Tangkap

LANGKAH cepat ditempuh Wakil Gubernur (Wagub) NTT, Ir. Esthon L Foenay, KONI NTT dan teman-teman dari Bidang Olahraga Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga (PPO) Propinsi NTT. Tidak sampai sepekan setelah kunjungan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono selama empat hari ke NTT, 8-11 Februari 2011, NTT telah mendapat kabar pasti tentang pembangunan sarana olahraga yang memadai.

Tuan dan puan kiranya telah mengetahui informasi itu melalui warta media massa. Tanggal 16 Februari 2011, Wagub NTT, Ir. Esthon L Foenay, Sekretaris Umum KONI NTT, George Hadjoh, dan Kepala Bidang (Kabid) Olahraga pada Dinas PPO NTT, Drs. Ary Moelyadi, M.Pd, bertemu Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora), Andi Mallarangeng, di Jakarta. Mereka bersua Menpora tentu tidak dengan tangan kosong alias sekadar omong-omong saja. Mereka membawa serta proposal rencana pembangunan GOR lengkap dengan maket, perincian biaya yang dibutuhkan serta mengapa harus bangun GOR?



Kepada Wagub Esthon Foenay, Menpora memastikan bantuan dana Rp 10 miliar untuk pembangunan Gelanggang Remaja di kompleks Stadion Oepoi Kupang yang peletakan batu pertama telah dilakukan Menpora pada peringatan Hari Pers Nasional 9 Februari 2011. Kementerian Pemuda dan Olahraga juga akan membangun Gelanggang Olahraga (GOR) di Pulau Sumba dan Flores. Kepastian dari Menpora merupakan kabar gembira di tengah minimnya sarana dan prasarana olahraga yang memadai di beranda Flobamora.

Respons cepat serupa itu kiranya mengacu pada pemikiran sederhana. Mumpung kunjungan Presiden Yudhoyono ke NTT masih panas dan segar dalam ingatan sehingga harus segera ditangkap. Segera dikunci lewat eksekusi keputusan konkret. Jika kita lengah atau menunda-nunda, maka bukan mustahil Jakarta akan lupa dan janji pemerintah pusat sekadar manis di bibir saja. Sekadar menghibur pemerintah dan rakyat Flobamora yang menyambut kunjungan presiden dengan antusias. Janji manis itu akan hilang bersama sang waktu.

Kepergian Wagub ke Jakarta menemui Menpora guna memastikan dana pembangunan GOR berlangsung hanya sehari setelah Gubernur NTT, Drs. Frans Lebu Raya, memimpin rapat dengan seluruh pimpinan SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) di lingkup pemerintah propinsi pada Hari Kasih Sayang, 14 Februari 2011. Pesan gubernur dalam rapat itu tegas dan jelas. Setiap pemimpin SKPD agar segera menindaklanjuti janji pemerintah pusat menggelontorkan dana Rp 5,3 triliun untuk program percepatan pembangunan di NTT dengan kementerian terkait. Misalnya Kepala Dinas Pertanian harus segera mengajukan proposal rencana pembangunan kepada Menteri Kehutanan. Kepala Dinas PPO kepada Menteri Pendidikan Nasional, Kepala Dinas Sosial kepada Menteri Sosial dan seterusnya.

Gubenur dan Wakil Gubernur NTT memberi contoh bagaimana bekerja cepat, cerdas dan tuntas. Contoh tersebut mudah-mudahan memberi inspirasi sekaligus melecut semangat para pimpinan SKPD agar dapat bertindak serupa. Ketahuilah masyarakat Nusa Tenggara Timur hari-hari ini sedang menunggu hasil kerja para pejabat daerah ini dalam merepons kunjungan kerja presiden bersama 'satu peleton' menteri Kabinet Indonesia Bersatu 8-11 Februari 2011. Akan segera ketahuan siapa yang bergerak cepat dan kerja cerdas, siapa yang tergopoh-gopoh, siapa yang gagap dan telmi, siapa yang bingung karena tidak tahu harus berbuat apa dan siapa yang cuek bebek alias masa bodoh. Sebanyak 4,7 juta rakyat NTT menunggu reaksi cepat para manajer pemerintahan. Beta percaya mereka sekarang sedang 'tikam kepala' alias bekerja keras untuk mewujudkan itu.

Pasti tidak semudah membalik telapak tangan. Dalam proposal yang diajukan kepada pemerintah pusat mesti jelas peruntukkan dana Rp 5,3 triliun demi percepatan pembangunan di Propinsi NTT. Targetnya apa saja, berapa lama dicapai, kira-kira berapa tenaga kerja lokal NTT yang bisa diserap, misalnya dalam membangun sentra industri garam, pembibitan sapi dan lainnya. Idealnya paper tentang program percepatan pembangunan NTT yang menurut gubernur akan dipayungi Keputusan Presiden RI (Keppres) itu segera terbit dan diumumkan kepada publik. Lembaga perencana pembangunan di ini propinsi mesti tertantang untuk merealisasikan hal tersebut. Lebih cepat lebih baik!

Terkait Keppres Percepatan Pembangunan di NTT, beta bayangkan kaum cerdik pandai dari Undana, Unwira, UKAW, Universitas Muhammadiyah, Universitas Flores dan perguruan tinggi lainnya serta komunitas para cendekia semisal FAN (Forum Academia NTT) tidak tinggal diam. Indah nian bila spirit percepatan pembangunan NTT lewat perlakukan khusus pemerintah pusat menjadi bahan penelitian atau kajian ilmiah dengan rekomendasi yang konkret bagi pemerintah dan seluruh pemangku kepentingan di daerah ini.

Artinya, semua pihak mesti bergerak bersama-sama. Saling menopang. Tidak hanya berpangku tangan dan menyuburkan apriori. Tidak hanya mengeritik atau berteriak dari pinggiran jalan. Beri solusi. Beri alternatif jalan keluar bagi NTT yang tidak sepantasnya miskin ini. Para akademisi NTT hendaknya tidak sekadar bermental tukang. Mereka mesti bekerja dengan spirit kaum cerdik pandai yang menempatkan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi atau sekadar urusan perut.

Terakhir tapi sangat penting adalah kontrol. Menurut beta, koalisasi media, masyarakat sipil dan parlemen mutlak mengontrol pelaksanaannya agar tidak menyimpang dan hanya melahirkan orang kaya baru di NTT melalui cara-cara yang haram. Sudah terbukti, dana pembangunan NTT yang tidak seberapa sejak dulu masih saja terjerumus perkara salah urus. Salam NTT Bisa! (dionbata@yahoo.com)

Pos Kupang, Senin 21 Februari 2011 halaman 1
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best WordPress Themes