HPN

"DATANGLAH ke kampung kami. Anda akan menghirup wangi cendana. Melihat biawak komodo, indahnya Danau Tri Warna Kelimutu dan menikmati syahdunya musik sasando. Datang dan lihatlah daerah kami. Tanpa Nusa Tenggara Timur (NTT), tak ada Indonesia!"

Kata-kata pembuka dari Pemimpin Redaksi Harian Kompas, Rikard Bagun disambut aplaus panjang para tokoh pers nasional yang memenuhi Ballroom Hotel Atlet Century Park, Senayan-Jakarta, Selasa malam 28 September 2010. Malam itu Pengurus Pusat Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) menggelar acara halal bi halal dengan tema Silaturahmi Masyarakat Pers. Selain bersilaturahim agenda yang dibahas yaitu persiapan penyelenggaraan Hari Pers Nasional (HPN) tahun 2011 di Kupang, Ibukota Propinsi Nusa Tenggara Timur.

Acara yang jauh dari kesan formal tersebut dihadiri para sesepuh dan tokoh pers nasional antara lain, Ibu Herawati Diah (93), Ibu M Sosroyudo, Ibu Astrid B Soerjo Adinegoro, Direktur Grup Tempo, Bambang Harymurti, Ketua Dewan Kehormatan PWI Pusat, Tarman Azzam, Sabam Siagian, Djafar Husin Assegaff, Atmakusumah Astraatmadja dan lainnya.




Sebagai Pemimpin Redaksi Kompas serta jurnalis senior kelahiran NTT, Rikard Bagun diminta memberikan pandangan, usul dan saran tentang penyelenggaraan HPN di Kupang, 9 Februari 2011. Putera NTT yang juga didaulat bicara malam itu adalah Pemimpin Redaksi Investor Daily, Primus Dorimulu.

"Saya sebagai orang NTT jelas bangga HPN 2011 akan berlangsung di Kupang. Bae sonde bae, tanah Timor lebe bae. Ini syair lagu Bolelebo yang tentunya sudah kita kenal sejak kecil. Ya, baik tidak baik, tanah Timor lebih baik. Lebih baik sebagai tuan rumah HPN 2011," kata Rikard Bagun yang kembali disambut aplaus.
Setelah menyampaikan hal-hal ringan soal beranda Flobamora, Rikard memaparkan tentang posisi strategis NTT yang berbatasan langsung dengan dua negara (Timor Leste dan Australia), potensi ekonomi serta etos kerja masyarakatnya. 

Propinsi NTT, kata Rikard Bagun, sudah saatnya berani mengambil kesempatan menyelenggarakan event berskala nasional dan internasional. "Saya ajak para sesepuh dan tokoh pers nasional, datanglah ke Kupang pada puncak acara HPN 2011. Bapak/Ibu akan melihat sendiri, NTT mungkin tidak seburuk apa yang dibayangkan selama ini," katanya.


Optimisme tentang NTT juga disampaikan Primus Dorimulu serta tokoh pers nasional yang bicara malam itu, antara lain Herawati Diah (pendiri Harian Indonesian Observer, 1955), Djafar Husin Assegaff (Metro TV dan Media Indonesia), Sidkhi Wahab (Ketua Persatuan Radio Siaran Swasta Nasional Indonesia), Tarman Azzam, M Ridho E`isy (anggota Dewan Pers dan Ketua Harian SPS), Sabam M Siagian (wartawan senior, mantan Dubes RI untuk Australia) dan Margiono (Ketua Umum PWI Pusat dan Direktur Jawa Pos Group).

Tentang posisi strategis NTT kembali ditekankan Sabam Siagian. Dia melukiskan NTT sebagai beranda selatan NKRI, tetapi beranda yang agak terlupakan. HPN tahun 2011 kiranya membuka 'mata Indonesia' untuk melihat NTT. "Saya minta saat HPN di Kupang undang khusus ikatan jurnalis Timor Leste," kata Sabam yang malam itu membuka rahasia. Ketika masih menjabat Pemimpin Redaksi Sinar Harapan dulu, Sabam Siagian menerima Ramos Horta (kini Presiden Timor Leste) sebagai wartawan harian itu. "Anda tahu berapa gaji Ramos Horta waktu itu? Lima ribu rupiah," kata Sabam Siagian.

