Melihat Lumpur Keramat di Malaka

Kubangan lumpur di Litamali, Malaka, Timor
Warga Litamali percaya lumpur keramat yang bergelembung mengikuti pasang surut air laut itu merupakan tempat  nenek moyang mereka berada.

MALAKA memiliki masinlulik yaitu lumpur bergelembung membentuk dua kubangan seperti gunung kecil berada di tengah hutan bakau Litamali, Kecamatan Kobalima. Masinlulik diyakini oleh warga masyarakat Litamali  sebagai lumpur yang keramat. Warga percaya lumpur keramat yang bergelembung mengikuti pasang surut air laut itu merupakan tempat  nenek moyang mereka berada.

"Lumpur keramat itu ada sejak nenek moyang Kami percaya setiap orang yang mati akan memperlihatkan wujudnya di kubangan Masinlulik itu,'' ujar Vincentius Manek, kepala Desa Litamali kepada Pos Kupang, Jumat (3/7/2015) siang.

Diakuinya, lumpur Masinlulik begitu keramat sehingga warga setempat tidak sembarangan mengunjungi tempat tersebut. "Waktu kami masih kecil, orangtua melarang kami bermain di sana. Cerita orangtua dulu banyak yang meninggal dunia di kubangan ini. Jika berkunjung ada yang membuang ludah di kawasan lumpur,  pasti dia  tidak selamat. Begitu juga saat pulang berkunjung tidak boleh menoleh ke belakang,  katanya bisa saja gila, sakit hingga meninggal,'' demikian Vincentius Manek.

Masinlulik di kawasan hutan bakau laut Litamali memiliki dua kubangan, satu kubangan berukuran kecil berada di barisan pertama area jalan masuk dan kubangan besar berikutnya bersebelahan dengan kubangan kecil. Jarak antara keduanya kira-kira 200 meter. Sedangkan lumpur yang keluar dari mulut Masinlulik bergelembung mengikuti pasang surut air laut.

"Masinlulik berjumlah dua kubangan, satu kubungan kecil dengan lebar mulut kubangan kira-kira mencapai satu hingga dua meter, sedangkan kubangan berikutnya sangat besar ukuranya mencapai belasan meter. Untuk dapat menyaksikan kubangan besar pada saat air laut surut karena  kita bisa berjalan kaki melintasi hutan bakau. Saat laut pasang kita harus mengunakan perahu," ujarnya.

Bau Minyak Menyengat

Vincentius menjelaskan, semburan lumpur dari kedua kubangan mengeluarkan bau minyak yang menyengat. "Tekanan semburan lumpur akan semakin kuat saat air laut pasang, semburan akan semakin pelan saat air laut surut,'' jelasnya.

Diakuinya, hingga saat ini Masinlulik belum dijadikan obyek wisata daerah oleh pemerintah setempat. Meski demikian sejak lama keindahan dan keanehan alam itu telah menyedot perhatian pengunjung dari berbagai daerah hingga wisatawan asing.

"Belum dijadikan obyek wisata daerah pun sudah banyak wisatawan  berkunjung ke sini. Mereka bertanya-tanya tentang keramatnya dua kubangan tersebut. Para pengunjung diberitahukan agar berhati-hati karena kawasan lumpur bisa saja membahayakan keselamatan mereka. Sejak dibuka jalan rabat menuju Masinlulik kini banyak wisatawan datang, baik dari Kupang, daerah lain hingga para turis dari luar negeri," katanya.

Vincentius mengatakan, beberapa waktu lalu terjadi goyangan gempa di wilayah Betun hingga Kobalima. Warga saat itu  berteriak histeris dan khawatir terjadi sesuatu dengan kubangan lumpur keramat Masinlulik.  Bahkan mereka menduga bakal terjadi tsunami.

"Semua orang sudah lari ke bukit, naik kendaraan masing-masing menuju arah puncak. Saat pagi hari kondisi sudah aman saya bersama warga lain ramai-ramai ke Masinlulik,  di sana tidak terjadi apa-apa. Selama ini dua kubangan tersebut benar mengeluarkan lumpur, hanya tidak pernah mengganggu kami,''ujar Vincentius.

Romana Luru (43) yang  rumahnya berada di kawasan pantai tak jauh dari  lumpur Masinlulik, mengakui sesekali terdengar bunyi seperti gong yang mengaung dari gunungan lumpur itu. Bunyi itu sering ia dengar pada malam hari ketika air laut pasang,  terdengar agak menyeramkan.

"Bunyi gemuruh seperti bunyi gong kalau air laut pasang. Masinlulik seperti bersuara memecahkan kesunyian malam di hutan bakau. Bunyi menyeramkan seperti itu sudah sering sehingga keluarga saya tidak takut lagi. Kami percaya bahwa bunyi itu suara nenek-moyang. Kalau kami tidak mengusik mereka pun pasti tidak akan mengusik kehidupan kami,'' demikian Romana Luru. (simon petrus seli tupen)


Sumber: Pos Kupang 5 Juli 2015 halaman 5
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best WordPress Themes