Paus Fransiskus I (foto AFP) |
Memang, seorang kardinal yang terpilih menjadi Paus tidak wajib mengubah namanya. Akan tetapi, menurut tradisi sejak tahun 553 yang hidup hingga kini, para kardinal yang terpilih menjadi Paus memilih nama baru dengan berbagai alasan dan pertimbangan.
Sebagai contoh, mengapa Kardinal Giovani Battista Montini memilih nama Paulus VI. Mengapa Kardinal Angelo Roncalli memilih nama Yohanes XXIII? Mengapa Kardinal Karol Wojtyla menjadi Yohanes Paulus II, Kardinal Joseph Ratzinger memilih Benediktus XVI, dan sebagainya?
Ada banyak alasan mengenai pilihan nama-nama Paus. Ada yang memilih sebuah nama karena nama tersebut mencerminkan sebuah keutamaan. Nama Inosensius, misalnya, mencerminkan sebuah kesucian; Clemensius menggambarkan watak yang penyayang; Felix berarti bahagia; Bonifasius berarti beruntung; Benediktus berarti berkah; atau Adeodatus yang berarti diberi oleh Tuhan.
Pada umumnya, pemilihan nama itu memang banyak didasarkan pada rasa terima kasih dan keinginan untuk melanjutkan warisan spiritual atau sebaliknya untuk memulai sesuatu yang baru. Alasan duniawi dan keluarga juga ada. Sebagai contoh, Kardinal Antonio Pignatelli (1615-1700) memakai nama Inosensius XII karena ia sangat kagum dengan cara hidup yang mewah dari Paus Inosensius XI (1676-1689).
Ada juga pertimbangan tradisi spiritual. Santo Benediktus (480-543) adalah Pelindung Eropa. Itu yang dipakai Benediktus XVI. Rahib ini dinilai membuat masyarakat Eropa memiliki karakter keagamaan dan kebudayaan yang tinggi melalui praktik asketisisme, praktik kesederhanaan, kejujuran, dan kerelaan berkorban, doa, belajar, serta kerja keras.
Fransiskus
Mengapa Kardinal Jorge Mario Bergoglio memilih nama Fransiskus setelah dipilih menjadi Paus?
Tentu itu sebagai bentuk penghormatan kepada St Fransiskus Asisi, tokoh religius sangat terkemuka dan pembaru pada abad ke-13. Fransiskus, terlahir sebagai Giovanni Francesco di Bernardone (1181/1182) di Asisi, adalah putra seorang saudagar kain dan ibunya seorang bangsawan. Akan tetapi, dia memilih meninggalkan semua itu dan mengabdi kepada sesama demi kemanusiaan dalam kemiskinan. Fransiskus Asisi mendirikan Ordo Fransiskan atau sering disebut Ordo Saudara-saudara Dina.
Semangat pengabdian kepada sesama, solidaritas kepada kaum miskin, dan kesederhanaan dalam hati serta pikiran itu yang ingin dicontoh Paus dan sudah dipraktikkan ketika menjabat sebagai uskup dan kardinal di Argentina. Inilah sebenarnya misi sesungguhnya dari Gereja.
Di sini terlihat bahwa Paus Fransiskus memberikan tekanan yang berbeda dengan Paus Benediktus XVI dalam berkarya. Benediktus lebih menguatkan batin Gereja, sedangkan Fransiskus akan menekankan pada ”pelayanan iman” dan ”pewartaan keadilan.”
Nama Fransiskus—apalagi Bergoglio seorang imam Jesuit—juga bisa dikaitkan dengan Fransiskus Xaverius, misionaris Jesuit abad ke-16 dan co-founder Serikat Jesus. Jadi, ada perpaduan antara intelektual rohani dan jasmani Jesuit dengan semangat hidup yang diperuntukkan bagi keadilan sosial serta kemiskinan.
Dengan memilih nama Fransiskus, Kardinal Bergoglio ingin menjadi Paus rakyat. Ia ingin mengaktualisasi arah pastoral Gereja yakni solider, berpihak kepada yang tersisih, orang kecil, dan membumi atas dasar sikap iman, bukan demi profit serta posisi politis dan ideologis. Dalam rumusan lain—kacamata Amerika Latin—bisa disebut ingin menghadirkan teologi pembebasan berwajah (Fransiskus) Asisi.(Trias Kuncahyono)
Sumber: Kompas.Com