Pada hari H Pilkada tanggal 27 Juni 2018 NTT akan menggelar pemilihan gubernur dan wakil gubernur serta pemilihan bupati-wakil bupati di 10 kabupaten.
Menyongsong pesta demokrasi lima tahunan tersebut, Golkar sebagai partai besar di NTT rupanya bergerak lebih gesit dibandingkan partai lainnya. Masalah internal mereka pascapenahanan Ketua Umum Golkar, Setya Novanto oleh KPK tidak menghalangi Golkar dalam menentukan paslon lebih awal.
Sebagaimana diungkapkan Ketua DPD Partai Golkar NTT, Melki Laka Lena, DPP Partai Golkar telah mengeluarkan rekomendasi untuk pasangan calon bupati dan wakil bupati pada delapan kabupaten di Provinsi NTT.
Melki menyebutkan paslon yang sudah diputuskan, yakni Kabupaten Ende, Marselinus YW Petu-Djafar Achmad, Manggarai Timur, Fransiskus Sarong - Nahas Yohanes, Sikka, Ansar Rera- Rafael Raga, Nagekeo, Elias Djo - Servas Podhi, Sumba Tengah, Umbu Dondu - Samuel Pekulimu, Sumba Barat Daya, Markus Dairo Talu- Gerson Tanggu Dendo, Alor Immanuel Blegur -Taufik Nampira dan Kabupaten Kupang, Korinus Masneno - Jeri Manafe.
DPP Golkar hanya belum memutuskan paslon untuk Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), Rote Ndao dan paslon yang bertarung dalam Pilgub NTT. Langkah ini jelas lebih berani dan cepat dibandingkan pesaing terkuatnya PDIP yang sejauh ini baru memutuskan paslon untuk tiga kabupaten.
Menurut Ketua DPP PDIP, Andreas Hugo Pareira, DPP PDIP baru memberikan rekomendasi kepada pasangan Ir. Marselinus Y.W Petu- Drs. H. Djafar H Achmad,MM untuk Kabupaten Ende, Nelson Obed Matara, SIP, M Hum- Bernard Paulus Thomas Wellem Bait untuk Kabupaten Kupang dan dr. Kornelius Kodi Mete- Marten Christian Taka S.Ip untuk Kabupaten Sumba Barat Daya sebagai calon bupati (cabup) dan calon wakil bupati (cawabup).
Tanpa bermaksud mengecilkan calon dari partai lain, pertarungan sengit bakal terjadi antara Golkar dan PDIP. Keduanya sama-sama mengejar target menang sebanyak mungkin di bumi Flobamora. Golkar dan PDIP memang musuh bebuyutan sejak dulu. Sisi menariknya Golkar dan PDIP juga berkoalisi. Sebut misalnya di Kabupaten Ende.
Kedua partai mengusung pasangan petahana Marsel Petu-Djafar Achmad. Mudah ditebak maksudnya, Golkar dan PDIP tidak mau kehilangan muka. Mereka harus bisa mendapat tempat dalam panggung kekuasaan lima tahun ke depan. Dalam politik yang abadi hanyalah kepentingan.
Di balik dinamika pilkada yang cenderung memanas itu harapan kita tetaplah sama. Partai perlu memilih paslon yang berkualitas. Jangan asal usung karena desakan kekuatan uang atau transaksi politik lainnya. *
Sumber: Pos Kupang 29 November 2017 hal 4