Humas

DUA puluh orang dari berbagai instansi pemerintah, militer, kepolisian, lembaga swadaya masyarakat (LSM), lembaga keagamaan dan perguruan tinggi berkumpul di Jl. Fetor Foenay, Kolhua-Kupang. Berkumpul, berdiskusi dan belajar sepanjang pekan di salah satu ruang sejuk Badan Diklat Propinsi NTT. Kebersamaan enam hari yang menggembirakan. Ada saat mengerutkan kening. Ada waktu terbahak-bahak. Menyadari betapa banyak kekurangan yang perlu dibenah.

Menarik sekali mengikuti jalannya pelatihan jurnalistik bagi aparat Hubungan Masyarakat (Humas) yang diselenggarakan Indonesia Australia Specialised Training Project (IASTP) III di Kupang tanggal 14-19 Juli 2008. Program ini bernaung di bawah payung kemitraan Pemerintah Indonesia dan Australia. Bagi publik Flobamora, terutama kalangan pemerintah, nama IASTP tentunya tidak asing lagi.

Pelatihan bertajuk Journalism for Public Relation Officers Training itu tampil beda. Beda warna, gaya dan isi dibandingkan pelatihan serupa yang pernah ada. Kekurangan tak dipungkiri tetapi peserta mendapat tambahan pengetahuan dan keterampilan. Demikian yang mereka tuturkan pada saat evaluasi menjelang acara penutupan Sabtu petang, 19 Juli 2008.

Sebagai mentor lokal IASTP di NTT, beta tak sanggup menolak penilaian tersebut. Senyum pun tersungging di bibir Key Tokan Abdul Asis, Kepala Biro LKBN ANTARA Kupang. Key Tokan bersama kru ANTARA Kupang adalah orang-orang yang sibuk mengurus segala sesuatu demi suksesnya pelatihan tersebut.

Sprint Consultant sebagai training provider bersama LKBN ANTARA (agen nasional dalam pelatihan di bidang jurnalistik), kali ini menghadirkan pelatih dan mentor berkompeten. Mereka pakar public relation (PR), pakar komunikasi, wartawan senior dan berpengalaman.

Berbahagialah ke-20 peserta karena tuan dan puan menerima ilmu dari orang yang tepat. Perlu disebut nama mereka di sini. Dua pelatih berasal dari Australia, Andrew Dodd dan Mariane Kearney. Pelatih dari Jakarta, Martiningsih Agung Chandra, Ignatius Haryanto dan Zainal, mentor Pusat IASTP dari LKBN ANTARA Jakarta. Martiningsih adalah staf pengajar di bidang public relation. Ignatius Haryanto sehari-harinya adalah Direktur Eksekutif Lembaga Studi Pers dan Pembangunan (LSPP) dan Direktur Program Mochtar Lubis Award yang 18 Juli 2008 lalu memberi penghargaan bagi para wartawan Indonesia yang membuat karya jurnalistik terbaik.

Tak lupa menyapa Wijanarko, Diana dan Rudi dari Sprint yang setia melayani kebutuhan pelatih dan peserta selama enam hari. Dan, Joy, penerjemah Andrew Dodd yang baru lancar menyebut kata terima kasih, bagus sekali, sampai jumpa.

Suasana menggairahkan terpancar sejak hari pertama ketika pembicara tamu Magdalena Wenas "membakar" para peserta tentang pentingnya tugas kehumasan. Wenas yang energik itu membongkar paradigma lama-- terutama di lingkungan pemerintah -- bahwa Humas itu tempat buangan. Pernyataan yang kembali ditegaskan Humas PT PLN (Persero) Wilayah NTT, Paul Bolla pada evening seminar di pinggir kolam renang Hotel Kristal-Kupang, Rabu (16/7/2008) malam.

Warna beda pelatihan IASTP III terletak pada metodenya yang inklusif dan sungguh menerapkan pembelajaran orang dewasa. Pesertalah yang aktif, bukan pelatih atau mentor. Suasana diciptakan sedemikian rupa sehingga selalu menyenangkan. Peserta bosan adalah haram hukumnya. Selama enam hari tak ada yang mengantuk di kelas. Semua terlibat aktif, baik dalam kelompok maupun tugas perorangan. Peserta juga dikejutkan dengan situasi krisis dan studi kasus sehingga mereka dituntut selalu siap untuk olah pikir dan beraksi.

Kearney, Dodd, Martiningsih dan Zainal membimbing peserta satu per satu. Mereka ikut turun lapangan ke Pantai Oeba dan Oesapa pada hari kedua pelatihan untuk melihat potret "kemiskinan NTT" dari sudut pandang beragam. Hasil studi lapangan itu menjadi bahan bagi peserta untuk dikampanyekan dalam kapasitasnya sebagai public relation atau staf humas.

Pelatihan itu juga menghadirkan empat wartawan senior yang menggugat, mengobok-obok dan menguji peserta saat simulasi jumpa pers. Luar biasa! Ke-20 peserta itu "lulus ujian" dan berhak mendapat sertifikat, suatu tanda bahwa mereka boleh pulang ke instansi atau organisasinya dengan bekal pengetahuan baru, cara berpikir dan wawasan baru.

Mudah-mudahan ke-20 peserta sungguh membawa semangat baru di tempat kerja masing-masing. Meyakinkan kepada atasan serta rekan kerja mereka bahwa tugas kehumasan itu sangat strategis karena menyangkut citra institusi. Ketika kita getol bercakap-cakap tentang akuntabilitas dan transparansi, mengemas public relation secara profesional merupakan jawabannya. Tidak bisa tidak! Ketertinggalan NTT antara lain karena fungsi public relation kita lemah dan tidak serius diurus.
Di rumah besar Flobamora, masih banyak orang berpikir tugas aparat Humas atau Infokom sekadar membuat siaran pers. Peran mereka lebih dari itu dan luas cakupannya.

Memang, tak ada jalan pintas untuk mengubah paradigma lama. Perubahan apapun butuh proses. Maka pesan penting dari pelatihan 14-19 Juli 2008 adalah Rencana Aksi. Mari beraksi mulai dari hal-hal kecil dan sederhana sebagaimana prinsip IASTP: visi tanpa aksi hanyalah mimpi. Aksi tanpa visi cuma membuang-buang energi. Untuk mengubah dunia, mulailah dengan mengubah diri sendiri dan lingkungan sekitarmu. Ayo, kawan-kawan jangan lupa Action Plan dengan kriteria SMART! * (email: dionbata@poskupang.co.id)

Rubrik Beranda Kita (BETA) Pos Kupang edisi Senin, 21 Juli 2008 halaman 1
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best WordPress Themes