ilustrasi |
Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Manado Julises Oehlers mengakui
besarnya jumlah sampah plastik setiap hari. Jumlahnya pun makin meningkat setiap tahun. "Untuk sampah plastik sekitar 680-700 kubik per hari dari total 2.000 kubik sampah per hari," ujarnya saat ditemui di kantornya, Selasa (28/8/2012).
Oehlers menambahkan, sampah organik sekitar 1.300 kubik per hari. Diakuinya hanya sekitar 80 persen sampah terangkut ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
Sampah plastik yang dibuang masyarakat sebagian besar berupa kantong dari berbagai jenis, botol kemasan dan botol bekas oli. Sampah tersebut jika sudah di TPA biasanya diambil para pemulung untuk daur ulang. Namun, kata Oehlers, tidak seluruh sampah plastik dipungut para pemulung. Sebagian terbuang bersama dengan sampah jenis lain.
Anggota DPRD Kota Manado John Iroth melukiskan produksi sampah plastik sebanyak 680-700 kubik per hari itu mencegangkan dari segi jumlah. Meski mencerminkan kemajuan perekonomian Kota Manado, namun John Iroth menyadari dampak negatifnya bagi lingkungan bila tidak dikelola dengan bijaksana.
"Sampah plastik ini menjadi masalah. Kalau sampah kertas bisa langsung membusuk dan meresap ke tanah. Sedangkan sampah plastik lama proses daur ulangnya," kata John Iroth, Selasa (28/8) malam..
Ia meminta Dinas Kebersihan serius memperhatikanhal itu. Ia juga berharap agar pelaku usaha seperti pusat perbelanjaan dan rumah makan menyediakan wadah berbahan dasar kertas. "Di beberapa daerah di luar negeri wadah hampir delapan puluh sampai sembilan puluh persen terbuat dari kertas. Apalagi wadah untuk makanan,"katanya. Anggota DPRD Manado Hengky Lasut juga mengatakan hal yang sama. Menurutnya, tingginya produksi sampah plastik menandakan Manado semakin maju. "Hanya perlu ditangani dengan baik sampah plastik itu," ujarnya.
Kesadaran Warga
Terkait sampah plastik, Julises Oehlers mengeluhkan rendahnya kesadaran masyarakat Kota Manado mengelola sampah plastik secara bijak. Menurut dia, masih banyak sampah plastik yang dibuang begitu saja pada tempat yang tidak semestinya. Misalnya di sungai atau ke laut.
Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat memilah sampah plastik, kata Oehlers, dalam waktu dekat Dinas Kebersihan membagikan 3.000 kantong sampah kepada masyarakat. "Per kelurahan mungkin dibagikan antara 10 sampai dengan 12 kantong sampah sebagai stimulan agar warga melakukan pemilahan sampah," katanya. Kantong sampah tersebut cukup dipergunakan selama satu tahun.
Tingginya pemakaian plastik oleh warga Manado seperti diungkapkan Oehlers ada benarnya. Sampel yang diambil Tribun Manado di Pasar Bersehati, Selasa (28/8) menunjukkan fakta luar biasa. Dalam sehari pasar ini membutuhkan antara 120 ribu hingga 480 ribu lembar tas plastik atau setara dengan 100 hingga 400 kilogram tas plastik sebagai wadah belanja konsumen ataupun dijual kembali secara eceran.
Data 120 ribu lembar tas plastik untuk kebutuhan sehari pasar ini diambil hanya untuk satu toko penyalur tas plastik. Menurut beberapa pedagang, ada sekitar tiga sampai empat toko yang memasok tas plastik ke pasar ini saban hari. Diperkirakan jumlah tas plastik yang beredar di pasar ini dalam sehari mencapai angka 300 hingga 400 kg atau setara 360 ribu hingga 480 ribu lembar tas plastik. "Sehari sekitar 100 kg tas plastik yang disuplai dari toko ini," ungkap pemilik toko Petak Jaya, salah satu toko pemasok tas plastik di Pasar Bersehati Manado. Menurutnya jumlahnya fluktuatif, bisa lebih tinggi untuk momen hari-hari tertentu.
Selain pasar penggunaan plastik sangat tinggi di mall, supermarket serta restoran.
Rumah Makan Ratu Arema misalnya, menghabiskan 500 kantong plastik dalam sehari ."Per hari kita bisa menggunakan 10 pak kantong plastik, isi per pak itu ada 50 lembar, " kata Rusli pemilik Rumah Makan Ratu Arema, Selasa (28/8).
Rusli mengatakan, warungnya paling banyak membutuhkan kantong plastik ukuran kecil. "Selain makanan, saya juga menjual gorengan sperti tahu isi dan pisang, sehingga paling banyak menggunakan kantong plastik. Ada yang makan di sini, namun banyak juga yang minta dibungkus," ujarnya.
