Pasca Sail Komodo, hotel terus bertambah. Saat ini jumlah hotel yang representatif 65 hotel. Telah terjadi peningkatan investasi di sektor perhotelan dan restoran setelah Sail Komodo," kata Ketua Perhimpunan Hotel dan Restaurant Indonesia (PHRI) Manggarai Barat, Silvester Wanggel kepada Pos Kupang, Jumat (30/12/2016).
Untuk restoran, lanjut Silvester, hingga kini kurang lebih 32 restoran hadir di Labuan Bajo. Jumlah itu diyakni akan terus bertambah seiring ada peluang bertambahnya jumlah hotel. "Banyak hotel yang dibangun sekaligus dengan restorannya. Ada juga pengusaha yang hanya investasi di bidang restoran," ujar Silvester.
Hotel dan restoran tersebar di Labuan bajo dan pulau-pulau kecil di sekitarnya. Selain hotel dan restoran, aktivitas wisata di laut khususnya diving dan snorkling semakin padat. Kegiatan ini bisa digolongkan sebagai salah satu yang teramai di dunia. Tingginya minat diving dan snorkling di perairan Labuan Bajo karena didukung oleh keindahan wisata bahari dan banyaknya spot-spot di sejumlah pulau yang cocok untuk aktivitas tersebut.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Mabar, Theo Suardi membenarkan itu saat ditemui Pos Kupang, Jumat (30/12/2016).
"Kalau dilihat dari aktivitas wisata, yang paling ramai diving dan snorkling. Khusus hasil retribusi kegiatan itu Rp 100 juta dalam setahun, itu belum termasuk pajak. Hasil pajak jauh lebih banyak dari angka tersebut," kata Theo.
Sementara itu, aktivitas penerbangan di Bandar Udara (Bandara) Komodo Labuan Bajo pasca Sail Komodo juga semakin bertambah frekwensinya. Bahkan, penerbangan langsung Labuan Bajo-Jakarta sudah berjalan, yakni maskapai penerbangan Garuda Indonesia. Sebelumnya tidak ada pesawat yang inap di Labuan Bajo, kini Pesawat Garuda sudah inap di Labuan Bajo. "Dengan adanya pesawat yang menginap di Labuan Bajo, waktu keberangkatan makin cepat, yaitu pada pukul 07.20 Wita ke Denpasar," kata Kepala Bandara Komodo, Djarot Subianto.
Ia menjelaskan, saat ini ada 12 pesawat terbang yang melayani Bandara Komodo, Labuan Bajo, yakni Maskapai Wings Air, Kalstar, Nam Air dan Garuda Indonesia.
Selain ke Jakarta, pesawat dari Bandara Komodo juga melayani penumpang Labuan Bajo tujuan Denpasar, Ende, Kupang pergi pulang. Ada juga pesawat perintis yang melayani penumpang rute penerbangan Labuan Bajo - Waingapu di Sumba Timur. Selain itu, ada yang ke Bima dan Sulawesi Selatan.
Demikian juga transportasi laut, yakni kapal penumpang milik PT Pelni, kapal penumpang swasta, kapal kontainer, kapal roro, kapal feri dan kapal-kapal perintis.
Kapal roro dan kapal kontainer melayani rute langsung Surabaya-Labuan Bajo. Hal ini memudahkan pengiriman barang milik pengusaha yang didatangkan dari Surabaya untuk dipasarkan di Flores.
Kapal penumpang menghubungkan Labuan Bajo dengan sebagian besar wilayah di Indonesia. Baik ke Pulau Jawa maupun pulau-pulau di wilayah Indonesia Timur. Seperti Sulawesi Utara, Papua, Kalimantan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, dan ke beberapa daerah di NTT.
Sedangkan kapal feri, melayani rute penyeberangan Labuan Bajo-Sape pergi pulang, dalam sehari dua kali penyeberangan. Kapal feri lainnya melayani Sulawesi Selatan dan Pulau Sumba. "Padatnya transportasi laut, sudah didukung oleh pelabuhan yang luas. Itu karena pekerjaan pelebaran dan perpanjangan pelabuhan sudah selesai. Saat ini ada rencana untuk perluasan terminal penumpang, tetapi masih tunggu kepastian dari pemerintah pusat," kata Kepala Syahbandar Labuan Bajo, Usman Husin.
Pertumbuhan tempat hiburan malam (THM) juga terus meningkat di kota kecil itu. Bersamaan dengan itu, banyak persoalan baru muncul di kota pariwisata tersebut. Misalnya, perkara kepemilikan lahan. Persoalan lahan salah satunya karena harga tanah yang meroket, bermain diangka miliaran rupiah. Hal itu disebabkan banyaknya investor yang membutuhkan lahan luas dengan membanting harga tinggi demi membuka usahanya. Muncul juga masalah peredaran narkoba, HIV/AIDS, pencurian, dan sejumlah masalah lainnya yang membutuhkan kecepatan penanganan dan langkah antisipatif. (servantinus mammilianus)
Sumber: Pos Kupang 3 Januari 2017 hal 1