ilustrasi |
TAK mampu memenuhi kebutuhan air bersih bagi warga Kota Kupang oleh PDAM dijadikan cela bisnis oleh segelintir masyarakat kita. Bisnis ini hadir di kala masyarakat berteriak dan mengumpat PDAM dengan kata-kata kasar.
Bisnis ini hadir di tengah masyarakat yang dirundung tanda tanya mengapa air di jaringan perpipaan tidak meneteskan air. Mengapa hanya menghembuskan angin tetapi tagihan setiap bulan melonjak. Pertanyaan tersebut mendapat jawaban klise dari PDAM Kabupaten Kupang maupun PDAM Kota Kupang.
Ya...bisnis mobil tangki air bersih hadir untuk memenuhi dahaga masyarakat Kota Kupang dan daerah lainnya di NTT yang tak mendapatkan setetes air pun dari PDAM dalam rentang waktu tertentu. Bayangkan saja, untuk wilayah BTN hampir sebulan lebih tidak dialiri air PDAM. Belum lagi daerah Alak yang tidak merasakan air sejak lama, tetapi terkesan tak dihiraukan keluhan mereka kepada perusahaan daerah itu, kendati mereka adalah pelanggan setianya.
Bisnis mobil tangki air bersih ini mendapat orderan tinggi saat masyarakat didera kekeringan yang panjang seperti saat ini. Dalam kondisi seperti ini pemilik dan sopir sampai menolak permintaan warga yang membutuhkan air bersih lantaran banyaknya permintaan.
"Saat musim panas, kami sampai menolak yang mau beli air. Lantaran ada yang berani bayar tinggi akhirnya ada sopir yang berani melayaninya," ujar Nula, salah satu sopir mobil tangki yang ditemui Pos Kupang di pengisian air mobil tangki air di Oesapa, Senin (25/1/2016) siang.
Nula menjelaskan, bila musim kemarau tiba, satu sopir bisa mengantar air bersih kepada konsumen hingga belasan kali. Harganya pun bervariasi tergantung jauh dekatnya rumah pemesan.
"Bila dekat dan gampang jalannya serta tak membutuhkan selang panjang paling hanya Rp 70.000 per 5.000 liter. Namun bila rumah pemesannya jauh, membutuhkan selang panjang sehingga boros bahan bakar kami mematok harga hingga Rp 100.000 untuk 5.000 liter air bersih," jelas Nula.
Meski musim hujan tiba, para sopir mobil tangki tidak khawatir dengan orderan air bersih. Sebab, saat musim hujan air PDAM juga terkadang keruh dan berlumpur karena sistem penyaringannya yang tidak bagus. Selain masing-masing sopir sudah memiliki langganan sendiri. Para langganan itu memutuskan tidak berlangganan air bersih dari PDAM lantaran tidak jelas waktu mengalir.
"Kalau dihitung warga memilih menggunakan air tangki penggunaan yang hemat paling hanya dua mobil tangki dalam sebulan dengan biaya Rp 200.000. Dengan biaya yang sama, warga harus membayar kepada PDAM, tetapi tidak jelas waktu mengalir airnya," tandas Nula.
Senada dengan Nula, Eben sopir mobil tangki lainnya mengatakan, ia sampai kewalahan melayani pemesan air saat musim kemarau. Namun saat musim hujan, ordernya tidak banyak lantaran ia belum memiliki banyak langganan.
"Kalau sanggup sampai tengah malam, kami bisa melayani hingga belasan kali. Harga tergantung jarak dan panjang selang. Paling murah Rp 70 ribu dan paling mahal Rp 100.000. Kalau BTN sampai Rp 150.000 lantaran jauh dan banyak tanjakan sehingga memakan banyak waktu dan bahan bakar," ungkap Eben.
Meski banyak langganan dan mengirim berkali-kali ke konsumen, Eben mengatakan, pihaknya tetap menjaga kebersihan mobil tangki airnya. Mereka tak lupa menyiram tangki setelah pengisian air terakhir agar endapan tanah tak berada di dasar mobil tangki.
Sementara itu Vinsen, yang baru saja menjadi sopir mobil tangki selalu mendapatkan order meski tak sebanyak sopir-sopir lama. Apalagi persaingan usaha penyedia air bersih dengan mobil tangki di wilayah Kota Kupang makin banyak.
"Kalau dihitung sekitar ratusan mobil tangki beroperasi di Kota Kupang. Hanya saja tidak ada perkumpulannya sehingga semua pengusaha berjalan sendiri-sendiri," ungkap Vinsen. (muhlis al alawi)
Sumber: Pos Kupang 1 Februari 2016 hal 1