Dalam usia 93 tahun, Herawati Diah, tokoh pers perempuan yang masih jelas nada bicaranya, membeberkan kenangan spesial tentang NTT di bidang jurnalistik."Pers memiliki peran penting untuk menyuarakan kepentingan publik. Selama ini ada kesan pers banyak memberitakan persoalan di kota-kota besar saja, padahal masyarakat di NTT layak diperhatikan. Saya sangat setuju HPN 2011 di NTT karena daerah itu sejak dulu telah banyak melahirkan wartawan tangguh," kata Herawati yang bersama suaminya BM Diah juga mendirikan harian Merdeka.

Djafar Husin Assegaff malah pernah menjadi warga Kota Kupang. "Saya masih ingat dengan baik daerah Bakunase, Kuanino dan Tingkat I, tempat kantor gubernur dulu. Saya mau ke Kupang untuk mengulang kenangan lama. Tentu sekarang sudah banyak berubah," ujar mantan Dubes RI untuk Vietnam ini.

Kupang telah berubah (lebih baik), begitulah yang beta dan rekan dari PWI Cabang NTT, Bernardus Tokan sampaikan di hadapan para tokoh pers nasional pada malam silaturahmi di Hotel Century 28 September lalu. Pertanyaan-pertanyaan mereka yang belum pernah ke Kupang simpel tapi bermakna. Bagaimana hotel di Kota Kupang. Mampukah menampung sekitar 700 tamu 34 propinsi di tanah air saat HPN 2011? Bagaimana transportasi udara menuju Kupang? Apa saja obyek wisata yang bisa mereka nikmati di Kota Kupang dan sekitarnya saat hadir pada acara HPN antara tanggal 6-10 Februari 2011 mendatang? 


Pesimisme tentang ketersediaan hotel dan jadwal penerbangan yang pasti sudah terjawab sendiri saat dua anggota panitia HPN Pusat melakukan survai di Kupang awal Juni 2010 silam. Mereka menunjuk jempol. Penilaian "kurang" tentang NTT luruh. Kupang su berubah. NTT tak seburuk bayangan. Itulah sebabnya Jakarta percayakan NTT sebagai tuan rumah HPN, pertama dalam sejarah pers nasional.

"Dengan segala kekuatan dan keterbatasan, kita siap menjadi tuan rumah yang baik." Begitu respons cepat duet FREN (Gubernur NTT, Drs. Frans Lebu Raya dan Wakil Gubernur NTT, Ir. Esthon L Foenay, M.Si) saat kami menyampaikan keputusan Jakarta menunjuk NTT menjadi penyelenggara HPN 2011 bulan Mei lalu. "Ini kehormataan bagi Nusa Tenggara Timur. DPRD NTT mendukung sepenuhnya," kata Ketua DPRD Propinsi NTT, Drs. Ibrahim A Medah. Kompak. Seia sekata. Terima kasih para pemimpin Flobamora!

Gubernur NTT telah menerbitkan Surat Keputusan (SK) tentang Panitia Daerah HPN 2011 dengan Sekda NTT, Drs. Frans Salem selaku penanggung jawab, Ketua Panitia, Ir. Andre W Koreh dan Sekretaris Panitia, Ary Moelyadi. Para sesepuh, tokoh pers, pemimpin media massa dan seluruh unsur masyarakat pers di NTT terlibat dalam kepanitiaan tersebut. 

"Tidak mudah menyelenggarakan event nasional. Tapi dalam kebersamaan kita pasti bisa," kata Drs. Frans Salem dalam rapat awal panitia, 7 Oktober 2010. "Saatnya kerja. Kita persiapkan segala sesuatunya dengan baik," kata Andre Koreh. Ya, saatnya bekerja meskipun waktu persiapan tak begitu lama lagi. HPN 2011: memandang Indonesia dari beranda Flobamora. Mengapa tidak? Tanpa NTT, tak ada Indonesia! (dionbata@yahoo.com)

Pos Kupang Senin, 11 Oktober 2010 halaman 1
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best WordPress Themes