Pemilik Rumah Makan Padang di Mapanget, Citra mengatakan, warungnya menggunakan kantong plastik 40 hingga 50 lembar per hari. "Paling banyak pembeli langsung makan di sini, namun ada juga minta dibungkus, sehingga kami harus pesan ke suplier empat sampai lima pak per minggu," katanya
Manager Multimart Plaza, Rhama Suheimi mengatakan, per hari Multimart dapat menghabiskan kurang lebih dua karung kantong plastik. "Satu karung plastik itu beratnya 25 kilogram, dengan ukuran 15 x 25, 25 x 30, 30 x 44 cm dan tas jumbo. Kantong plastik yang paling banyak digunakan ukuran 25x30," jelasnya.
Menurutnya, setiap minggu, Multimart Plaza memesan 20 karung kantong plastik untuk kebutuhan selama sepuluh hari. "Memang permintaan meningkat apalagi jumlah pengunjung juga semakin banyak. Meskipun hanya membeli satu barang kita harus memasukkan ke dalam plastik," katanya.
Supervisior Golden Swalayan, Ando mengatakan, per hari kantong plastik yang dipakai sekitar dua karung. "Saya tidak tahu pasti berapa lembar dalam satu karung, namun untuk jumlah keseluruhan penggunaan kantong plastik di sini itu mencapai 50 kilogram per hari," ujarnya. Menurtnya, kantong plastik yang digunkan di Golden Swalayan dipesan dari Jakarta. (erv/dma/ika/jhp)
Roy Pangalia: Ubah Kebiasaan
KITA sangat tergantung pada plastik untuk berbagai kebutuhan rumah tangga. Repot memang! Masalahnya adalah kita kurang bijak membuang atau menempatkan limbah plastik pasca dipakai dan itu berhubungan dengan perilaku atau kebiasaan. Akibat pola kebiasaan kita yang kurang bijaksana maka sampah plastik menumpuk di sungai kemudian meluncur ke laut.
Untuk menguraikan sampah plastik dibutuhkan waktu antara 50-80 tahun tergantung kualitasnya. Polyvinyl Chloride itu susah sekali terdaur ulang, misalnya pipa paralon, sementara kalau di air, butuh lebih lama lagi. Masa urai plastik bisa 100-450 tahun. Di seluruh dunia diperkirakan sekitar 500 miliar hingga 1 triliun kantong plastik dipergunakan manusia.
Plastik yang terbawa sungai dan masuk ke laut berdampak pada terumbu karang. Jika sampah plastik menutupi karang maka karangnya bisa mati secara bertahap serta berdampak juga terhadap hewan laut seperti penyu. Penyu mengira plastik yang terapung atau melayang di air itu adalah ubur-ubur lalu dimakannya. Penyu bisa mati karena pencernaannya rusaj. Kita punya kebiasaan yaitu membakar sampah plastik biar cepat habis terurai. Kebiasaan itu menimbulkan masalah baru yaitu polusi dan mencemarkan lingkungan.
Penangananan yang bisa dilakuan adalah dengan sistem daur ulang. Paling banyak didaur ulang yaitu plastik jenis HDPE (high density polythylene) semacam botol air mineral. Cara lain menjadikan sampah plastik sebagai barang bernilai ekonomis
Langkah berikutnya menggunakan plastik biodegradable yang mudah terurai dan ramah lingkungan, tapi plastik jenis ini memang agak mahal harganya.
Untuk kasus di Manado, semua pusat perbelanjaan menggunakan tas belanja dari plastik. Mungkin baik jika misalnya pengelola supermarket itu secara bertahap mengurangi pemaakain plastik untuk tas belanja misalnya menggantinya dengan kantong kertas seperti di negara-negara lain.
Di Kota Manado sudah ada Perda Sampah, namun implementasinya mandul, mekanisme sanksi belum tegas diterapkan. Ini pekerjaan rumah bagi pemerintah. Diperlukan suatu gerakan untuk mengurangi pemakaian plastik bagi kebutuhan rumah tangga.
Pertama, mungkin baik jika ada kampanye terfokus guna mengubah perilaku masyarakat, misalnya membawa tas sendiri dari rumah ketika berbelanja, kalaupun plastik tidak bisa dihindarkan sama sekali pemakainannya. Dengan begitu sudah membantu mengurangi sampah plastik.
Kedua, gunakanlah plastik biodegradable serta jangan membakar sampah plastik, kecuali menggunakan suhu yang amat tinggi dan diatur proses pembakarannya guna mengurangi efek gas rumah kaca. Kalau mau menghapus pemakaian plastik itu tak mungkin, tapi paling tidak sebagai sebuah gerakan mungkin Pemko Manado bisa mewajibkan, misalnya seminggu sekali, mall tidak menggunakan tas belanja plastik atau pada hari-hari tertentu. (obi)
Sumber: Tribun Manado 29 Agustus 2012 hal 1