PEKAN Informasi Nasional (PIN) tahun 2012 di Manado telah berlangsung sejak kemarin. Kehadiran Menteri Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia H Tifatul Sembiring menambah bobot event ini sekaligus memberi pesan penting betapa strategisnya pengelolaan informasi bagi kemajuan bangsa dan negara. Lalu apa relevansinya dengan kebutuhan pemerintah dan masyarakat Sulawesi Utara?
Dua poin bisa kita sebut di ruang terbatas ini. Pertama, momentum PIN 2012 mestinya tidak sekadar ritual tahunan yang lebih menonjolkan kesan 'gebyar pesta' melalui beragam acara seperti parade budaya Nusantara, pemecahan rekor MURI untuk pengakses internet terbanyak, pameran, pentas seni dan lainnya. PIN 2012 di Manado yang menelan dana tidak sedikit itu bisa disebut sukses manakala agenda aksi selanjutnya sungguh menyentuh kebutuhan konkret masyarakat.
Masyarakat Sulawesi Utara membutuhkan layanan informasi publik yang lebih transparan sehingga membantu mereka menyelesaikan persoalan hidup sehari-hari. Kita masih menangkap suara masyarakat yang berkeluh-kesah. Galau dan kecewa lantaran sejumlah institusi publik pelit amat membuka akses bagi masyarakat.
Sekadar misal. Sampai saat ini baru segelintir warga masyarakat Sulawesi Utara yang dapat mengakses informasi tentang anggaran publik dari APBD yang ada di setiap instansi pemerintahan, baik di level pemerintah provinsi maupun kabupaten dan kota. Kuat sekali kesan instansi pemerintah menganggap informasi tersebut tidak perlu dibuka seluas-luasnya bagi seluruh elemen masyarakat. Padahal itu perintah Undang-Undang No. 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik yang secara resmi mulai berlaku dua tahun silam. Undang-undang yang terdiri dari 64 pasal itu mewajibkan setiap Badan Publik untuk membuka akses bagi masyarakat mendapatkan informasi publik.
Dalam banyak kasus korupsi yang menggurita di negeri ini, pemicunya justru akibat ketertutupan informasi publik itu. Sulawesi Utara mestinya belajar dari pengalaman tersebut untuk mengelola informasi publik dengan lebih cerdas, lebih profesional dan lebih pro rakyat. Jika langkah kecil ini bisa dikerjakan dengan sungguh- sungguh niscaya bumi Nyiur Melambai lebih cepat maju dibanding daerah lainnya.
Kedua, momentum PIN 2012 di Manado juga menggugah kesadaran masyarakat Sulawesi Utara agar lebih selektif terhadap informasi. Kemajuan teknologi informasi dewasa ini membawa dua sisi. Positif dan negatif. Betapa banyak orang telah menjadi korban karena tidak cerdas mengelola jutaan informasi yang diperolehnya setiap hari. Anak-anak dan remaja merupakan kelompok yang paling rentan memikul efek buruk dari informasi tersebut. Maka keluarga sebagai lembaga terdepan dalam membentuk generasi berkualitas harus menjadi filter selain guru dan masyarakat pada umumnya. (*)
Tribun Manado 23 Mei 2012 halaman 10