Saatnya Konsolidasi

PEKAN Olahraga Nasional (PON) 2008 telah berakhir 17 Juli 2008. Kontingen Propinsi Jawa Timur (Jatim) keluar sebagai juara umum PON dengan perolehan 139 medali emas, 114 perak dan 111 medali perunggu. Urutan kedua diraih DKI Jakarta dengan 122 medali emas, 118 perak dan 123 perunggu. Sedangkan tuan rumah Kalimantan Timur berada di urutan ketiga dengan koleksi 116 medali emas, 110 perak dan 115 medali perunggu.

Kontingen Nusa Tenggara Timur (NTT) berada di urutan ke-24 dari 33 propinsi peserta PON 2008. NTT meraih tiga medali emas, empat medali perak dan enam medali perunggu. Tiga medali emas dipersembahkan kenshi Ana Yunita Gelu dan Juliana Toh (cabang kempo) dan Deni Hitarihun (tinju).

Medali perak direbut Yanto Fallo (tinju), Andi Samol, Tezar Ismail (kempo) dan Adriana Waru (atletik). Medali perunggu disumbangkan atlet senior Tersiana Riwu Rohi, Mery Paijo (atletik), Veronika Hakim (kempo), Roy Hamad, Dudy Baranuri (taekwondo) dan Getrudis Taek (tinju).

Di PON 2008, NTT mengirim 47 atlet dari tujuh cabang olahraga yaitu cabang kempo, tinju, pencaksilat, taekwondo, atletik, sepaktakraw dan bermotor. Cabang kempo dan tinju mempertahankan tradisi medali emas. Sedangkan cabang atletik yang selama bertahun-tahun menjadi andalan NTT untuk meraih emas di ajang PON, kali ini tidak terwujud. Cabang atletik hanya menyumbang medali perak. Prestasi NTT di PON 2004 merosot jauh dibandingkan PON sebelumnya. Di Palembang Sumatera Selatan tahun 2004, kontingen NTT berada di urutan ke-17 dengan perolehan delapan medali emas, empat medali perak, empat perunggu. Prestasi empat tahun lalu merupakan yang terbaik sepanjang sejarah keikutsertaan NTT dalam pesta olahraga multievent terbesar di Indonesia tersebut.

Perolehan medali yang sangat minim di Kalimantan Timur 2008 tentu mengecewakan meski sejak awal KONI Propinsi NTT tidak mematok target karena menyadari kemampuan para atlet yang lolos PON 2008 serta berbagai kendala selama persiapan.
Menurut pandangan kita, hasil yang diraih pada PON Kaltim 2008 menjadi bahan refleksi bagi para pengurus cabang olahraga baik di tingkat propinsi maupun kabupaten/kota, para pembina, pelatih serta para atlet sendiri. Hasil PON 2008 menunjukkan betapa daerah lain lebih baik persiapannya dan meraih prestasi memuaskan.

Langkah segera yang perlu dilakukan KONI NTT adalah mengevaluasi hasil PON 2008. Mencari tahu kelemahan dan kekurangan serta hal-hal positif yang dipetik. Selanjutnya melakukan konsolidasi. Konsolidasi ini luas cakupannya. Bisa diawali dengan konsolidasi organisasi. Tidak sedikit organisasi cabang olahraga di daerah ini yang butuh penyegaran. Butuh pengurus baru yang lebih dinamis dengan program kerja sistematis dan terukur. Pengurus "cuma nama" perlu diperbarui. Adalah peran dan tanggung jawab KONI Propinsi NTT untuk mendorong terwujudnya hal tersebut.

Model pembinaan atlet setiap cabang olahraga, terutama cabang olahraga prioritas NTT, perlu dievaluasi. Boleh jadi metode pembinaan selama ini tidak cocok lagi. Diperlukan terobosan baru agar atlet-atlet NTT lebih berprestasi sampai tingkat internasional. Sejak berakhirnya era kejayaan petinju Hermensen Ballo, belum ada lagi atlet penerus langkah Hermensen Ballo.

Soal klasik yang telah berkali-kali kita singgung menyangkut perhatian terhadap masa depan atlet Flobamora. Sebagai pimpinan KONI Propinsi NTT, kita yakin Gubernur NTT, Drs. Frans Lebu Raya dan Wakil Gubernur, Ir. Esthon L Foenay, M.Si sangat memahami kebutuhan tersebut. Mudah-mudahan kealpaan masa lalu tidak terulang. Atlet NTT yang dibina dengan susah payah hingga menjadi juara nasional, akhirnya pindah ke daerah lain karena masa depannya tidak diperhatikan di kampung sendiri.

Menyimak hasil PON 2008, kita "sakit hati" melihat sumbangan atlet NTT bagi daerah yang meminang mereka. Sebagai contoh, atlet NTT yang mutasi ke Kalimantan Timur menyumbang empat medali emas. Empat emas itu datang dari cabang atletik lewat Fery Subnafeu di nomor marathon putri. Di cabang kempo atlet asal NTT, Kamilus de Lero dan Yules Umbu Pulu masing-masing menyumbang satu medali emas. Satu emas lainnya disumbang cabang taekwondo lewat Alfred Blegur.

Selain emas, Fery Subnafeu juga menyumbang dua medali perak bagi Kaltim di nomor lari 10.000 dan 5.000 meter. Atlet asal NTT lainnya yang pada PON 2004 merebut dua emas dan satu perak bagi NTT, Oliva Sadi, menyumbang medali perak untuk Kaltim dari nomor lari 1.500 meter putri. Masih banyak atlet NTT yang membela daerah lain. Bayangkan kalau mereka membela NTT di PON 2008, perolehan medali kita tentunya lebih dari tiga emas. PON Kaltim memberi pelajaran berharga, jangan mengulang kesalahan yang sama sampai dua kali. **

Salam Pos Kupang edisi Sabtu, 19 Juli 2008 halaman 14
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best WordPress Themes