KITA segera meninggalkan tahun 2015 dan memasuki tahun 2016. Banyak peristiwa yang kita alami selama tahun ini. Peristiwa pahit dan manis, baik dalam hidup bermasyarakat maupun kehidupan keluarga kita masing-masing. Sambil mengucapkan syukur kepada sang pemilik kehidupan atas karunia, rejeki dan berkatnya, kita patut menggarisbawahi beberapa hal sebagai catatan mengenang tahun 2015.
Kehidupan kita sebagai warga Flobamora maupun warga bangsa Indonesia masih saja diliputi perasaan tidak nyaman. Kita tidak nyaman karena pelayanan publik belum memenuhi standar minimal. Tidak sulit menemukan fakta lapangan. Masyarakat masih menjerit kesulitan air, jalan berlubang, trasportasi mahal, listrik lebih kerap mati serta harga sembako melangit.
Kondisi perekonomian kita baik dalam skala nasional maupun lokal Nusa Tenggara Timur (NTT) memang kurang menggembirakan sepanjang tahun 2015. Tidak hanya nilai tukar rupiah yang melemah, tapi banyak indikator bernilai minus. Serapan dana pembangunan di daerah tidak memuaskan. Masih banyak sisa dana yang harus dikembalikan ke kas negara karena programnya tidak terealisir. Cara kerja birokasi kita kurang gesit dan efisien. Masyarakat pun cenderung apatis. Tidak bermaksud menyalahkan pihak tertentu tetapi inilah sejumlah soal yang butuh pembenahan serius pada tahun 2016.
Di bidang politik, tahun 2015 diwarnai kegaduhan yang tidak sedikit menguras pikiran dan tenaga. Kegaduhan terjadi ketika elit partai politik di negeri ini bermain- main dengan syarat pengajuan calon kepala dan wakil kepala daerah. Sempat terjadi kegamangan selama berbulan-bulan tatkala sejumlah daerah pelaksana Pilkada hanya mengusung calon tunggal.
Kebuntuan itu baru terpecahkan di penghujung September lalu saat hakim Mahkamah Konstitusi (MK) memutuskan calon tunggal berhak mengikuti Pilkada serentak 9 Desember 2015 dengan sistem referendum. Masyarakat memilih setuju atau tidak setuju terhadap calon tunggal tersebut. Keputusan itu memungkinkan pelaksanaan Pilkada di daerah yang hanya mengusung calon tunggal yaitu di Kabupaten Blitar, Jawa Provinsi Timur, Tasikmalaya, Jawa Barat dan Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), NTT berjalan sukses.
Kegaduhan politik juga merebak terkait kasus "papa minta saham" di PT Freeport Indonesia oleh anggota DPR RI asal NTT, Setya Novanto. Setya Novanto yang diduga mencatut nama Presiden dan Wakil Presiden RI akhirnya mundur dari jabatan ketua DPR RI. Mayoritas anggota Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) dalam sidang etik menyatakan Novanto melakukan pelanggaran sedang. Sebelum MKD menjatuhkan keputusan, Novanto mengajukan surat pengunduran diri.
Kita berharap kondisi perekonomian bangsa di tahun 2016 semakin membaik. Demikian pula dengan tata kelola pemerintahan, kiranya semakin efisien serta dinamika politik lebih elegan dan etis. Tantangan 2016 tentunya tidak semakin ringan. Butuh kerja keras dan kerja cerdas. Selamat Tahun Baru 2016.*
Sumber: Pos Kupang, 31 Desember 2015 halaman 4