Hari pencoblosan

PROPINSI Nusa Tenggara Timur (NTT) akhirnya sampai juga pada tahap pelaksanaaan pemilihan kepala daerah (pilkada) secara langsung. Hari ini, Senin tanggal 27 Juni 2005, tiga kabupaten akan serentak melaksanakan pilkada langsung tersebut yakni Kabupaten Ngada, Kabupaten Manggarai dan Kabupaten Manggarai Barat.
Kita ingin mencatatnya sebagai sebuah tonggak sejarah dalam kehidupan demokrasi lokal NTT. Kita memilih kata akhirnya, karena proses pemilihan kepala daerah secara langsung ini diwarnai beragam soal yang sama-sama kita ikuti dengan seksama sejak awal. Kekhawatiran sempat menyeruak, ada rasa kurang percaya, kurang yakin bahkan kurang percaya diri. Muncul pertanyaan, apakah kita mampu melaksanakannya? Yang tidak kalah menarik adalah tersembulnya perasaan curiga. Jangan-jangan pilkada tidak terlaksana secara demokratis dan sungguh menghasilkan pemimpin idaman rakyat.
Ternyata persiapan penyelenggara pilkada di tiga daerah itu cukup baik dan memadai. Setidaknya sampai hari ini. Dengan segala kekurangan dan keterbatasan, KPUD setempat sudah melaksanakan mekanisme, prosedur dan ketentuan yang berlaku. Demikian para aktor pilkada, baik itu unsur partai politik, para calon kepala daerah dan wakil kepala daerah juga masyarakat. Kita tidak menutup mata terhadap keluhan di sana-sini, misalnya perasaan kecewa, tidak adil dan tersingkir -- tetapi sejauh ini agaknya masih bisa teratasi dengan baik. Masih adalam koridor kebersamaan dan tekad kuat bahwa pilkada haru sukses dalam pelaksanaannya.
Inilah modal yang kita garisbawahi dan kita ingatkan sebagai ucapan mengantar para pemilih di Ngada, Manggarai dan Manggarai Barat berbondong-bondong menuju Tempat Pemungutan Suara (TPS) hari ini. Jangan abaikan "modal demokrasi" tersebut yang kita kerjakan bersama dengan susah payah semenjak mempersiapkan proses pilkada di daerah masing-masing.
Ada tiga catatan kecil yang kita anggap pantas untuk dikedepankan sekali lagi di ruangan ini. Pertama, kita ajak rakyat Ngada, Manggarai dan Manggarai Barat yang berhak memilih dan sudah terdaftar resmi agar menggunakan hak tersebut secara baik dan bertanggung jawab. Datangilah TPS-TPS di daerahmu. Pilihlah calon pemimpin sesuai pertimbangan akal sehat dan bisikan hati nuranimu yang tak mungkin menipu. Adalah lebih baik dan bijaksana kita memilih para calon yang ada ketimbang memilih untuk tidak memilih alias golput (golongan putih). Kita percaya rakyat ketiga daerah itu (dan rakyat daerah lainnya yang akan melaksanakan pilkada 30 Juni 2005) akan memilih pergi ke TPS. Dengan memilih secara benar, Anda bertanggung jawab terhadap diri sendiri.
Sudah sering dikatakan bahwa pilkada perdana di Indonesia tak mungkin menghasilkan pemimpin yang ideal karena prosesnya saja menemui banyak kendala dan kekurangan. Tetapi kenyataan ini tidak bisa kita pungkiri. Pengalaman pertama selalu disertai kekurangan bahkan kesalahan. Dalam terang demokrasi hal serupa itu wajar saja. Tidak pernah ada sistem yang sempurna. Kesalahan dan kekurangan akan menjadi pelajaran berharga untuk perbaikan di masa depan.
Kedua, kita ajak semua pihak agar mau menjadi mata dan telinga demi pilkada yang jujur dan demokratis. Persoalan yang selalu muncul pasca pemilihan adalah penghitungan surat suara. Kecurangan akan terjadi di sini. Kecurangan bisa terjadi di tingkat TPS, dari PPS ke PPK atau dari PPK ke KPUD. Mengingat kondisi geografis wilayah kita yang rumit serta akses komunikasi dan transportasi yang jauh dari memadai, kecurangan atau ketidakjujuran sangat mungkin terjadi. Mari kita berlaku jujur dan adil. Dibutuhkan keberanian semua pihak untuk melawan ketidakjujuran agar pilkada menghasilkan pemimpin yang benar-benar dipilih rakyat!
Hal terakhir yang tak kalah penting adalah menerima hasil pilkada 27 Juni 2005. Dalam kurun waktu sepekan ini kita akan mengetahui siapa yang menang dan siapa saja yang kalah. Yang menang hendaknya tidak membusungkan dada dengan melecehkan orang lain. Yang kalah kiranya lapang dada dan kepala tetap tegak. Ajakan seperti ini memang terkesan klise tetapi jangan lupa bahwa sungguh tidak mudah merealisasikannya. Pengalaman mengajarkan kita selalu saja muncul upaya melawan secara tidak bertanggung jawab dari pihak yang kalah. Kita harap tidak terjadi di sini. Tidak muncul dari bumi Flobamora.
Tengoklah lebih dari 20 daerah lainnya di Indonesia yang sudah melaksanakan pilkada dalam bulan Juni 2005 ini. Bahwa ada ketidakpuasan, ada onak dan duri, ada kelemahan, mereka toh dapat melaksanakan pilkada secara damai dan bisa menerima hasil akhirnya dengan jiwa besar. Tanpa hura-hara dan ribut. Kita -- anak NTT harus mampu seperti mereka bahkan harus lebih baik. Biarlah kita mengawali tonggak sejarah demokrasi langsung ini dengan catatan manis yang pantas dikenang sampai kapan pun. Selamat mencoblos! Salam Pos Kupang, 27 Juni 2005. (dion db putra)
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best WordPress Themes