ilustrasi |
Demikian pengakuan dokter di Kota Kupang, seperti dokter Rita Enny, M.Kes, dokter spesialis anak, dr. Hendrik Tokan, SpA dan dokter Yudith Marietha Kota, dikonfirmasi di tempat berbeda pekan lalu.
Ketiga dokter ini dinilai pasiennya sebagai dokter bertangan dingin. Ternyata bukan hanya ketiga dokter ini saja di Kota Kupang ini karena masih ada dokter-dokter lainnya yang juga dinilai "cocok" dan jumlah pasiennya juga tidak sedikit.
Oleh karena merasa cocok maka tak heran, setiap hari tak sedikit pasien atau masyarakat yang datang berobat ke tempat praktik dokter dimaksud. Disaksikan Pos Kupang, Kamis (28/1/2016) malam, dokter Rita yang buka praktik di Jalan RW Monginsidi III Nomor 21 Walikota-Kupang misalnya, setiap hari rata-rata pasiennya tak kurang dari 20 orang bahkan bisa sampai 40-an pasien. Pemeriksaan dilakukan dari hari Senin - Sabtu. Untuk hari Senin - Jumat pelayanan dilakukan dua kali mulai pukul 06.00 -07.00 Wita dan sore hari pukul 17.00 -21.00 Wita dengan rata-rata pasien 20-35 orang. Sedangkan hari Sabtu sampai pukul 09.00 Wita.
Ini artinya dalam satu kali praktik selama empat jam pada sore hari, satu pasien dilayani 6 -12 menit. Dan pada pagi hari selama 1 jam, sekitar 5 pasien maka setiap pasien dilayani sekitar 12 menit.
Hal yang hampir sama terjadi juga di tempat praktik dokter Hendrik Tokan di Jalan Nangka Nomor 12 B Oeba Kupang. Di sana, praktik dimulai pukul 18.00 Wita hingga pukul 20.30 Wita atau 2,5 jam, dengan jumlah sekitar 15 -20 pasien per hari. Artinya rata-rata setiap pasien dilayani 7,5 sampai 10 menit.
Sementara itu di tempat praktik dokter Yudith Marietha Kota di Jalan Piet A Tallo, Penfui Kupang, praktik juga dibuka dua kali sehari. Pagi hari mulai pukul 06.00-07.30 Wita dan sore hari pukul 18.00 sampai selesai. Pelayanan pagi dan sore hari itu dilakukan agar bisa melayani pasiennya yang tidak sedikit jumlahnya setiap hari.
Pantauan Pos Kupang di ketiga tempat praktik dokter itu, sejak sepekan terakhir, terlihat pada sore hari sejumlah pasien sudah mendaftar mulai pukul 17.00 Wita meskipun dokter baru datang melakukan pemeriksaan sekitar pukul 17.30 atau 18.00 Wita. Sedangkan pada pagi hari, pasien sudah berada di tempat praktik dokter Yudith dan Rita sejak pukul 05.30 Wita. Bahkan ada yang memilih nomor antrian sudah dari siang hari untuk diperiksa sore hari.
Sejumlah pasien Maria, warga Oebobo dan Elisabeth, warga Kelapa Lima yang ditemui tanggal 26 dan 28 Januari 2016 mengaku sangat terbantu dengan adanya praktik dokter pagi hari. "Saya jadi punya pilihan saat sakit. Kalau tidak sempat datang malam, maka pagi-pagi saya bisa ke sini," kata Elisabeth yang sudah 20 tahun menjadi pasien dokter Yudith.
Menurut Elisabeth, meski mengantre untuk diperiksa di tempat praktik, dia tetap nyaman. Bahkan meski tidak menggunakan BPJS saat berobat baginya tak masalah. "Saya sudah terlanjur cocok dan nyaman dengan Dokter Yudith," kata Elisabeth yang mulai ditangani dr. Yudith sejak tahun 1990-an itu.
Maria Mince Aliandu mengatakan, dia, suaminya, Adrianus dan dua anaknya, Deril dan Elma sudah menjadi pasien dr. Yudith sejak tahun 1990-an. "Cara dr. Yudith menyambut pasien, bicara dan memperlakukan pasien sangat baik. Banyak diskusi, mencari jalan keluar, bikin kita nyaman," kata Maria, Kamis (28/1/2016).
