TEPUK tangan membahana di Lantai I Kantor Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) di Jl. El Tari - Kupang Selasa pagi itu, 1 Juli 2008. Aplaus meriah lebih dari sekali. Banyak senyum dan tawa di wajah. Rangkulan dan jabat tangan erat. Dua figur familiar dalam enam bulan terakhir didaulat pose bersama oleh para wartawan sambil berangkulan.
Ini sekilas cuplikan suasana pelepasan Kontingan NTT yang akan berlaga di Pekan Olahraga Nasional (PON) XVII/2008 di Kalimatan Timur (Kaltim). Kontingen NTT berkekuatan 47 atlet dan 20 pelatih/ofisial akan bertanding di tujuh cabang olahraga yakni kempo, tinju, atletik, pencaksilat, taekwondo, sepaktakraw dan bermotor. Ketika tuan dan puan membaca tulisan ini, sebagian atlet kita sedang bertanding di berbagai kota Kaltim mulai dari Tenggarong, Bontang, Samarinda, Balikpapan hingga Tarakan. Mereka memeras keringat, mengeluarkan seluruh kemampuan terbaik demi keharuman nama Flobamora.
Tepuk tangan meriah 1 Juli itu karena beberapa alasan. Yang paling menggairahkan adalah janji Wakil Gubernur NTT, Drs. Frans Lebu Raya ketika melepas secara resmi keberangkatan Kontingen NTT. Wagub mengumumkan bahwa Pemerintah Propinsi (Pemprop) dan KONI NTT akan memberikan bonus senilai Rp 50 juta untuk setiap medali emas yang diraih atlet. Medali perak dihargai Rp 35 juta dan Rp 20 juta untuk medali perunggu.
"Untuk memotivasi para atlet pemerintah harus memberikan sedikit rangsangan. Tapi bonus ini bukan tujuan utama. Yang utama bagi adik-adik adalah meraih prestasi yang paling tinggi. Bonus ini bukan berarti membebani saudara dengan target berapa medali yang harus diraih. Tapi apa yang diberikan ini harus dipertanggungjawabkan kepada rakyat dengan memberikan prestasi terbaik bagi mereka," kata Lebu Raya kala itu.
Menyebut bonus dengan jumlah pasti merupakan tradisi baru pemerintah daerah ini. Pada waktu yang lalu, pemerintah juga menjanjikan bonus namun tidak secara terang-terangan menyebut angka. Rupanya zaman berubah dan tradisi baru sedang ditumbuhkan. Suatu langkah positif dalam mendorong semangat juang para atlet. Sisi menarik lainnya adalah jumlah bonus -- yang tentunya bersumber dari APBD NTT itu -- rasanya terbesar dalam sejarah keikutsertaan NTT di arena pesta olahraga di Tanah Air.
Di PON 2008, NTT tidak menetapkan target yang muluk-muluk. NTT tahu diri dengan keterbatasan. Jika dilukiskan sebagai target, maka hal itu tertangkap lewat pernyataan Ketua Harian KONI, Ir. Esthon Foenay, M.Si. Menurut Esthon, atlet NTT hendaknya bisa mempertahankan perolehan medali PON 2004 di Palembang.
Empat tahun lalu NTT merebut delapan medali emas, empat medali perak, empat perunggu dan berada di posisi ke-17 dari 32 propinsi peserta PON.
Bonus bukan tujuan utama seperti kata Frans Lebu Raya yang juga Wakil Ketua Umum I KONI Propinsi NTT. Namun, janji tersebut setidaknya menjadi pelecut semangat bertanding para atlet Flobamora dan harus ditepati pada waktunya.
Toh mempertahankan prestasi PON 2004 bukan perkara mudah. Sebagian atlet andalan NTT yang empat tahun lalu menyumbang medali, sekarang sudah membela propinsi lain. Sebut misalnya pelari kenamaan NTT, Oliva Sadi dan Ferry Subnafeu. Mereka pindah ke Propinsi Kaltim yang kini menjadi tuan rumah PON karena nasibnya tidak diperhatikan di kampung sendiri. Jika dilitanikan, masih banyak nama atlet NTT yang tahun ini membela panji daerah lain. Mereka umumnya pindah karena ingin meraih masa depan lebih baik.
Empat tahun lalu dan tahun-tahun sebelumnya, janji paling sering dilontarkan para pejabat adalah memprioritaskan atlet berprestasi NTT pada saat penerimaan CPNSD. Janji ternyata tinggal janji. Pada saat penerimaan CPNSD, putra-putri terbaik yang telah mengharumkan nama Flobamora tidak diakomodir. Banyak alasan diungkap dan dibeberkan panjang lebar. Kita cuma menarik satu kesimpulan, alasan mereka yang kuat kuasa itu sekadar basa-basi dan membela diri -- untuk tidak menyebutnya sebagai pembohong!
