Ada Tulang Komodo Purba di Mengeruda

KUPANG, PK--Tim peneliti dari Universitas Wollongong, Australia dan tim peneliti Indonesia menemukan tulang binatang komodo di Metamenge, Kecamatan Mengeruda- Kabupaten Ngada pada penggalian sejak bulan Juli lalu. Tulang komodo tersebut menunjukkan bahwa komodo pernah hidup di kawasan itu sekitar 900 ribu tahun lalu.

Gert D. van den Bergh, Ph.D, peneliti dari University of Wollongong yang ditemui di Restoran Nelayan-Kupang, Jumat (6/8/2010) malam, menjelaskan, penggalian yang dilakukan tim peneliti ini merupakan kelanjutan dari program mencari jejak kehidupan manusia purba di Belusanga dan Metamenge- Kecamatan Mengeruda.

Pencarian telah dilakukan sejak beberapa tahun lalu tersebut akan berlangsung hingga tahun 2014. "Kita mencari tulang manusia purba yang kemungkinan hidup di kawasan itu sekitar 800 ribu tahun lalu, tapi sampai sekarang belum ditemukan," jelas Gert D. van den Bergh.

Menurutnya, pada penggalian terakhir ini tim hanya menemukan berbagai alat batu yang merupakan peralatan hidup manusia purba di kawasan itu dan temuan yang paling menakjubkan adalah tulang komodo. "Kawasan ini pernah dihuni oleh komodo dan buaya pada tahun 900 ribu tahun lalu. Ini yang menjadi pemangsa manusia saat itu," jelasnya.

Menurutnya, jejak adanya kehidupan manusia sekitar 800 ribu tahun lalu sudah ditemukan, tetapi tulang manusia belum ditemukan. Dan, pencarian masih terus akan dilakukan. "Kita belum temukan tulang manusia, kemungkinan tulang ini sudah hancur. Tapi tanda-tanda aktivitas manusia ada di tempat itu," jelasnya.

Dijelaskannya, kawasan Metemenge dan Belusanga pada zaman 800 ribu hingga satu juta tahun lalu masih merupakan kawasan danau. Dan, di tepian danau tersebut ada aktivitas kehidupan manusia, sementara di danau dan sekitarnya tersebut hidup pula komodo dan buaya. Kemungkinan manusia yang hidup di kawasan itu juga menjadi mangsa bagi hewan predator buaya dan komodo. "Kalau di Jawa itu ada hewan predator seperti harimau, tapi di sini hewan predator itu buaya dan komodo," jelasnya.

Menurutnya, peluang penemuan tulang manusia di Jawa lebih besar dibanding Flores, sebab hewan pemangsa di Jawa adalah harimau. Harimu hanya memakan daging dan membiarkan tulang, sedangkan buaya dan komodo memakan semua bagian tubuh, termasuk tulang. "Jadi tulang yang dimakan juga sudah hancur dalam sistim pencernaan buaya dan komodo. Ini yang membuat sangat sulit temukan tulang manusia di Flores," ujarnya.

Menurut dia, pencarian kali ini sementara dengan tenaga yang sedikit, namun direncanakan pada tahun 2011 nanti, pencarian akan diperluas dan menggunakan tenaga yang lebih banyak.

Dikatakannya, tim peneliti kali ini selain merupakan para arkeolog termasuk ahli rekontruksi lingkungan. Para peneliti tersebut antara lain Prof. Michael Morwood yang merupakan team leader Arkeolog University of Wollongong, Prof. Dr. Fachroel Aziz (paleontologi, PSG, team leader Indonesia), Iwan Kurniawan dan Erick Setiabudi dari Museum Geologi- Bandung, Jublina Tode Solo dari Arkeolog dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Propinsi NTT, Dida Yurnadi ahli Geochronologist, Yayan ahli geodesi, Mathew Tochieri dari Paleo Anthrphologi Snithsonian Institute -Amerika Serikat dan Dr. Adam Brumm, Ph.D. (alf)

Pos Kupang 10 Agustus 2010 halaman 5
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best WordPress Themes