Sedangkan Irna, Donatus Kelen dan Dance Non, mengaku sudah nyaman dengan dokter Hendrik Tokan. Jika anak-anak mereka sakit, pasti langsung dibawa berobat ke tempat praktik dokter Hendrik. Dan jika harus diopname mereka memilih RSU Kupang agar bisa tetap dilayani dr. Hendrik.
Ditemui di RSU Kupang, Selasa (26/1/2016) siang, Dance mengatakan, hari itu anaknya, Putra Non batuk dan diare. Dia langsung membawa ke RSU Kupang karena hari itu dokter Hendrik bertugas di sana. "Dari pada tunggu sore ke tempat praktiknya, lebih baik saya bawa ke RSU Kupang karena dr Hendrik tugas di rumah sakit itu," kata Dance.
Dokter Hendrik, dr. Rita dan dr. Yudith mengaku tak bisa menolak pasien yang datang ke tempat praktiknya, meski sudah lewat jam praktik. "Kadang sudah mau tutup praktik, ada yang telepon, dokter bisa kah kami ke sana, anak saya sakit. Nah kalau sudah begitu ya saya tidak bisa menolak pasien. Mereka tentu sangat membutuhkan pertolongan. Dan biasanya saya tunggu mereka datang, periksa baru kemudian tutup praktik," kata dr. Hendrik, Selasa (26/1/2016).
Meski spesialisasi anak, dr. Hendrik juga melayani pasien usai balita hingga dewasa. Dokter Hendrik mengatakan, tidak memiliki patokan waktu untuk memeriksa pasien. Namun setiap praktik dia hanya melayani sekitar 20 pasien. "Kalau di atas 20 pasien, konsentrasi mulai menurun," kata dr. Hendrik.
Dalam melayani 20 pasien, dr. Hendrik memastikan menjalani semua tahapan pemeriksaan dengan cara dan pengalamannya. Karena itu meski satu pasien hanya diperiksa sekitar 12 menit, dia tetap melalui setiap tahapan yang standar.
Dr. Rita dan dr. Yudith, mengatakan, bagi seorang dokter, jika ada orang yang sakit dan membutuhkan pertolongan medis maka harus segera ditangani dan tidak boleh ditolak. Karena itu, pasien dewasa, remaja, anak-anak dan balita tetap ditangani, meskipun keduanya bukan dokter spesialisasi anak.
"Bagi saya pribadi, saya tidak boleh menolak pasien yang datang berobat ke sini. Silahkan saja. Yang bisa saya tangani akan saya tangani. Jika harus dirujuk ke dokter spesialisasi akan saya rujuk," kata dr. Rita yang mengaku tetap kosentrasi melayani setiap pasien yang datang dan kebanyakan anak-anak.
Seperti hari itu, sebanyak 35 pasien dilayaninya sekitar 2,5 jam. "Jam begini sudah selesai pemeriksaannya. Biasanya kalau anak-anak lebih cepat diperiksa, kalau pasien dewasa agak lama. Namun setiap tahap pemeriksaan saya lalui seperti inspeksi, palpasi dan perkusi dan lainnya," aku dr. Rita.
Mengenai dokter favorit bagi pasien, dokter Yudith mengatakan, semua tergantung selera, penilaian dan kenyamanan yang dirasakan pasien. Karena semua orang tentu tidak sama penilaianannya dan keinginannya. "Setiap orang tentu punya dokter idolanya masing-masing. Tergantung bagaimana dia nyaman dengan si dokter," kata dr. Yudith.
Menurut dr. Yudit, semua dokter bisa menjadi favorit jika melayani pasien dengan profesional dan tulus. Menurutnya, dokter juga harus mengantongi nomor telepon pasien dan sering menyapa dan menanyakan kondisi pasiennya sehingga ada ikatan moril antara dokter dan pasien. "Saya selalu berpesan seperti itu dengan para dokter muda. Pasien harus diperiksa secara profesional, komunikasi, periksa baru berikan obat. Masa tidak periksa lalu kasih obat. Jangan mencontohi tindakan yang salah dari senior. Dokter juga harus bisa menyemangati pasien," kata dr. Yudith. (vel)
Sumber: Pos Kupang 2 Februari 2016 hal 1