SULAWESI Utara (Sulut) adalah daerah dengan pertumbuhan ekonomi cukup tinggi bahkan di atas rata-rata nasional memasuki triwulan kedua tahun ini. Dengan iklim investasi yang bagus membuat investor dari dalam dan luar berbondong-bondong melirik Sulut sebagai tempat berinvestasi.
Namun, yang menjadi pertanyaan, iklim yang bagus itu sudah dimanfaatkan dengan baik oleh putra daerah Sulut untuk melihatnya sebagai peluang usaha ataukah sebaliknya. Sejumlah poin menarik ini mengemuka dalam acara Focus Group Discussion (FGD) yang digelar Harian Tribun Manado bekerjasama dengan Intelektual Muda Sulut (Ilmu) di GKIC Novotel Manado, Rabu (8/8/2012).
Diskusi yang disponsori Bank BNI dan didukung BI Sulut memilih tema Tren dan Peluang Bisnis bagi Wirausaha Muda Sulut. Direktur International Busines Administration (IBA) Unsrat Dr Peggy Mekel bertindak sebagai moderator dalam diskusi yang berlangsung sekitar dua jam tersebut.
Joseph Pardede, satu di antara peserta diskusi mengajukan pernyataan menarik yaitu orang Sulut harus mau mengubah mindset jika mau maju. "Jika mindset tidak berubah, meski diajarkan banyak hal tetap tidak akan menghasilkan sesuatu yang berguna," kata staf pengajar Entrepeneur University Manado ini.
Joseph menilai, Sulut kaya akan sumber daya alam dan menjadi peluang investasi, tetapi kenyataannya orang Sulut lambat menanggapi hal ini sebagai peluang emas. "Masih banyak orang berpikir yang penting sudah jadi PNS sudah cukup, masih sedikit yang melihat peluang ini sebagai kesempatan baginya menjadi seorang wirausaha," tandasnya.
Joseph mencontohkan, Sulut kaya pohon kelapa, tetapi belum terkelola dengan profesional untuk membawa keuntungan bagi petani. Kelapa di Sulut pun minim peremajaan. "Bahkan kekayaan laut belum tersentuh. Mengapa sektor-sektor ini belum dimasimalkan, karena mindset orang muda Sulut belum berubah," tuturnya.
Kepala BI Perwakilan Sulut, Suhaedi juga berpendapat, iklim investasi di Sulut saat ini sangat bagus. Apalagi ditunjang konsumsi dan ekspor yang tinggi.
"Permasalahannya, saat investasi makin besar, apakah kaum muda Sulut mau ikut berpartisipasi? Apakah investasi yang masuk ke Sulut bisa ikut dinikmati hasilnya oleh masyarakat Sulut ataukah justru keuntungannya mengalir ke luar?" tuturnya.
Menurut Suhaedi, salah satu faktor yang harus diubah generasi muda Sulut yang rindu melihat peluang menjadi seorang wirausaha adalah memperbaiki etos kerja. "Tidak bisa dipungkiri, orang Sulut memiliki etos kerja yang masih rendah, dan ini harus diperbaiki," katanya.
Tingginya sumber daya alam Sulut belum bisa menjadi peluang usaha untuk memajukan ekonomi daerah dinilai Andrey Angow, anggota DPRD Kota Manado dipengaruhi minimnya infrastruktur, dan regulasi yang menunjang. "Bagaimana bisa petani kelapa mau mengembangkan usaha pengelolaan kelapa kalau infrastruktur saja tidak menunjang," ujarnya.
Bahkan, yang memiriskan, banyak pengusaha berbasis sektor pertanian di Sulut masih gagap teknologi. "Email saja tidak punya, bagaimana usahanya bisa maju," kata seorang Alumnus IBA Unsrat. Peranan perbankan juga diharapkan ikut membantu dan menopang para wirausaha muda memulai usaha dengan pinjaman modal. "Tetapi bank harus hati-hati, pinjaman hanya diberikan untuk usaha yang prospektif dan pemiliknya punya komitmen serta dapat dipercaya," tegas Suhaedi.
Kegagalan penerapan Kredit Usaha Tani beberapa waktu lalu justru membuat perbankan berhati-hati menggelontorkan modal untuk usaha di Sulut. "Banyak orang Sulut bukan tidak mampu, tetapi justru tidak mau melunasi kredit," ujar Peggy. Selain sektor pertanian, perkebunan, dan kelautan, ada banyak sektor menarik di Sulut yang bisa dilirik wirausaha muda menjadi peluang usaha.
Jimmy Asiku, Owner IT Center Manado mencontohkan beberapa poin seperti sektor telekomunikasi. "Orang Sulut terkenal suka bicara, itulah sebabnya maka bisnis seluler menjadi peluang di daerah ini," terangnya. Selain itu, Manado dikenal dengan lifestyle warganya. "Ini peluang bagus, mengapa tidak jadikan Manado sebagai kota fashion, pendidikan, kota kesehatan bahkan kota IT?" ungkapnya.
