TENTANG kerusakan jalan di Kota Manado, pengamat masalah Tata Kota Dr Veronica Kumurur pernah melukiskan dengan kata kiasan. Manado seperti seorang noni (gadis) yang sudah berdandan cantik tapi memakai baju robek. Keindahan Manado, siapa pun pasti mengacungi jempol. Tapi keindahan itu tidak disertai kenyamanan ketika seseorang jalan-jalan menikmati kota berbukit dengan bibir pantainya yang seksi tersebut.
Kerusakan jalan di Kota Manado, baik jalan protokol maupun jalan penghubung sungguh menodai tata wajah ibu kota Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) ini. Siapapun yang jalan-jalan di kota Nyiur Melambai ini akan menikmati ketidaknyaman. Selain kerap terjebak kemacetan arus lalulintas, banyaknya titik jalan yang bopeng memberi kesan kuat Manado tak ubahnya seperti sebuah desa besar.
Kita tidak meragukan keseriuan pemerintah daerah, baik pemerintah provinsi Sulut maupun Pemerintah Kota (Pemko) Manado membenahi kerusakan fasilitas vital tersebut. Tetapi kita juga tidak menutup mata terhadap suara-suara di tengah masyarakat yang masih saja mengeluh tentang belum memadainya pembenahan jalan rusak.
Pantauan Tribun Manado dalam beberapa hari terakhir menemukan kenyataan betapa wajah jalan di Kota Manado masih bopeng di mana-mana, baik di jalan protokol maupun jalan penghubung, baik di jalan provinsi maupun jalan yang menjadi tanggung jawab Pemko Manado.
Contoh jalan bopeng terlihat misalnya di jalan baru Tugu Adipura Kecamatan Mapanget, Jalan Mangga dan Maengket. Kerusakan jalan terparah berada di Kelurahan Kairagi I, dekat titik masuk ke jalan Jalan A.A Maramis (jembatan Kairagi). Di sana ada lubang menganga hampir selebar jalan tersebut.
Kerusakan pun terlihat mulai dari jalan depan lokasi pergudangan di Kombos Timur. Warga sekitar kerap berinisiatif menutup kerusakan dengan material tanah dan batu. Namun, langkah itu tak bertahan lama karena saat hujan material penutup jalan rusak lagi dihanyutkan air. Kerusakan lain terlihat di Jalan Politeknik -Tumiting, Jalan Arie Lasut yang masuk kawasan Kombos Timur, Kecamatan Singkil, sebagian Jalan Babe Palar (Wanea), jalan menuju Pasar Karombasan, .Jalan Daan Mogot di kelurahan Tikala Baru Kecamatan Tikala dan wilayah lainnya.
Dengan mengungkap fakta semacam ini harapan kita adalah keseriusan pemerintah itu hendaknya bisa mereka buktikan melalui langkah konkret. Rencana perbaikan jalan yang sudah dianggarkan dalam APBD, jangan lagi ditunda atau dipending.
Mengingat musim hujan sudah di depan mata, kerusakan jalan di Kota Manado akan semakin parah bila tidak dibenahi segera.
Kiranya semua memaklumi bahwa jalan merupakan urat nadi perekonomian. Jika sarana vital itu diabaikan maka dampak negatifnya sangat besar bagi masyarakat. Merawat jalan adalah cara terbaik mempertahankan kecantikan wajah Manado dan kenyamanan penghuninya.*
Sumber: Tribun Manado 31 Oktober 2013 hal 10