Corona dan Lockdwon Pun Jatuh Cinta


ilustrasi
KELAK, kira-kira 22 hingga 25 tahun dari sekarang, Corona dan Lockdown saling jatuh cinta lalu sepakat mengikat janji suci perkawinan.

Orangtua mereka pun mengirim undangan resepsi kepada keluarga, kerabat, kolega dan mitra. Mungkin termasuk tuan dan puan.

Isinya demikian.

Mohon kehadiran bapak/ibu pada resepsi pernikahan anak, cucu terkasih kami, Maria Josepha Corona dengan Joseph Alexander Lockdown di Ballroom hotel A pada tanggal sekian, bulan sekian, tahun sekian mulai jam sekian.

Dua puluh lima tahun mungkin terlalu lama.

Boleh jadi setahun atau dua tahun dari hari ini, puan mendapat undangan merayakan hari ulang tahun Bryant Covid, Marshanda Sanitizer, Pascal Masker, Michael Swab, Kiki Amalia Rapid atau Ricardo Joao Disinfektan.


Nama-nama rekaan? Ya benar.

Itu umpama saja.

Tapi yang ingin kubagikan di sini adalah sesuatu yang nyata.

Pandemivirus mengerikan tersebut telah melahirkan “anak-anak Corona”.

Orangtua mereka dengan kesadaran penuh mengabadikan nama si buah hati yang lahir di tengah badai Covid-19 menerjang dunia.

Kantor berita Agence France-Presse (AFP) seperti dikutip Kompas.Com mewartakan, sejumlah orangtua tampaknya tidak merasa khawatir secuilpun dengan prospek anak-anak mereka yang dikaitkan dengan sampar corona.

Covid-19 yang telah membunuh lebih dari 200 ribu orang di seluruh dunia.

Kini sudah ada bayi bernama Corona Kumar, Covid Marie, Lockdown Sanjay dan Sanitizer.

Ketika Colline Tabesa melahirkan seorang bayi perempuan yang sehat di Kota Bacolod Filipina tengah pada 13 April 2020, dia dan suaminya, John Tupas (23) menandai peristiwa kelahiran putri mereka dengan rasa syukur.

"Wabah virus corona telah menyebabkan penderitaan besar di seluruh dunia," ujar Tupas yang mengekspresikan kelegaan setelah persalinan buah cintanya berjalan lancar.

"Saya ingin namanya (bayi) mengingatkan kami bahwa Covid tidak hanya membawa penderitaan namun juga keberkahan buat kita semua," ujarnya semringah.

Begitulah asal muasal nama putri mereka menjadi Covid Marie.

Tupas mengatakan meskipun dia telah menerima sejumlah kritik di media sosial karena pilihannya yang tidak lazim, dia tidak akan terpengaruh.

"Dia mungkin akan mengalami bullying, tapi saya hanya akan mengajari putri saya untuk menjadi orang yang baik. Kami tidak ada pertimbangan lain," tandasnya.

Lagi-lagi terjadi di negeri kebanggaan petinju hebat Manny Pacquiao.

Seorang anak yang lahir pada 15 Maret 2020 di Fipina diberi nama Covid Bryant.

Kabar ini viral cepat di Twitter melalui unggahan akun @ninacayosa.

Nama tersebut merupakan kombinasi dari Covid dan nama belakang Kobe Bryant, bintang basket dunia yang meninggal dalam kecelakaan helikopter Januari 2020 lalu.

Dilansir dari Mirror, seorang warganet mengomentari unggahan tersebut dengan menulis "Anak ini akan di-bully pada waktunya nanti."

Kemudian warganet lain melontarkan candaan "Anak ini akan mengubah dunia. Hahaha."

"Para orangtua seharusnya berkonsultasi dulu sebelum menamai anaknya. Bryant nama yang oke, tapi menamai anakmu dengan nama virus? Serius?" tulis warganet lainnya.

Satunya lagi berkomentar, "Ini benar-benar 2020."

Pada 6 April 2020, dua orang ibu di India Tenggara memiliki ide serupa terpinspirasi dari saran dokter tempat kedua ibu itu melahirkan bayi mereka.

Bayi yang satu bernama Corona Kumar, satunya lagi Corona Kumari. SF Basha, dokter yang memberi usul nama berkata, "Saya katakan pada mereka hal ini bisa membantu menciptakan kesadaran tentang penyakit dan menghapus stigma terkait virus corona. Saya terkejut, mereka setuju."

Tidak mau kalah, masih dari negeri Sharukh Khan, pasangan suami istri (pasutri) pekerja migran di timur laut India yang terdampar ribuan kilometer dari rumah mereka di negara bagian Rajasthan, dengan bangga menamai nama anak mereka Lockdown Sanjay.

"Kami menamainya Lockdown mengingat semua masalah yang harus kami hadapi selama masa sulit ini," demikian laporan media setempat mengutip ayah sang bayi, Sanjay Bauri.

Masih dari India, bayi kembar yang lahir pada hari Jumat 27 Maret 2020 dinamakan Covid dan Corona. Sang ibu, Preeti Verma (27) mengatakan, ia sengaja menamai anaknya seperti itu sebagai pengingat atas apa yang terjadi saat kelahiran mereka.

"Persalinan ini terjadi setelah kesulitan yang kami hadapi. Jadi, saya dan suami ingin menjadikan hari ini sangat berkesan," kata dia.

Mereka menamai bayi laki-laki Covid. Sementara saudara kembarnya yang perempuan bernama Corona.