Kecerdasan melihat peluang dinilai Asiku menjadi modal bagi kaum muda Sulut sukses menjadi seorang wirausaha yang andal. "Bukan hanya pintar melihat peluang, dan bukan juga masalah ada tidaknya modal dari perbankan, tetapi yang paling utama bagi seseorang memulai usahanya adalah ada kemauan atau tidak," ujar Ribut Raharjo, Pemimpin Redaksi Tribun Manado.
Akan Lebih Baik
Dari sejumlah indikator, pertumbuhan ekonomi Sulut ke depan akan tetap tumbuh dengan lebih baik lagi. Secara makro pertumbuhan ekonomi Sulut akan membaik dengan tingginya iklim investasi dan konsumsi di Sulut.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Sulut, Suhaedi, mengatakan, sejak tahun 2006, pertumbuhan ekonomi Sulut tetap tumbuh. Bahkan pertumbuhan ekonomi Sulut dalam triwulan I dan triwulan II tetap tumbuh dari skala nasional.
"Secara riil tetapmengalami pertumbuhan pada triwulan II 2012 ini, pertumbuhan ekonomi Sulut tumbuh sebesar 7,47 persen. Ini dilihat dari konsumsi dan investasi yang tetap tinggi saat ini.Optimis pertumbuhan ekonomi Sulut ke depannya lebih baik," kata Suhaedi.
Suhaedi menambahkan, perekonomian Sulut kedepannya akan masih tetap menunjukan dinamika yang tinggi dan lebih baik. Hal ini dilihat dari ekspor Sulut yang masih bagus, saran konsumsi dengan demand masih yang berimbang. Walau demikian, kata Suhaedi, yang harus dipikirkan bagaimana menggantikan barang ekspor Sulut yang masih primer yang tidak ada substitusinya. (ika/def/jhp)
Dua Rekomendasi
FOCUS Group Discussion (FGD) Tribun Manado bersama Intelektual Muda (Ilmu) Sulut di Convention Center Hotel Novotel, Rabu (8/8) petang, menghasilkan setidaknya dua rekomendasi.
Rekomendasi pertama yakni ekonomi makro Sulut mesti benar-benar diangkat. Menurut Direktur International Business Administration (IBA) Universitas Sam Ratulangi, Dr Peggy Mekel yang memandu diskusi itu, ekonomi makro Sulut harus diangkat sektor-sektor yang menunjang dengan bantuan pemerintah daerah.
Menurutnya itu sektor tersebut harus diangkat dengan regulasi yang jelas.
"Kemudian peluang-peluang yang ada di Manado harus ditangkap. Ini harus kita ambil dalam arti Manado sudah menjadi tempat favorit untuk berinvestasi. Ini juga perlu dimanfaatkan seperti bisnis, perhotelan pariwisata, telekomunikasi dan pusat grosir," kata Peggy.
Sektor-sektor ekonomi seperti seperti pertanian,perikanan, manufaktur berbasis pertanian dikembangkan dengan memberdayakan sumber daya alam Sulut yang melimpah ini. Menurutnya banyak orang yang bisa bekerja sesuai dengan tren-tren yang ada. "Jadi ini ada dua pilihan mengikuti tren atau mempertahankan jangka panjang ini yang pertanian. Jadi solusinya adalah dua-duanya dengan berbasis pertanian tetap berjalan tetapi harus mendapatkan sentuhan teknologi dan mekaniksasi.Hal ini supaya memberikan hasil sehingga menjadi petani kaya bukan menjadi petani miskin," ujarnya.
Rekomendasi berikutnya, menurut Peggy, yakni personal atau individu para wirausaha di Sulut mesti diberdayakan dengan lebih baik. Menurutnya pada level personal perlu dibukukan jiwa wirausaha yang lebih tinggi.
"Jiwa wirausaha tersebut jangan terlalu hanya berharap dari perbankan saja. Namun yang lebih penting harus ada kemauan yang tinggi. Kalau sudah ada kemauan tinggi dan terlaksana dan mendapatkan bantuan dari perbankan dan kesempatan yang terbuka, maka akan lebih baik," demikian Peggy.
Kegiatan diskusi kemarin antara lain dihadiri para wirausahawan muda Sulut, Kepala Bank Indonesia Perwakilan Sulut, Suhaedi, Anggota DPRD Manado, Andrey Angoy, Owner IT Center, Jimmy Asiku, Enterpreneurship University Manado, Joseph Pardede, tokoh perbankan seperti dari BNI, BRI, dan Bank Sulut, Direktur Megamas, alumni International Business Administration (IBA) Unsrat, mahasiswa Fakultas Ekonomi Unika De La Salle Manado, dan akademisi. Kegiatan tersebut disponsori Bank BNI yang didukung BI Perwakilan Sulut. (def/ika/jhp)
Sumber: Tribun Manado 9 Agustus 2012 hal 1