PADANG gurun Atacama yang sunyi mendadak gemerlap. Dusun Copiapo sontak menjadi pusat perhatian dunia. Sekitar 5.000 orang, termasuk 2.000-an jurnalis dari berbagai negeri menyerbu Copiapo. Mereka melaporkan kisah kemanusiaan paling heroik abad ini dengan bintang utama bernama Sebastian Pinera!
Chile menginspirasi dunia! Begitu judul besar dalam buku sejarah umat manusia yang ditulis dengan tintas emas pada 13 Oktober 2010. Inspirasi itu niscaya akan bertahan lama. Menjadi sumber referensi bagi spirit pro kehidupan. Bahwa nyawa manusia sungguh tak ternilai harganya. Tidak bisa ditakar atau ditukar dengan uang, kekuasaan atau ukuran apapun yang dikenal manusia.
Melalui layar televisi, koran, majalah atau media online, tuan dan puan kiranya telah menjadi saksi mata aksi penyelamatan 33 petambang Chile yang terjebak selama 69 hari pada kedalaman 700 meter di perut bumi tanggal 12-13 Oktober 2010 lalu. Atensi dunia pada operasi penyelamatan itu tidak kalah dengan perhatian manusia saat menyaksikan pernikahan Lady Diana-Pangeran Charles 1982, pemakaman Diana tahun 1997 dan pemakaman Paus Yohanes Paulus II tahun 2005.
Ketika Luis Urzua, petambang terakhir muncul di permukaan bumi, Rabu (13/10/2010), hampir satu miliar warga dunia larut dalam kebahagiaan tiada tara. Proses penarikan 33 petambang Chile satu per satu dari ruang pengap di kedalaman 700 meter rampung dalam waktu 22 jam lebih.
Presiden Chile, Sebastian Pinera dan istrinya Cecilia Morel Montes menyeka air mata haru pada momen mendebarkan itu. Urzua adalah orang pertama yang bicara dengan Pinera setelah 17 hari ke-33 petambang "terkubur" pada 5 Agustus 2010. Ia adalah pemimpin bagi 32 petambang lainnya yang memiliki ketangguhan fisik dan mental luar biasa karena mampu bertahan di ruang pengap selama dua bulan lebih. Hasil tes kesehatan menunjukkan mereka baik adanya. Luar biasa!
Pada tanggal 23 Agustus 2010, setelah bisa berkomunikasi pertama kali lewat terowongan kecil, Urzua memohon kepada Pinera, "Jangan tinggalkan kami." Presiden Pinera berjanji menyelamatkan Urzua dan rekan-rekannya. Ketika para teknisi dan pejabat Chile bahkan masyarakat dunia ragu akan sukses aksi penyelamatan yang pelik itu, Pinera berkata, "Kita akan melakukan penyelamatan sejauh yang bisa dilakukan manusia."
Pinera memenuhi janjinya. Dia mengerahkan seluruh daya dan upaya untuk menyelamatkan nyawa 33 rakyatnya. Untuk operasi yang rumit dan mendebarkan itu pemerintah Chile menghabiskan dana sekitar Rp 19 miliar. Semangat Pinera melahirkan sinergi tidak saja dari Chile, tetapi dari banyak negara termasuk Amerika Serikat lewat kecanggihan teknologi NASA. Operasi itu melibatkan peran ahli pertambangan, ahli gizi dan psikologi. "Saya bangga kepada Anda yang telah menunjukkan rasa persahabatan dengan menyelamatkan kami. Anda pemimpin yang baik dan hebat," kata Urzua kepada Presiden Pinera.
"Anda layak mendapatkannya," ujar Pinera kepada Urzua. Tepuk tangan pun membahana di antara ribuan orang yang berkerumun di Copiapo, 13 Oktober 2010.
Untuk komitmen serta kerja kerasnya menyelamatkan nyawa 33 petambang, Pinera dikagumi pemimpin dunia. Mereka mengungkapkan rasa haru dan elegi kepada Chile yang melakukan misi kemanusiaan dengan baik. Presiden Amerika, Barack Obama melukiskan keberhasilan penyelamatan 33 petambang itu menginspirasi dunia. "Upaya penyelamatan itu tidak saja merupakan hasil dari determinasi para petugas penyelamat dan Pemerintah Chile, tetapi mengukuhkan kesatuan dan cara penyelesaian yang ditunjukkan rakyat Chile yang memberi inspirasi kepada dunia," kata Obama.
"Penyelamatan 33 petambang adalah kemenangan semangat kemanusiaan," kata Menteri Luar Negeri Australia, Kevin Rudd. Presiden Perancis, Nicolas Sarkozy, Presiden Brasil, Luiz Inacio Lula da Silva, dan Pemimpin Tertinggi Gereja Katolik, Paus Benediktus XVI mengucapkan ucapan selamat kepada Pinera, pengusaha kaya yang terpilih jadi presiden Maret 2010.
Chile menginspirasi dunia! Sukses Sebastian Pinera (60) memicu diskusi hangat tentang kepedulian para pemimpin. Tak sedikit yang merasa malu. Ada yang membandingkan Pinera dengan mantan Presiden AS, George W Bush yang gagal total membangun New Orleans saat diterjang badai Katrina tahun 2005. Presiden AS yang doyan perang itu dipermalukan dengan ketidakmampuannya menyelamatkan para korban badai Katrina, yang pada umumnya warga kulit hitam, sementara orang kulit putih menginap nyaman di hotel-hotel.
Pinera bahkan mempermalukan idolanya sendiri, Obama, yang reputasinya tercemar ceceran minyak di Teluk Mesiko akibat bocornya ladang minyak British Petroleum. Sampai kini Obama belum mampu menyelamatkan kerusakan lingkungan.
Ada juga yang membandingkan Pinera dengan Presiden Pakistan, Asif Ali Zardari yang tetap berkunjung ke Perancis dan Inggris saat jutaan warganya menjadi korban banjir terbesar sepanjang sejarah di negara itu bulan Agustus lalu. Sedikitnya 1.500 warga Pakistan tewas ditelan banjir bandang.
Bagaimana kalau Sebastian Pinera dibandingkan dengan para pemimpin di negeri tercinta Indonesia? Ah, kalau soal ini beta tidak perlu berkicau. Toh tuan dan puan sudah tahu. Bercicit lagi merupakan pekerjaan sia-sia. Tuan pasti sanggup dan mampu menjelaskan lebih baik.
Pinera menginspirasi dunia! Dari gurun Atacama yang sepi, dari lubang tambang Copiapo kini kita menjadi lebih paham, siapa pemimpin sejati, siapa pemimpin yang lebih ingat diri. Terima kasih Chile! Setelah 29 petambang Timor meregang nyawa di lubang mangan sejak medio 2009, adakah spirit kepemimpinan seperti Sebastian Pinera? Beta tak sanggup menjawab... (dionbata@yahoo.com)
Pos Kupang edisi Senin, 18 Oktober 2010 halaman 1