Dilansir Daily Mirror 3 April 2020, Verma merasa bahagia kelahiran dua bayinya tanpa halangan di tengah pandemi Covid-19.

Meski begitu, Verma mengakui bahwa setelah kedua anaknya itu beranjak dewasa, dia mempertimbangkan untuk memberikan nama baru bagi mereka.

Ibu yang sudah mempunyai putri berusia dua tahun tersebut menuturkan, virus dengan nama resmi SARS-Cov-2 itu memang berbahaya.

Namun, di sisi lain, ada sisi positif yang menyertai, yakni masyarakat mulai fokus pada sanitasi, higienitas, dan pola hidup lebih sehat.

"Karena itu, kami memberikan nama ini," ujar dia.

Verma mengungkapkan, pada 26 Maret, dia mulai merasakan rasa sakit.

Suami Verma segera menelepon ambulans untuk membawa mereka ke rumah sakit.

Saat itu, kendaraan dilarang melintas karena India berlakukan lockdown.

Ambulas sempat dihentikan polisi di sejumlah tempat, tetapi segera dibiarkan pergi begitu melihat Verma akan melahirkan.

Saat itu, dia mengaku khawatir karena sampai di rumah sakit pada tengah malam.

Untungnya, dokter dan perawat sigap membantunya bersalin.

Covid dan Corona lahir selamat dan sehat.

Peristiwa atau Tokoh Terkenal

Orangtua memberi nama anak terinpirasi dari peristiwa atau kejadian tertentu sebenarnya bukan hal baru.

Masyarakat Indonesia pun lazim melakukan hal tersebut.

Saya punya seorang kenalan bernama Yasinta Sengsara.

“Ibuku sangat menderita ketika melahirkan saya di kampung udik di Flores,” katanya ketika kutanya mengapa namanya demikian.

Rekanku wartawan generasi awal Harian Pos Kupang bernama Stanislaus Peluru.

Stanis ulet dan rajin bekerja.

Suka bercanda dan piawai menjalin relasi dengan siapa saja.

Stanis pernah menjadi anggota DPRD Kabupaten Alor, daerah asal pemain Bali United Yabes Roni Malaifani dan penyanyi muda yang lagi naik daun, Andmesh Kamaleng.

Selain peristiwa, orang doyan memberi nama sang anak dari nama figur terkenal, mulai dari tokoh agama, atlet profesional, pemimpin bangsa dan sebagainya.

Nama pemain bintang sepak bola termasuk yang favorit.

Hari-hari ini tuan dan puan tentu biasa bertemu seseorang bernama Ronaldo, Messi, Rivaldo, Wayne, Beckham, Zidane, Zico, Baggio, Maldini, Dede Sulaiman, Johan Pasla, Bambang Nurdiansyah dan lainnya.

Tahun 1986 ketika Diego Armando Maradona berada di puncak kejayaannya, mengantar Argentina menjadi juara Piala Dunia, lebih dari 200 bayi yang lahir bulan Mei-Agustus tahun ini diberi nama Maradona.

Maradona menghipnotis dunia. Bukan cuma itu.

Seorang gadis dari Benfleet Inggris, Jeniece Harris rela membayar 3 ribu poundsterling kepada seorang ahli hukum di negeri Ratu Elizabeth II itu guna mengubah namanya menjadi Janiece Jennifer Dorothy Arsenal Maradona.

Maradona tergolong nama pesepakbola yang paling banyak dipakai.

Maklum dia merupakan pemain terbaik abad ke-20 selain bintang Brasil, Edson Arantes do Nascimento alias Pele.

Para pakar pernah meneliti anatomi Maradona saat bermain bola.

Bagian tubuh Maradona yang paling berperan adalah pinggul.

Liukannya menipu dan memabukkan lawan.

Kesimpulan lain, Maradona itu jenius bola, skill-nya gabungan lima seniman bola terbesar dalam sejarah.

Ia mampu mengutak-atik bola seperti Pele, menguasai lapangan tengah selevel Johan Cruyff, berkelit bagaikan George Best, gerakan kakinya laksana Roberto Baggio dan umpan-umpannya matang terukur seperti Franz Beckenbauer pada masa puncaknya.

Satu dekade terakhir nama bintang sepak bola yang paling banyak diadopsi adalah Cristiano Ronaldo dan Lionel Messi.

Wajar karena keduanya silih berganti meraih penghargaan terbaik mulai dari level klub hingga sejagat.

Ada yang bilang nama adalah doa.

Memberi nama anak sama artinya dengan mendoakan anak sehat, sejahtera dan bahagia.

"What's in a name? Demikian ungkapan terkenal William Shakespeare dalam roman klasik tentang kasih tak sampai Romeo dan Juliet.

Apalah arti sebuah nama?

Andaikan tuan memberikan nama lain untuk bunga mawar, ia tetap akan berbau wangi bukan?

Selamat datang ke dunia generasi yang lahir di tahun Corona.

Dikau tetaplah anak cantik dan rupawan yang kami kasihi selalu meskipun namamu Covid, Corona, Sanitizer, Lockdown atau Swab. Sehat selalu ya.

Buat ayah ibumu yang sedang berbahagia, jangan lupa tetap di rumah saja.

Pakai masker, hand santizer, jaga jarak kalau sedang keluar rumah.

Maklum Covid dan Corona yang asli masih berkeliaran bebas lepas di luar sana.

Kejam dia. Belum ada obatnya pula.

(dion db putra)

Sumber: Tribun Bali
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best WordPress Themes