Festival Budaya Bantik 2012 di Malalayang-Manado |
SEKILAS perjuangan Bote, panggilan akrab Robert Wolter Monginsidi dibacakan dan hening pun menyapu seisi lapangan Bantik Malalayang Manado, Rabu (5/9/2012).
Hari itu berlangsung penyelenggaraan Festival Seni Budaya Bantik 2012 dan peringatan gugurnya pahlawan nasional asal Bantik, Robert Wolter Monginsidi.
"Persetan dengan grasi," ucap Bote kepada jaksa penuntut. Jaksa pun berkata, "Ini baru pemuda sejati" demikian bunyi narasi yang dibacakan Grace Monginsidi, anak dari kakak tertua Bote. Menyusul narasi itu, sebuah narasi lain yang mengisahkan pesan terakhir Bote sebelum dieksekusi.
"Sebelum kematian saya berpesan, yang pertama adalah setia hingga akhir dalam keyakinan, kedua, saya ingin dikubur di Polombangkeng karena banyak kawan yang gugur di sana dan sampaikan salam saya kepada papa, saudara-saudara saya di Malalayang serta teman-teman seperjuangan. Saya jalani hukuman tembak mati ini dengan tenang, tidak ada rasa takut dan gentar demi kemerdekaan bangsa Indonesia tercinta," ujar Grace lagi.
Festival Budaya Bantik 2012 di Malalayang |
Hening kian menjadi-jadi. Pemuda-pemudi Bantik yang duduk dan berdiri di sekeliling lapangan pun tertegun mendengarnya. Tidak ada canda maupun gurau mendengar narasi sejarah. Sebaliknya mereka memekikkan kata merdeka seusai narasi dibacakan.
Narasi belum hilang, Roy Marten yang hari itu jadi tamu kehormatan pun muncul di atas panggung. Aktor senior ini mengaku kagum dengan sosok Bote. Sampai- sampai, ia mau membintangi kembali film Tapak-tapak kaki Wolter Mongisidi yang akan produksi ulang.
"Saya sangat kagum dengannya, ia mati muda dan keyakinannya teguh pada Tuhan dan negaranya," kata Roy Marten.
Wali Kota Manado, Vicky Lumentut dalam sambutannya sangat mengapresiasi hajatan ini. Dibanding tahun lalu, festival kali ini lebih meriah.
Wali Kota dan Wakil Wali Kota Manado berbaur dengan warga |
Selain pembacaan narasi dan sambutan, para penonton pun dihibur berbagai tarian seni budaya Bantik yaitu Mahamba dan Usapa. Yang unik adalah Usapa tarian mirip Kabasaran yang biasa dimainkan pria, kali ini dimainkan wanita.
Keempat wanita dari bengkol ini beraksi layaknya mau perang. Pemimpinnya pegang tombak, sedang para prajurit pegang golok dan penangkis. Seperti dalam laga, mereka bertarung satu dengan yang lain.
Tuti Wariki mengatakan para wanita ini dilatih seminggu dan baru turun pertama kali. "Mereka baru dilatih," tuturnya. Dalam latihan, dilakukan ritual hingga saat beraksi raga kasar para wanita ini ditempati roh para leluhur. Selain pejuang wanita, tarian pun menampilkan anak-anak. Meski menggunakan pedang dari kayu, para bocah berlaku seperti orang dewasa yang berusapa.
Golok digosokkan ke leher, kaki bahkan lidah. Ari, pelatihnya menyatakan, tanpa pedang betulan, mereka hanya menggunakan nyali. "Jika orang dewasa, pakai pedang betulan mereka mengiris leher, tangan hingga lidah, tentu itu didahului ritual," katanya. Ngeri dilihat memang, tapi aksi ini punya makna yaitu semangat juang dari suku Bantik untuk membela NKRI.
Ketua Panitia Pelaksana, Merry Sidharta menyatakan, kegiatan itu digelar selama tiga hari dengan mempertandingkan berbagai lomba. "Ada lomba Mahamba antar SD se-Kota Manado, Upasa antar 11 kampung Bantik, Mahamba Bantik dewasa serta untuk pertama kalinya digelar ajang Yudo dan Yuyu 2012," tuturnya.
Harapannya, adanya kegiatan ini dapat meningkatkan penghayatan generasi muda terhadap sosok pahlawan asal Bantik, Robert Wolter Monginsidi. "Semoga sosok Wolter Monginsidi dapat menginspirasi generasi muda Bantik untuk memberi yang terbaik bagi bangsa," tuturnya.
Usai acara digelar tarian Mahamba secara massal. Wali Kota Manado, Vicky Lumentut, Wakil Wali Kota Harley Mangindaan, Dandim Manado Yudianto Putrajaya, Asisten I Pemprov Sulut, Mecky Onibala, serta aktor Roy Marten berbaur dengan warga dari 11 kampung Bantik yaitu Buha, Kalasey, Talawaan, Meras, Molas, Minanga, Bengkol, Bailang, Singkil, Tanamom dan Samoit.
Mereka membentuk barisan, mengelilingi lapangan hingga berkali-kali. Yang di belakang menaruh tangan pada bahu orang yang di depan. Tak peduli itu pejabat atau warga biasa. Melihat kebersamaan itu, Bote pasti senang di alam sana. (arthur rompis)
Sumber: Tribun Manado 6 September 2012 hal 1