Rumah besar Flobamora baru saja menggelar pesta demokrasi memilih pemimpin secara langsung oleh rakyat. Pemimpin NTT pun sudah terpilih. Harapan Anda dan beta mungkin simpel saja seperti ini. Duet Fren (Frans Lebu Raya-Esthon Foenay) yang selama kampanye Pilgub 2008 disebut sebagai pasangan muda-energik, paham dan dekat dengan masyarakat olahraga NTT -- kiranya tidak mengulang kekeliruan masa lalu. Memperhatikan dengan sungguh-sungguh nasib atlet merupakan salah satu pekerjaan rumah pemimpin NTT yang baru. Kepada atlet NTT yang sedang berlaga di PON 2008, beta ucapkan selamat berjuang. Kibarkan Panji Flobamora di bumi Borneo, Kalimantan! *(email: dionbata@poskupang.co.id)
Beranda Kita Pos Kupang edisi Senin, 7 Juli 2008, halaman 1
Ini sekilas cuplikan suasana pelepasan Kontingan NTT yang akan berlaga di Pekan Olahraga Nasional (PON) XVII/2008 di Kalimatan Timur (Kaltim). Kontingen NTT berkekuatan 47 atlet dan 20 pelatih/ofisial akan bertanding di tujuh cabang olahraga yakni kempo, tinju, atletik, pencaksilat, taekwondo, sepaktakraw dan bermotor. Ketika tuan dan puan membaca tulisan ini, sebagian atlet kita sedang bertanding di berbagai kota Kaltim mulai dari Tenggarong, Bontang, Samarinda, Balikpapan hingga Tarakan. Mereka memeras keringat, mengeluarkan seluruh kemampuan terbaik demi keharuman nama Flobamora.
Tepuk tangan meriah 1 Juli itu karena beberapa alasan. Yang paling menggairahkan adalah janji Wakil Gubernur NTT, Drs. Frans Lebu Raya ketika melepas secara resmi keberangkatan Kontingen NTT. Wagub mengumumkan bahwa Pemerintah Propinsi (Pemprop) dan KONI NTT akan memberikan bonus senilai Rp 50 juta untuk setiap medali emas yang diraih atlet. Medali perak dihargai Rp 35 juta dan Rp 20 juta untuk medali perunggu.
"Untuk memotivasi para atlet pemerintah harus memberikan sedikit rangsangan. Tapi bonus ini bukan tujuan utama. Yang utama bagi adik-adik adalah meraih prestasi yang paling tinggi. Bonus ini bukan berarti membebani saudara dengan target berapa medali yang harus diraih. Tapi apa yang diberikan ini harus dipertanggungjawabkan kepada rakyat dengan memberikan prestasi terbaik bagi mereka," kata Lebu Raya kala itu.
Menyebut bonus dengan jumlah pasti merupakan tradisi baru pemerintah daerah ini. Pada waktu yang lalu, pemerintah juga menjanjikan bonus namun tidak secara terang-terangan menyebut angka. Rupanya zaman berubah dan tradisi baru sedang ditumbuhkan. Suatu langkah positif dalam mendorong semangat juang para atlet. Sisi menarik lainnya adalah jumlah bonus -- yang tentunya bersumber dari APBD NTT itu -- rasanya terbesar dalam sejarah keikutsertaan NTT di arena pesta olahraga di Tanah Air.
Di PON 2008, NTT tidak menetapkan target yang muluk-muluk. NTT tahu diri dengan keterbatasan. Jika dilukiskan sebagai target, maka hal itu tertangkap lewat pernyataan Ketua Harian KONI, Ir. Esthon Foenay, M.Si. Menurut Esthon, atlet NTT hendaknya bisa mempertahankan perolehan medali PON 2004 di Palembang.
Empat tahun lalu NTT merebut delapan medali emas, empat medali perak, empat perunggu dan berada di posisi ke-17 dari 32 propinsi peserta PON.
Bonus bukan tujuan utama seperti kata Frans Lebu Raya yang juga Wakil Ketua Umum I KONI Propinsi NTT. Namun, janji tersebut setidaknya menjadi pelecut semangat bertanding para atlet Flobamora dan harus ditepati pada waktunya.
Toh mempertahankan prestasi PON 2004 bukan perkara mudah. Sebagian atlet andalan NTT yang empat tahun lalu menyumbang medali, sekarang sudah membela propinsi lain. Sebut misalnya pelari kenamaan NTT, Oliva Sadi dan Ferry Subnafeu. Mereka pindah ke Propinsi Kaltim yang kini menjadi tuan rumah PON karena nasibnya tidak diperhatikan di kampung sendiri. Jika dilitanikan, masih banyak nama atlet NTT yang tahun ini membela panji daerah lain. Mereka umumnya pindah karena ingin meraih masa depan lebih baik.
Empat tahun lalu dan tahun-tahun sebelumnya, janji paling sering dilontarkan para pejabat adalah memprioritaskan atlet berprestasi NTT pada saat penerimaan CPNSD. Janji ternyata tinggal janji. Pada saat penerimaan CPNSD, putra-putri terbaik yang telah mengharumkan nama Flobamora tidak diakomodir. Banyak alasan diungkap dan dibeberkan panjang lebar. Kita cuma menarik satu kesimpulan, alasan mereka yang kuat kuasa itu sekadar basa-basi dan membela diri -- untuk tidak menyebutnya sebagai pembohong!
Rumah besar Flobamora baru saja menggelar pesta demokrasi memilih pemimpin secara langsung oleh rakyat. Pemimpin NTT pun sudah terpilih. Harapan Anda dan beta mungkin simpel saja seperti ini. Duet Fren (Frans Lebu Raya-Esthon Foenay) yang selama kampanye Pilgub 2008 disebut sebagai pasangan muda-energik, paham dan dekat dengan masyarakat olahraga NTT -- kiranya tidak mengulang kekeliruan masa lalu. Memperhatikan dengan sungguh-sungguh nasib atlet merupakan salah satu pekerjaan rumah pemimpin NTT yang baru. Kepada atlet NTT yang sedang berlaga di PON 2008, beta ucapkan selamat berjuang. Kibarkan Panji Flobamora di bumi Borneo, Kalimantan! *(email: dionbata@poskupang.co.id)
Beranda Kita Pos Kupang edisi Senin, 7 Juli 2008, halaman 1